Sabtu, 29 Juni 2019

SEKETIKA RINDU


Suara bising ibu kota membuat matahari marah, sehingga mengeluarkan panas yang membuat sebagian tubuhku gosong, selain membakar ia mengambil cairan yang berada dalam tubuh yang menyebabkanku tak dapat lagi berkonsentrasi.
Inilah ibukota, tempat yang memberiku segalanya untuk bertahan hidup selama sepuluh tahun terakhir, dan kini aku harus pergi kembali menuju kampung halaman setelah surat pengunduran diri pada perusahaan dimana aku bekerja kuberikan.
Pagi itu Saat semuanya kembali bekerja, aku ditemani segelas kopi bersantai di depan teras kontrakan, sembari memaandang seluruh bagian dinding yang menjadi saksi bisu perjuanganku di ibu kota. Mmmmhhh, ku helakan napas, hari ini aku akan kembali ke tempat yang melahirkan dan mengajariku berjalan yaitu kampung halaman yang aku rindukan sejak lama.  Diantara barang yang kubawa, hanya dia yang setia menemaniku tas daypack berwarna merah yang di beri dari sahabat lama ketika pertama pergi ke ibu kota, sebenarnya aku belum begitu sukses berada di ibu kota, tapi keadaan memaksa lain, ibu menyuruhku pulang, n’tah apa yang akan ibu lakukan pada anaknya ini, yang pergi tanpa pamit meninggalkannya.
Diantar ojek online aku menuju stasiun kereta api, antrian panjang di loket membuatku harus menunggu lama untuk mendapatkan tiket tujuan, hingga lima belas menit barulah aku mendapatkan tiket dan kembali mencari tempat istirahat sembari menunggu kereta yang mengantarku pulang kampung, tak banyak yang bisa aku lakukan di dalam stasiun selain bermain handphone, kini tak ada lagi pedagang asongan yang berkeliaran untuk menghilangkan dahaga saja aku harus membaanya dari rumah apa lagi untuk membakar sebatang rokok kini tak bisa aku lakukan.
Tak lama suara wanita terdengar dari speker, mengingatkanku bahwa kendaraan yang akan aku tumpangi akan segera tiba, aku segera berdiri dan memposisikan di antara antrian manusia yang sedari tadi bersama menunggu, kereta tiba sekitar pukul 09.00, setelah pintu terbuka beberapa manusia turun dan keluar dan berberapa manusia naik dan masuk hingga pintu kembali tertutup..
Setelah beberapa stasiun terlewati, kereta yang membawaku sampailah di tempat tujuan ku yaitu stasiun Rangkasbitoeng, ternyata stasiun inipun mengalami perubahan, tidak seperti saat aku tinggalkan dulu, sekarang begitu rapih dan tertata. Mungkin ini hanya efek dari dekatnya jarak dengan ibu kota hingga mengalami perubahan.

Setibanya di stasiun aku disambut seorang lelaki yang menjemputku, sebenarnya dia bukan bagian dari keluargaku, ia Tajul sahabat lama yang aku tinggalkan sepuluh tahun lalu,  ia emang ku hubungi ketika di dalam perjalanan tadi untuk menjemput.
“ Apa kabar brother? Mengapa kau meninggalkan ibu kota, apa kau lelah disana, ucapan yang menyambutku setelah bersalaman dengannya,
“ Kabar baik kawan, bukan lelah tapi orang tuaku memaksaku untuk segera pulang, hampir seminggu mereka menemuiku dalam mimpi, n’tah apa yang sebenarnya terjadi. Tapi mereka memaksaku untuk segera pulang.
  Ayo broo, aku antar kau pulang,
“ Tidak kawan, bawa aku pulang ke rumahmu dulu, aku rindu juga sama ibumu
“ Ok…deh
Langkahh kaki mengarah sebuah tempat parkiran, dimana motor yang dikendarai Tajul terparkir, setelah membayar biaya parkir ia segera menghidupkan motornya, dalam perjalanan tajul menghentikan motornya, “ Kenapa berhenti? Tanyaku
“ Masa mau ke rumah, loe gak bawa apa-apa, emang gak malu sama ibu gue broo, loe kan dah lama gak ke rumah,
“ Ohh, iya, terus kita beli apa?
“ Ibu ku senang makan buah, beli aja beberapa kilo buat dia,
“ Ok,Ok.
Setelah mendapatkan plastik berisi buah-buahan aku menukar beberapa lembar kertas yang aku berikan kepada penjualnya, aku melanjutkan perjalanan, hingga tiba di rumah kawanku itu. Setibanya di rumah Tajul, keadaan rumah begitu sepi, hanya ada beberapa shopa yang berbaris rapih di ruang tengah, “ dimana ibu Jul, tanyaku
“ Tak tau, sebelum berangkat menjemputmu ibu ada di rumah ! jawabnya, mungkin lagi pergi ke majlis untuk mengikuti pengajian
“ owhhh, ya sudah, aku istirahat dulu ya, pegal kaki ini berdiri terus tadi,
Tak ada perintah dari tajul, aku segera memasuki kamarnya, karena aku telah terbiasa tinggal disini semasa sekolah SMK dulu, hingga aku anggap rumah ini adalah rumahku.

Beberapa hari aku tinggal bersama keluarga kawanku, kehangat sebuah keluarga terasa banget saat berada diantara mereka, hingga rindu ingin bertemu ibupun kembali menemani pikiranku, aku paksakan untuk segera pamit dan pulang menemui ibu, dengan meminjam sepeda motor milik kawanku, sebelum matahari itu pergi aku segera meninggalkan rumah Tajul dan menuju ibu.
 Ketika bulan telah berada diatasku, aku telah sampai di sebuah pesisir pantai, ku parkirkan motor tua nan gagah milik temanku diantara pohon kelapa yang menjulang tinggi keatas,
Kedua kaki mulai melangkah diantara pasir dan terus mendekat ke arah bibir pantai, tiba-tiba kaki tak bisa lagi melangkah, kaki ini lemas tak berdaya, hingga aku terduduk diantara pasir dan buih.
“ Ibu aku pulang!
“ Kenapa kau tidak pernah membukakan pintu untuk anakmu ini
“ Aku pulang ibu,
“ Aku rindu
“ Bukakan pintu ibu, aku Jingga anak lelakimu, yang kini telah dewasa

Hingga terbitnya matahari, Jingga masih terdiam, seluruh tubuhnya terendam air laut, berjuta rasa mengaduk dalam hati dan pikirannya, kenapa alam mengambil orang yang sangat ia cintai, dan tak pernah mengembalikannya.





















Minggu, 17 Juli 2016

Partner Hidup

Six People !!!

Pemikiran mereka emang berbeda, tapi di tempat itu mereka saling berbagi, dimana hal kecil menjadi begitu indah saat mereka kumpul bersama. Perbedaan usia tidak menghalangi mereka untuk kumpul atau nongkrong bareng, walau hanya sekedar makan bareng ataupun jalan-jalan bareng menghabiskan waktu luang yang tersisa dari kesibukan mereka masing-masing.
Mereka berstatus tenaga pendidik, walau mereka sebagai tetaga pendidik, mereka juga punya aktifitas masing-masing, diluar sana! Sebenernya bukan hanya mereka yang kerja di tempat tersebut melainkan banyak, akan tetapi mereka berenam ini adalah para pendidik yang statusnya masih pada single,
Ini dia Syam, tegas, disiplin nya minta ampun,,, kalau lagi di tempat kerja. namanya Arif bin Syamsudin jebolan dari sebuah pondok pesantren, mungkin dari sana juga karakter dia seperti ini karena pondok pesantren emang keras ngedidik para santrinya, al,,,, hasil terciptalah Syam, selain disiplin dan tegas ia juga jagoloh ngelukisnya, banyak hasil coretan tanggan dia yang ok... salah satunya di tembok sekolah sebuah grafiti buatan dia terpampang besar di sekolah... selain bekerja di tempat mereka kerja, ia juga punya sampingan di luar sebagai penaga pendidik juga, ia sebagai guru privat/kursus matematika.
Kadang  berfikir ????
Apa mungkin! dikepala dia isinya rumus semua,, yang mengakibatkan dia jadi tegas,, karena dalam kepalanya isinya rumus semua...
Daripada mikirin orang yang isinya rumus semua mening kita liat sibungsu, Nisa orangnya simpel, satu-satunya pendidik idola yang banyak fans nya,, so..... dia orangnya cantik, ramah, mangkanya banyak siswa yang ngefans sama dia, tetep aja pada awal masuk ke tempat kerja  dia pendiem, lama-kelamaan baru deh akrab, dia sayang banget sama ibunya, apapun akan dilakukan buat ibunya, kalau ada waktu luang pasti ia bareng ibunya, ngejagain dan ngerawat ibunya... dia juga jago bisnis lohhhhhh.
Karena di tempat kerja ga ada kantin yahhh!!! dengan sigapnya si bungsu buka usaha jajanan, walau sering tekor karena siswa gak pada bayar, tapi ia tetep semangat nyediain barang-barang dagangan,,, katanya sihhh lumayan buat tambah-tambah uang jajan.
Ada lagi nih yang bikin kagum sama si bungsu, kerja kerasnya, dia ga malu buat bantuin kakaknya jualan makanan buat buka puasa, padahal cwe usia dia dengan paras cantiknya enakan nyantai dirumah, jjsan sama pacar gitu pas pulang kerja, tapi tidak buat dia, kata dia sihhh,, lumayan buat tambah-tambah berobat si mamah!!! salut dehhh !!! buat ngumpulin pundi-pundi uang hehehe.
Apri adalah sosok yang paling senior di antara mereka, kalau ngobrolin dia!! gak seru kalau gak ngebahas uang, so dia bendahara di tempat kerja mereka, wajar aja dia banyak dideketin guru, walau ngedeketinnya sekedar buat pinjem uang hehe, tapi ia nurut banget sama yang namanya pimpinan, kalau kata pimpinan gak di acc, satu rupiahpun gak bakal keluar.
Yang satu ini namanya Rahma dia seorang operator sekolah yang cerdas tapi manja, selain manja dia punya hobi keren, ia hobi berpetualang, banyak gunung yang udah ia daki salah satunya gunung gede pangranggo. Walau hobi berpetualang tapi kita gak pernah tuh nanjak bareng!! padahal hobi kita sama. Bahkan dia harus menunda skripsinya karena keseringan naik gunung, walau sekarang beres juga skripsinya, itupun dengan perjuangan dan bantuan sahabatnya.
Kalau yang ini namanya Novita, dia guru bahasa inggris, dengan perawakan tinggi dengan kacamatanya dan dianugrahi kulit item manisnya dia selalu ramah kepada siapapun, selain guru ia juga ngajar privat juga, ia punya usaha sampingan yaitu bikin souvenir, ia tekun banget sama usahanya, hasil karya tangan dia bahkan udah keliling indonesia, Bahkan kado ultah yang diberikan ke Devian adalah hasil karyanya.
Devian pemimpin kelompok ini, walau selengehan ia pekerja keras, ia selalu ingin berprestasi, sebenarnya ia hanya punya keinginan buat memajugan sekolah dimana ia bekerja. Walauhanya punya kemampuan pas-pasan ia selalu punya ide untuk mengajak dan membawa siswanya menjadi berprestasi.
Gak pernah berfikir ia bisa atau tidak, ia punya uang atau tidak ia selalu semangat melatih siswanya, al,,,, hasil lumayan juga semenjak ia kerja di tempat itu ada beberapa penghargaan yang sekolah itu dapet, juara dua lead putra yout A, tingkat Provinsi tahun dua ribu lima belas, juara dua lead pelajar se Kabupaten Lebak dua ribu enam belas dan yang terbaru juara dua lead pelajar se Jabodetabek plus Banten yang diadakan di Jakarta, tepatnya di Universitas Ahmad Dahlan. Selain ia bekerja di sekolahan ia aktif juga di FPTI Pengkab.Lebak, mangkanya prestasi yang di dapet baru panjat tebing doang, selain itu ia bekerja di sekolah lain, ia sebagai guru pendidikan jasmani dan diberikan tugas tambahan yaitu wali kelas dan pembina ekskul siwa pencinta alam.












Moment di Bulan April,,,

Pagi ini ternyata, Apri ulang tahun, “ Ayo geh  PU nya, yang ultah...!! Devian membuka pembicaraan,
“ Iya nih bu Apri kita makan-makan”ajak Rahma,”
“ Iya n’tar kalau udah gajian ucap Apri,”
“ Nisa dengan polosnya emang bu Apri ultah gitu,”
“ Iya Nis bu Apri ultah n’tar kita makan-makan,”
    sambung Devian,”
“ Enak nih makan gratis tempal Nisa,”
“ Iya dong, Devian menjawab,”
Tettttttt, bel sekolah berbunyi, mereka kembali bekerja dan masuk ke kelas sesuai jadwalnya masing-masing, tinggal Devian, Apri, Rahma dan Nisa yang berada di ruangan guru, karena meraka berempat tidak ada jadwal masuk kelas lagi, tak lama kemudia, Rahma, Nisa dan Apri menuju meja kerja mereka masing-masing dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Tinggal Devian sendiri di ruangan tersebut, sekitar sepuluh menit, ia bergegas menuju suatu ruangan, ia bermaksud mengambil tas yang isinya laptop pribadinya, ia mulai menyalakan laptopnya, karena ada koneksi wifi Devian mulai browsing dan menuju kesuatu halaman, yaitu youtube, ia mulai mengetik sesuatu, kemudian muncul dilayar laptopnya vidio tentang perlombaan panjat tebing, ia dengan serius memperhatikan tayangan tersebut, satu jam berlalu ia pengetik kembali, masih tentang panjat tebing tapi sekarang bukan pertandingan melainkan cara berlatih para pemanjat tebing dari luar negeri,
Masih dengan seriusnya ia memandangi layar monitornya, sambil berfikir untuk menerapkan teknik panjat tebing yang ia tonton kepada atlit didikannya, diruang lain Rahma sibuk dengan pekerjaannya yaitu mengentri data siswa ke aplikasi dapodik, Apri yang sedang menghitung pemasukan sekolah dari iuran siswa asik diruanggannya, sambil BBMan Nisa bekerja dengan santai di meja kerjanya,
Tak lama kemudian adzan dzhur berkumandang, mereka berhenti sejenak untuk menedengarkan kumandang adzan, selang lima belas menit kemudian belll berbunyi, itu tandanya berakhir proses pembelajaran hari ini, siswa turun dan langsung absen jari kemudian pulang, seluruh guru kembali memasuki ruang guru, sambil bercengkrama satu persatu guru pamit untuk pulang termasuk staf tata usaha.
Hanya tinggal Devian dan Pak Iteng yang ada di sekolah, setelah selesai solat dan makan Devian kembali ke ruangan dimana laptopnya berada dan melanjutkan menonton vidio panjat tebing tersebut, setelah merasa bosan, ia pindah kesuatu ruangan yang berisikan alat alat musik, sambil membawa laptopnya ia menuju kesebuah alat musik, yaitu drums, sebelum mulai memaikan alat musik ia mencari vidio cover salah satu band idolannya, sambil mendengarkan lagu yang dipasang disound sistem, ia mulai memukul drum, disisi lain Pak Iteng mulai membersihkan dan merapihkan ruangan yang ada di tempat tersebut, tak terasa jam menunjukan pukul tiga sore, ia berhenti memainkan alat musiknya dan mematikan musik yang ia dengarkan, adzan ashar berkumandang, ia bergegas pulang dan menuju tempat latihan panjat tebing. Di tempat lain Syam dan Novita sedang asik memberikan kursus kepada para siswanya, sedangkan Rahma, Nisa, dan April sibuk membantu orang tuanya membereskan dan memasak dirumahnya masing-masing.
Keesokan harinya, mereka datang ketempat kerja mereka, tiba-tiba terdengar suara panggilan dari suatu ruangan,
“ Pak Dede!! Apri memanggil,”
“ Iya bu Apri ada apa? jawab Devian,”
   Sambil mendekat menghampiri ruangan,
“ Ini honor bulan ini! kata Apri,”
“ Iya bu makasih, jadi nih makan-makan
   pancing Devian,”
“ Iyah kita makan-makan,!
   Apri menjawab peryataan Devian,”
“ Makan dimana nih? tanya Deviian,”
“ Di D’fara aja gimana!! ucap Rahma,”
“ Kapan ? Nisa ikut nimbrung,”
“ Tanya bu Apri, ucap Devian,”
“ Kalau malem minggu aja gimana!!
  Apri mengusulkan   waktunya,”
Tanpa basa-basi lagi Devian menjawab peryataan bu  Apri, ok siap,” kasih tau yang lain Nis!
“ Kasih tau apa? Pak Dede, Nisa bertanya,”
“ Kasih tau kalau nanti malem minggu,
   kita makan-makan diteraktir bu Apri,”
“ Ohhh siapa aja? Pak Dede,Nisa kembali bertannya,”
“ Yang single aja sambung Devian,”
“ Siap laksanakan, !!
   Nisa menjawab dengan ketawa,” he he
Seperti biasa mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, Rahma dengan laptopnya, Apri dengan buku kasnya dan Nisa dengan laptopnya sedang sibuk mengetik untuk mempersiapkan berkas-berkas ujian sekolah, sedangkan Devian diruangan nya terlihat santai dan asik dengan laptopnya, datanglah seorang guru, masuk keruangan dimana Devian berada. Mereka bersalaman kemudian guru tersebut duduk di salah satu kursi yang ada diruangan dimana mereka berada, sambil santai mereka ngobrol,
“ Gimana nih persiapan ujian praktek buat anak-
   anak? Guru tersebut membuka pembicaraan,”
“ Devian menjawab, ya kalau saya udah, masalahnya
   Penjas itu prakteknya banyak, maka sama saya cicil
   dari kemaren-kemaren,”
“ Ohhh, enak dong, ucap guru tersebut,”
 Kemudian guru tersebut meminta ide buat ujian praktek mapel beliau, Devian dengan santainya menyampaikan idenya, menurut saya buat ujian praktek kesenian, siswa disuruh ngelukis aja ditembok, bikin kaya graviti aja?,
“ Tapi biayanya gimana? Tanya guru tersebut,”
“ Ya dibikin kelompok aja, biar aga ringan,
    buat beli peralatannya sambung Devian,”
“ Makasih Pak Dede idenya ucap guru tersebut,”
“ Iya Pak sama-sama jawab Devian,” 
Bel berbunyi satu kali, guru tersebut bergegas memasuki suatu ruangan dimana ia harus mengajar, Devian yang tidak ada jam mengajar kembali dengan laptopnya. Kemudian mencari sesuatu dihalaman internet. Selang beberapa jam kemudian adzan berkumandang, Devian yang asik dengan laptopnya tiba-tiba berhenti kemudian mematikan laptopnya, dan bergegas pulang.
Hari demi-hari terlewati mereka datang dan bekerja, hinggga pada pada sabtu pagi, Devian yang baru datang sekitar jam sepuluhan, langsung menuju ruangan dimana, Apri, Rahma, Syam, Nisa dan Novita sedang asik mengobrol. Dengan gaya santainya Devian membuka pertanyaan,
“ Gimana nih nanti malem jadi ga? Teraktirannnya!!,’’
“ Jadi dong, ucap Rahma,”
   Tempatnya juga udah di boking buat kita makan-
    makan,”
“ Behhh mantep kalau gitu, Devian menjawabnya,”
“ Jam berapa dan dimana kumpulnya,”
   Devian bertanya,”
“ Atuh di rumah yang punya hajat, jawab Syam,”
“ Ohhh, terus jamnya gimana?, sambung Devian,”
“ Jam tujuh aja jawab Apri,
“ Ok deh siap,”
Malam minggu tiba, mereka berkumpul di rumah Apri sebelum berangkat menuju Cafe, setelah datang semua kemudian mereka segera berangkat menuju Cafe, setibanya di Cafe mereka langsung menuju lantai atas Cafe tersebut kemudian menuju tempat duduk yang telah dipesan kemaren, selagi menunngu pelayannya datang mereka ngobrol dan ketawa-ketawa, tidak lama kemudian pelayan datang.
Mereka memesan makan dan minum, setelah selesai memesan mereka melanjutkan lagi perbincangan mereka, setengah jam berlalu pelayan datang kemudian menaruh makanan dan minuman yang tadi mereka pesan. Devian kaget melihat pesanan yang udah ada dimeja, sembari becanda Devian berkata,
“ Behh,,, Ada yang dari jauh nih sampe pesen nasi
   segala!!,”
“ Hehehe” mempung ada yang bayarin!!
   Ucap Syam,”
“ Emang kenapa bang? Tanya Rahma,‘’
“ Sambil garuk-garuk kepala! ya gak papa,
   Cuma aneh aja nongkrong di Cafe pesen nasi
   pake ayam! ucap Devian,”
“ Ohhh sambung Rahma, Iya nih Abang Syam,
   masa di  Cafe pesen nasi pake ayam,
   kan masih banyak menu yang lain, roti bakar kee,
   atau ap-a gitu,”
“ Udah-udah jangan di ributin, gak papa saya ini
   yang bayarin sambung Apri, sambil menikmati
   es cream,”
 “ Iyah atuh, ucap Devian sambil garuk-
    garuk kepala,”
Lagi enak-enak makan datanglah segerombolan pria ke atas ruangan Cafe tersebut, dimana mereka sedang asik makan, dan ngobrol,” siapa mereka?,” dalam hati, Devian” Tidak lama kemudian ada satu pria yang memperkenalkan dirinya, bahwa mereka adalah stand up comedy Rangkasbitung, tampa basa-basi lagi pria yang meperkenalkan dirinya tadi memanggil salah satu temannya, kribo! kribopun langsung berdiri di depan dan langsung stand up, walau gak lucu sihhh. Kribo bercerita tentang rambutnya dan usaha sablonnya, yang diberinama Belegig, karena masih kualitas lokal stand up pun kelihatan garing dan gak seru, sambil ngedengerin yang stand up, mereka berenam melanjutkan pembicaraan mereka, Devian membuka obrolan dengan mengeluarkan peryataan,
“ Sampai kapan nihhh kita jomblo terus?,’’
“ He he he, Syam tertawa,”
“ Sampai jodoh datang mendekati kita, ucap Novita,”
“ Iya bener tuh kata bu novita,” Rahma menegaskan
   ucapan Novita,”
“ Tapi kan kalau kita punya pacar,
   kita bakal lebih rame kumpulnya,
   Devian menyawab peryataan Novita dan Rahma,”
“ Ya mau gimana lagi? Pak Dede!! Nisa ikut bicara,’’
“ Iya sh,” ucap  Devian,”
“ Gimana kalau kita bikin perlombaan? Ucap Syam,”
“ Perlombaan apa bang,? tanya Rahma,”
“ Cepet-cepet cari pasangan lah! Jawab Syam,”
“ Gimana bu Apri mau g? Tanya Novita ke Apri,”
   Apri yang sedang asik menikmati
   eskrimnya menjawab,
“ Gimana yah!,”
“ Ayo geh! sambung Devian,
 Mereka akhirnya deal, mengadakan perlombaan cari pasangan,” tiba-tiba!!! Nisa dengan santainya, berbicara,”
“ Berapa lama kita nyari pasangannya?
“ Syam yang mengusulkan ide tersebut menjawab
“ Satu tahun gimana!!!!.,”
“ Wah kelamaan, ucap Rahma,”
“ Kalau enam bulan aja gimana sambung Devian,”
“ Ok,,,, setuju ucap semuanya.
Setelah selesai makan dan merasa waktu telah mulai malam, mereka bergegas pulang kerumah.
Rutinitas mereka dilewati tanpa ada perubahan yang signifikan, tepat tanggal dua puluh lima april Devian ultah, karena hari ulang tahunnya berdekatan dengan Syam, maka Apri, Rahma, Nisa, dan Novita pun berencana memberikan kejutan, pas jam tujuh pagi mereka sudah datang ketempat kerja, tapi aneh apa yang mereka bawa ketempat kerja, bukan hanya perlengkapan kerja yang dibawa akan tetapi alat masak, untuk membuat kue, dibawa, dikarenakan tanggal dua puluh lima April, Devian gak ada jadwal ngajar, ia berangkat agak siangan, jam sembilan pagi ia tiba di tempat kerjanya, sambil berjalan, ia menyapa semua orang yang udah duluan datang, akan tetapi sewaktu ia hendak ke suatu ruangan, ia dilarang memasukinya, dalam hati ia bertanya? Ada apa diruangan itu, sampai dilarang masuk keruangan tersebut, pukul sepuluh pagi Syam yang baru beres mengajar, turun dari lantai atas karena waktu mengajarnya udah habis, mereka berbincang disalah satu ruangan, tiba-tiba Apri datang dengan membawa kue buatannya, yang dari pagi udah dibikin dengan tangan mereka ber empat, sambil bernyanyi happy brith day too you,” Devian tersenyum sambil bertannya,
“ Ini buat siapa?,” saya atau Syam,?,”
“ Rahma menjawab,” buat kalian!! abang-abang kita,”
“ Owhhhh sambung Devian,”
Devian terus memperhatikan kue ultahnya sambil bertanya kembali,
“ Mana lilinnya?
“ Kan mau tiup lilin dulu kali yang ultah mah,
    ucap Devian,”
“ He he he mereka tertawa,”
“ Iyah yah!! mana lilinnya? ucap Rahma,”
“ Nisa mengeluarkan korek kayu,
   ini aja yang ditiup,
   sambil menyalakan beberapa batang korek,”
“ Eng-ga mau rengek Devian dengan manja!!,”
“ Terus gimana? Tanya Novita,”
“ Ya beli dulu lah sambung Devian,”
    kalau gak ada lilinnya,
    kuenya gak mau saya potong,”
Mereka segera mencari siswa kemudian menyuruh salah satu siswanya untuk membeli lilin, beberapa menit kemudian siswa yang disuruh membeli lilin datang, akan tetapi ia tidak membawa lilin untuk ultah, melainkan membawa lilin yang gede, lilin dipasangkan ditengah–tengah kue tersebut sambil bernyanyi tiup lilinnya, Devian dan Syam meniup lilin tersebut dengan bersamaan, karena ultah kita yang berdekatan,
“ Terus PU nya kapan? tanya Nisa,”
“ Sambil garuk-garuk kepala,”
   tanya bu Apri ucap Devian,”
“ Ko bu Apri, tanya Rahma,”
“ Kan uang na ada di bu Apri, jawab Devian,”
    sambil ketawa, he he he,”
“ Maksudnya gimana Pak Dede? Tannya Apri,”
“ Ya.. tunggu uang honor bulan ini cair kan,”
   ucap Devian,”
“ Owhh, n’tar tanggal tiga puluh,
   untuk honor bulan ini,  sambung Apri,”
“ Owwhh yaudah,
   tanggal tiga puluh aja PU nya ok!!!,”
“ Ok siap mereka menjawab dengan berbarengan,”
Tanggal tiga puluh  tiba, Apri memanggil Devian, nih honor bulan ini,”
“ Iyah bu Apri makasih,” sambil tanda tangan bukti
   pengambilan Devian menjawab,”
Rahma yang mengetahui Devian sudah mengambil honornya langsung memancing percakapan,
“ Mana nih teraktirannya?,”
Devian yang emang sudah berjanji, langsung menghitung jumlah guru yang ada diruangan tersebut dan ngasih uang teraktiran,
“ Nih beli makan aja ya,,!! Saya pulang duluan!!,’’
“ Ko pulang Pak Dede? Tanya Nisa,”
“ Saya ada kerjaan diluar Nis, ucap Devian,”
“ Owhh, Makasih Pak Dede, ucap mereka,’’.
Devian kemudian pulang kerumahnya, sesampai dirumah ia melirik ke arah jam dinding, jam menunjukan kearah jam dua siang, ia langsung bergegas kemudian pergi dari rumahnya menuju GOR Ona, dimana ia selalu melatih panjat tebing atlit-atlit binaannya, walau dengan rasa deg-degan ia berangkat ketempat latihan, ia tiba di tempat latihan, ia mulai mengarahkan atlitnya untuk latihan, jam menunjukan jam setengah enam sore latihan pada hari itu selesai, dalam hati, ia berkata, alhamdulilah gak ada yang tau hari ini dia ulang tahun.








Singkong Hasil Karya Anak Bangsa,!!!

Ujian sekolah udah semakin dekat, itensitas kerja mereka semakin meningkat yang biasanya pulang lebih awal, sekarang mereka lebih lama berada di tempat kerja untuk membereskan pekerjaannya masing-masing, bahkan hampir setiap hari mereka pulang sampe sore dan kebetulan sering turun hujan. Pagi itu, hujan turun dari pagi dan tanpa ada berhenti, yang biasanya ketika jam makan siang tiba mereka keluar, mencari makan, pada hari itu mereka malas untuk keluar untuk mencari makan.
Salah seorang dari mereka mengeluarkan idenya, kemudian berkata, dibelakang sekolah ada pohon singkong!! Gimana kalau kita ngambil singkong kemudian merebusnya, dikarenakan perut yang lapar kemudian gak ada yang mau keluar membeli makan, maka Syam memanggil penjaga sekolah, kemudian menyuruhnya menuju belakang sekolah untuk mengambil singkong yang ditanam oleh siswa ketika pembelajaran ilmu pengetahuan alam, tak lama penjaga sekolah datang kembali, sambil membawa singkong yang ia ambil.
Nisa si bungsu yang sigap langsung menghampiri penjaga sekolah tersebut dan mengambil singkong kemudian membawanya ke kamar mandi dan membersihkannya dibantu Rahma, Apri segera bergegas mencari penanak nasi yang biasa mereka gunakan untuk masak di sekolah kalau ada kegiatan tertentu.  Mereka merebus singkong tersebut menggunakan penanak nasi yang telah disediakan Apri.
Awalnya Devian gak yakin!! Kalau singkongnya akan mateng karena dimasak direskuker, satu jam berlalu Nisa yang biasa membantu orangtuanya masak di rumah, melihat singkong rebusannya, woww!!, al,,, hasil singkong tersebut mateng, kemudian dengan dibantu Novita, Nisa memindahkan singkongnya ke piring kemudian menghidangkannya keatas meja, Rahma, Devian, Syam, dan Apri segera mendekati meja tersebut!! Tak lama Syam memanggil penjaga sekolah kemudian mengajaknya menikmati singkong yang sudah matang tersebut. Sambil makan singkong mereka saling bercanda dan tertawa, tak terasa waktu telah menunjukan jam setengah lima sore, hujan mulai sedikit reda, mereka bersiap untuk bergegas pulang menuju rumahnya masing-masing.
Keesokan harinya sama, walau hujan menemani pagi, mereka tetep semangat untuk berangkat kerja, sesampainya di tempat kerja mereka sibuk dengan kerjaannya masing-masing, tapi hari ini agak sedikit berbeda tanpa ada komando, Nisa yang melihat hujan tidak kunjung reda langsung menuju kesuatu ruangan, mengambil singkong sisa kemaren yang tidak direbus, kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkannya, Apri yang melihat Nisa membersihkan singkong langsung menghampiri kemudian membantu membersihkan singkong, Devian yang lagi santai, ikut berdiri lalu menuju ke suatu ruangan dan mengambil reskuker yang kemaren digunakan untuk merebus singkong.
Mereka kembali memasak singkong menggunakan reskuker, sambil menunggu singgong rebusannnya masak, mereka kembali bekerja, Syam yang baru beres mengajar langsung menuju meja dan mengambil gelas dan langsung membuat kopi, tak lama Devian mengikuti Syam dan membuat kopi, mereka berdua sambil santai berbincang, Nisa yang sedang bekerja tiba-tiba berdiri dan menuju reskuker untuk melihat singkong yang mereka masak, ternyata singgkongnya sudah masak, Nisa segera mengambil piring dan memindahkan singkong yang direbusnya kepiring yang tadi dia ambil.
Devian yang mengetahui singkongnya sudah matang segera mengambil piring dan memindahkannya kepiring yang kemudian dibawa menuju meja dimana Devian dan Syam berbincang, tiba-tiba terdengar pernyataan, makannya gak nawarin nh?,” Sepontan Devian dan Syam pun berbalik arah dimana peryataan  itu terdengar,” sambil ketawa he he he, sini gabung kita makan singkong hasil karya anak bangsa, ucap Syam,” iya bang makasih!! Rahma menjawab ajakan Syam, lanjutkan makan singkongnya!!
Tak disangka masak dan makan singkongpun setiap jam makan siang, mereka lakukan selama seminggu, karena seringnya ujan dan malesnya membeli makan siang keluar, bahkan saat kepala sekolah ada mereka melakukan hal tersebut, asiknya bapak kepala sekolah ikut memakan singkong hasil karya anak bangsa yang ditanam dibelakang sekolah.
Tiba juga ujin sekolah, hari pertama ujian masih banyak siswa yang datang terlambat, Syam yang bertugas sebagai kesiswaan, memberikan arahan kepada siswa yang masih datang terlambat, selain masih ada yang terlambat banyak siswa yang belum melakukan pembayaran, Apri diruangnnya sibuk melayani orang tua siswa yang datang, untuk meminta keringanan penangguhahan pembayaran anaknya, sedangkan Devian yang mendapatkan jadwal mengawas diruanggan satu, dengan serius mengawasi siswa dalam pengerjaan tugas, sesekali dia mengingatkan siswa agar lebih teliti dalam pengisian jawaban. Diruangan lain Pak Deni serius mengawasi siswa dalam pengerjaan soal ulangan, sesekali memberikan penjelasan dari pertanyaan yang ditanyakan oleh siswa.
Enam puluh menit berlalu, waktu pengerjaan soal berakhir, siswa dengan tertib mengumpulkan lembar jawaban yang telah selesai mereka kerjakan, Devian dan Pak Deni turun lalu menuju ruangan panitia, untuk memberikan amplop yang berisikan lembar kerja siswa, Novita dan Pak Iteng yang mendapatkan tugas mengawas pada jam berikutnya, sudah siap untuk memasuki ruangan,  Novita menuju ruang satu dimana ruangan tersebut di isi oleh empat puluh siswa, sebelum membagikan lembar kerja siswa Novita, mengingatkan kembali peraturan-peraturan ujian tersebut, kemudian menyuruh siswa mengumpulkan tas dan hp didepan kelas, Pak Iteng yang berperawakan tinggi dengan kumis tebal menuju keruangan dua, dengan perawakan seramnya, Pak Iteng masuk ke ruangan dua, karena siswa tau dengan karakter, Pak Iteng, tanpa instruksi lagi para siswa segera mengumpulkan tas dan Hp kedepan kelas, hanya ada alat tulis yang akan digunakan untuk mengerjakan soal yang berada di atas meja siswa.
Waktu berjalan begitu cepat tanpa disadari waktu mengerjakan soal tinggal lima belas menit lagi, Novita dan Pak Iteng mengingatkan siswa agar segera membereskan semua pekerjaannya. Bell berbunyi setelah lima belas menit kemudian, Novita dan Pak Iteng langsung menginstruksikan siswa segera mengumpulkan pekerjaannya. Siswa segera mengumpulkan semua pekerjaannya kemudian istirahat.
Waktu istirahat berlalu begitu cepat, panitia ujian segera menekan bell, siswa yang mendengar suara bell segera menuju ruangan masing-masing, Devian dan Pak Deni yang kembali mendapat jadwal mengawas, segera menuju ruang panitia untuk mengambil map yang berisikan amplop soal dan jawaban ujian, segera menuju ruangan masing-masing, Devian dan Pak Deni tiba diruangan, ada yang berbeda kali ini saat berada diruangan, tas dan hp siswa sudah berada didepan kelas, Devian dan Pak Deni segera membagikan pekerjaan siswa, sambil berjalan mengelilingi kelas, Devian dan Pak Deni mengawasi siswa dengan santai.
Waktu menunjukan pukul sebelas lebih tiga puluh menit, Nisa selaku panitia ujian segera menekan bel, mengisyaratkan bahwa pengerjaan soal ujian telah selesai. Siswa segera mengumpulkan hasil pekerjaan mereka ke atas meja pengawas, siswa kemudian pulang, Devian dan Pak Deni yang bertugas menjadi pengawas ruangan turun kemudian menuju ruang panitia ujian, setelah beristirahat, sambil menyantap makanan yang disediakan panitia, Devian, Pak Deni, Pak Iteng, dan Novita santai sambil bercakap-cakap.
Adzan dzhur berkumandang, mereka segara memnghentikan pekerjaan masing-masing, tak lama Pak Deni pamit untuk segera pulang, Devian yang tidak mempunyai kesibukan menuju ruangan, dimana panitia ujian berada, kemudian ikut mengobrol.
Tak berapa lama kemudian, dikarenakan pekerjaan mereka selesai untuk hari itu, panitia ujian kemudian pada pulang, hanya ada Devian dan Pak Iteng yang masih di sekolah, Devian yang menunggu waktu sore seperti biasa dia menghidupkan laptopnya dan browsing internet. Disisi lain Pak Iteng yang bertugas merapihkan sekolah segera merapihkan keadaan sekolah, waktu menunjukan jam lima belas kosong-kosong, Devian segera mematikan laptopnya  kemudian segera bergegas menuju Gor, dimana iya melatih panjat tebing.
Ujian sekolah tak terasa telah seminggu dilaksanakan, para guru kini sedang sibuk mengoreksi hasil ujian sekolah,  termasuk Devian, disela-sela kesibukan mereka, Devian yang aktif dikegiatan pencinta alam berencana melaksanakan kegiatan pendakian bersama siswanya yang berada di sekolah yang lain.
Di tempat lain, Rahma, Nisa dan Apri sibuk dengan pekerjaannya, Nisa yang lagi sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tibi berdiri dan melangkah keluar. 











Liburan sekolah,

Liburan sekolah telah tiba, Devian yang berencana melakukakn pendakian dengan siswanya, mulai sibuk  mempersiapkan pemberangkatan, sedangkan Novita sibuk dengan bisnisnya, ditempat lain, Rahma yang hobi naik gunung juga mempersiapkan untuk liburan kegunung, bersama trip yang ada di kota mereka Rahma, berangkat melakukan pendakian, bersamaan dengan itu Devian, yang sudah merencanakan pendakian, kemudian berangkat melakukan  pendakian bersama siswa didiknya.
Entah kebetulan atau apa, hari dan tempat pendakian Rahma dan Devian berbarengan, Devian yang berangkat bersama rombongan sebanyak dua puluh lima orang bertemu dengan Rahma dikaki gunung, Rahma yang datang duluan menyapa Devian yang baru saja datang dan turun dari motornya,
” Baru nyampe bang?,’’ sapa Rahma,”
“ Iya nih, ucap Devian,”
   sama siapa aja nanjaknya? Tanya Devian,”
“ Banyakan, jawab Rahma,”
“ Oh iya bang kenalin temen-temen Rahma,”
 Rahma mengenalkan teman-teman robongannya kepada Devian. Devian dengan ramah menyapa teman-teman Rahma, tak lama kemudian Rahma pamit untuk lebih awal melakukakan pendakian,
“ Bang duluan ya !!  ucap Rahma,”
“ Ohh iya,” hati-hati ya,  jawab Devian,”
Rahma mulai berjalan meningggalkan Devian, kemudian melakukakn pendakian, Devian yang baru nyampe segera beristirahat kemudian memesan sebuah minum, di warung tempat parkiran, setelah dirasa cukup melakukan istirahat dan solat Devian beserta rombongan berkumpul kemudian melakukakan briffing mengenai menejemen perjalaan nanti, dibantu rekan nya, Devian melakukan pembagian kelompok perjalaan, yang tujuannya untuk mempermudah pengawasan peserta pendakian.
Jam tujuh lebih tiga puluh menit, Devian bergegas dan siap melakukan pendakian, perjalanan awalnya tidak ada kendala, sampai setengah perjalanan, ada salah satu peserta pendakian yang pingsan, berkat pengalaan yang dimiliki, Devian sewaktu menjadi sispala dan mapala, ia melakukan perawatan kepada peserta yang pingsan tersebut, ditengah-tengah penanganan datang rombongan pendaki dari tim lain, kemudian menannyakan apa yang terjadi, ia memberitahukan kepada rombongan pendaki bahwa, salah satu dari kita ada yang pingsan, karena rasa kekeluargaan antar pencinta alam sangat kuat salah satu dari pendaki, memberikan, madu, untuk dikonsumsi kepada peserta pendakian yang pingsan, ia segera memberikakn madu tersebut, tak lama kemudian pendaki yang pingsan tersebut siuman dan sadar, sambil menunggu pulih, ia memberikan semamngat kepada peserta pendakian tersebut bahwa, pendakian sebentar lagi, walau dalam sepengetahuan Devian, pendakian masih lama dan jauh.
Setelah menunggu lama, akhirnya pendaki yang tadi pingsan mulai berdiri kemudian mengajak melanjutkan pendakian, sambil berjalan santai, Devian ditemani beberapa pendaki mulai berjalan dengan santai sembari ngobrol, tak terasa pendakian telah sampai di tempat tujuan, Devian segera mencari tempat camp yang telah disiapkan oleh tim  yang terlebih dahulu sampai.
Devian segera beristirahat, Rahma yang mengetahui kedatangan Devian, tak lama kemudian datang menghampiri Devian, kemudian bertanya,
” Baru nyampe Bang?,’’
“ Iyah nih, tadi ada yang pingsan,
    jadi istirahatnya agak  lamaan bi bawah,
    jawab Devian,”
“ Terus gimana Bang?,” Rahma kembali bertanya,”
“ Udah beres gak kenapa-kenapa!!,’’
    sambung Devian,”
Devian dan Rahma ngobrol hingga larut, kemudian Rahma pamit untuk kembali menuju camp rombongannya, Devian yang sadar bahwa malam telah larut, segera masuk tenda dan beristirahat, kurang lebih jam empat pagi, Devian dibangunkan oleh temannya, Devian segera bangun kemudian membangunkan yang lain agar segera bersiap untuk melanjutkan pendakian menuju puncak, gunung tersebut, setelah semua bangun, mereka melakukan berifing, Devian sebagai penanggung jawab, menanyakan kesiapan rombongan untuk melanjutkan pendakian, hannya tujuh orang yang siap melakuan pendakian menuju puncak.
Bersama pendaki lain, rombongan ia berangkat menuju puncak gunung, untuk peserta yang tidak mengikuti pendakian menuju puncak, ia menginstruksikan untuk memasak dan menyediakan makan buat yang lain dan rombongan yang nanti turun dari puncak.
Sinar matahari mulai mengintip, tapi rombongan yang melakukan pendakian menuju puncak belum kembali, Devian yang was-was sambil memikirkan rombongan kepuncak mulai tak mau diam, ia mulai berjalan mengelilingi tempat lain, sambil melihat-lihat pendaki lain, ia terpokus kepada sebuah tenda berwarna hijau, dari jauh ia memperhatikannya, sampai akhirnya ia berjalan kemudian menghampiri tenda tersebut, sampai lah didekat tenda yang dari tadi dia perhatikan, ia berjalan ke depan pintu tenda tersebut, dari dalam terdengar suara obrolan, ia yang penasaran, siapa orang yang berada didalam segera mendekati depan pintu tenda, sambil mengetuk tenda ia memanggil,” bang” bang” bang,” medengar suara dari luar, pendaki yang berada di dalam tenda segera membuka ret seleting pintu tenda, kemudian mengeluarkan sebagian badannya, sambil melihat ke arah Devian.
Karena pendaki itu mengenali sosok Devian, dia segera menyapa,
“ Apa kabar bro?, datang jam berapa? Sama siapa?,”
“ Tadi malem datangnya, Sama rombongan siswa
   pencinta  alam, leonica,” jawab Devian,”
“ Kita masuk kedalem,
   Kita ngopi sama bang Rizal di dalem,
    ajak pendaki tersebut,”
Devian segera masuk tenda dan bersalaan dengan Rizal, salah satu temen pendaki nya,” mereka berbincang asik sambil ditemani kopi dan roti bakar, tak lama kemudian, Devian yang sadar lagi menunggu timya turun dari puncak segera pamit untuk kembali menuju camp nya, Devian berjalan menuju tendanya, kemudian ia menanyakan kepada salah satu siswanya,
“ Yang ke puncak udah datang lagi belum? Nin,”
    ucap Devian,”
“ Belum Pak jawab Nina,
   dengan santai sambil memasak,”
Pikiran Devian mulai tak karuan ia memikirkan rombongan yang menuju puncak, kemudian ia, bergegas mengambil tas kecil kemudian berencana menyusul rombongan menuju puncak, tak lama terdengar teriakan,
” Beuhhh keren Pak,
   salah satu siswa yang menuju  puncak datang,”
“ Keren apanya?” tanya Devian,”
“ Pemandangannya Pak luar biasa, jawab dia,”
“ Yang lain mana?
“ Meraka masih dibelakang Pak, lagi poto-poto,”
Setengah jam berlalu rombongan yang melakukan pendakian menuju puncak, telah kembali. Masakan yang dimasak telah mateng, dan siap dihidangkan, Devian langsung menginstruksikan untuk segera menyiapkan tempat untuk makan, dengan segera seorang siswa menyiapkan tempat, mengetahui tempat telah siap, Nina yang dari pagi memasak dibantu Husnul segera memindahkan makanan hasil masakannya ke tempat yang telah disiapkan, mereka bersiap kemudian  melakukan sarapan pagi dengan masakan buatan Nina dan Husnul.
Matahari mulai mengeluarkan teriknya, Devian beserta rombongan bersiap untuk pulang, mereka segera membongkar tenda mereka kemudian merapihkannya, tak lupa mengumpulkan sisa-sisa sampah kedalam wadah yang emang kita bawa dari bawah, melihat rombongan sudah siap untuk pulang dan tempat mereka telah bersih, ia beserta rombongan segera turun gunung dan membawa sampah yang telah mereka masukan kedalam karung, setelah sampainya di pos pendakian mereka segera menyerahkan karung yang berisi sampah kepada pihak pengelola lingkungan tersebut.
Keberadaan pos pendakian yang berdekatkan dengan air terjun membuat ia beserta rombongan memutuskan untuk istirahat dan menikmati air terjun, merasa istirahat dan menikmati air tejun cukup, rombongan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung, mereka tiba di kaki gunung, sembari istirahat dan menunggu mobil jemputan tiba, sebagian pendaki menyempatkan diri untuk membeli souvenir, jam satu siang mobil jemputan datang mereka segera merapihkan barang bawaan mereka kemudian memasukannya ke mobil dan pulang.
Waktu liburan sekolah tak terasa telah habis, mereka kembali dengan pekerjaannya masing-masing, Devian berangkat lebih pagi, dengan maksud untuk mempersiapkan siswanya melakukan upacara bendera, sesampainya di sekolah, ternyata Syam telah lebih dulu datang, tak lama disusul Novita yang datang, selang sepuluh menit Rahma, Apri dan Nisa datang, mereka melaksanakan upacara bendera.
Dikarenakan prosep kegiatan pembelajaran belum aktif, maka kegiatan di sekolah dilaksanakan dengan santai dan sekali melakukan rapat persiapan pembelajaran kedepan, dalam kegiatan rapat banyak usulan dan ide-ide dari dewan guru semua, yang bertujuan untuk memanjukan sekolah tersebut,  selesai rapat mereka kembali ke ruang kerjanya masing-masing, hanya beberapa guru yang masih berada diruangan rapat, sembari santai dan bercerita tentang liburan sekolah, Devian yang gak ada kerjaan menuju kesebuah ruangan dimana Rahma berada,
“ Apa kabar bu? Sapa Devian,” Kepada Rahma,”
“ Kabar baik Bang,”
“ Kemaren pulang jam berapa dari gunung,”
   tanya Devian,”
“ Kita turun siang Bang!!
Karena kedekatan mereka, Rahma memanggil Devian dan Syam dengan panggilan abang, mungkin karena usia kita lebih tua darinya, dan karena kebiasaan para pendaki memanggil abang buat para seniornya, mereka berdua saling bercerita dan berbagi pengalaman, bukan hanya pendakian kemaren melainkan pendakian-pendakian yang pernah mereka berdua lakukan. Merasa Devian mempunyai janji dengan seseorang, ia pamit pulang duluan. Rahma kembali mengerjakan tugasnya yang tadi terpotong, diruangan lain Nisa mulai sibuk dengan kerjaannya, ia menyiapkan hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan pembelajaran kedepan, Syam yang menjabat sebagai wakil kesiswaan mengarahkan siswa khusnya anggota Osis untuk memasuki ruangan dan mengadakan rapat Osis. Satu jam berlalu, Syam keluar dari ruangan dimana dia melakukan rapat dengan seluruh anggota osis, tak lama Syam meminta ijin pulang, dikarenakan ada urusan keluarga,
Seperti biasa azdan berkumandang, kali ini, Nisa, Apri, Novita dan Rahma langsung bergegas pulang, beberapa saat setelah adzan berkumandang.
Pak Iteng yang biasa membereskan ruangan, segera membereskan ruangan, kemudian beliaupun langsung pulang.













Kedekatan Devian dengan Rahma,

Kring telopon genggang Devian berbunyi, ia dengan segera melihatnya, kemudian disusul sebuah pesan masuk, ternyata pesan singkat dari Rahma”
“ Bang dimana? Isi pesan tersebut
“ Di rumah, baru datang latihan! balas Devian,”
“ Cape gak ? tanya Rahma,”
“ Gak,, biasa aja, emang ada apa?
“ Kesini Bang, ke Cafe, ajak Rahma,”
“ Cafe mana?
“ Tempat biasa Bang!
“ Ok, tapi abang mandi dulu ya,”
“ Ya, ditunggu,”
Ia segera bergegas mandi dan menuju cafe dimana Rahma mengajak, sesampainya di Cafe ternyata Rahma sedang berdua dengan temannya, mengetahui Devian datang, Rahma melambaikan tangan ke arah Devian, Devian yang melihatnya segera berjalan dan mengarah ke tempat dimana rahma beserta temannya duduk,
Devian menyapa mereka sambil bersalaman Devian bertanya, siapa nih?
“ Oki, jawab temen Rahma,”
“ Dia yang kemaren ikut ke gunung Bang,
“ Sambung Rahma,”
“ Ada apa nih? Tumben ngajakin abang makan?
“ Gak pa pa, pengen ngobrol aja, jawab Rahma,”
“ Owhh,,
Mereka bertiga kemudian saling bercerita tentang pengalaman mereka ketika mendaki, dan merencanakan untuk melakukan pendakian bersama, tak terasa waktu berputar begitu cepat, mereka bertiga mengakhiri cerita mereka, kemudian bergegas pulang.
Empat hari berselang, Rahma yang baru pulang dari undangan pernikahan temannya mampir ke tempat Apri, mereka berdua memutuskan untuk mencari  makan diluar, gak tau kenapa Rahma langsung menelepon Devian dan Oki kemudian mengajaknya, Devian yang tidak ada pekerjaan di rumah, segera menuju rumah Apri, sedangkat Oki yang tidak ada kendaraan meminta dijemput dirumahnya, Rahma segera menjemput Oki dirumahnya, Apri dan Devian menunggu didepan rumah Apri, beberapa menit kemudian, Rahma dan Oki datang, mereka segera bergegas untuk mencari makan diluar, setelah berkeliling mereka singgah disuatu tempat dimana tempat tersebut menjual es cream.
Dikarena lagi trennya es cream pot, mereka berempat memesan eskrim tersebut, sambil menunggu pesannan ada merekapun duduk dipinggir kolam, sambil berbincang, tak lama berselang pesanan mereka datang, bukan langsung memakannya mereka malah memoto es cream tersebut kemudian memasangnya di DP Bbm mereka masing-masing, tiba-tiba telepon gengggam Rahma berbunyi, ternyata ayah Rahma yang menelepon dan menanyakan keberadaan Rahma kemudian menyuruhnya segera pulang. Mereka yang menyadari Rahma harus segera pulang, mereka segera bergegas menghabiskan es cream yang tadi mereka pesan.
Keesokan harinya, seperti biasa mereka datang ke tempat kerja, disela-sela waktu istirahat, mereka menceritakan es cream pot kepada Novita, Nisa dan Syam, dan berencana untuk kembali ke tempat tersebut, malam minggu tiba, Devian, Rahma dan Apri yang berencana ke tempat Es crem pot, kemudian mengajak Novita, Nisa dan Syam, mereka janjian berkumpul di rumah April, Devian dan Rahma yang telah datang lebih dulu sambil santai menunggu yang lain mereka berdua asik dengan hand phone nya, setengah jam menunggu akhirnya hanya Nisa yang datang, mereka berempat segera berangkat menuju tempat tujuan mereka.
Setibanya di tempat tersebut, Rahma segera memesan es cream, tapi sayang es creamnya telah habis, mereka sedikit kecewa, Devian sering nongkrong kemudian mengajak yang lain untuk pergi ketempat lain yang juga menjual es cream, setibanya di tempat biasa Devian nongkrong, teryata di tempat tersebutpun sama, es creamnya telah habis, Rahma memutuskan untuk mengajak yang lain ke tempat biasa mereka berenam kumpul, setibanya disana mereka langsung menuju lantai atas dimana tempat biasa mereka duduk, mereka kemudian melihat menu yang ada di tempat tersebut, dan teryata di tempat mereka biasa kumpul sekarang menjual es cream, mereka berempat segera memesan es cream yang dari tadi mereka cari.
Dengan parian rasa yang berbeda mereka memesan, tak lama berselang pelayan cape tersebut datang dan membawa pesanan mereka, di tempat lain, Syam yang baru selesai memberikan prifat segera menelepon Rahma, dan menanya kan keberadaannya, setengah jam berlalu, Syam dengan muka capenya menghampiri mereka berempat kemudian langsung duduk dan langsung memakan makanan yang ada di atas meja, walau gak tau makan itu punya siapa, mereka berempat yang melihat Syam langsung memakan makanan yang ada di atas meja, tidak menghiraukan dan melarangnya.
Tak terasa pengunjung di tempat tersebut mulai sepi, Devian segera melihat jam, dikarenakan waktu telah larut mereka memutuskan untuk pulang.
  Kebetulan hari ini adalah hari minggu, libur bukan berarti diam untuk Devian, Devian selalu melakukan aktifitasnya walau hari libur, dari pagi Devian berada di tempat latihan panjat tebing, sedangkan di tempat lain, Rahma, Nisa, Apri dan Novita, sibuk dirumahnya masing-masing, mereka sibuk dengan pekerjaan rumahnya, membersihkan rumah, memasak dan mencucu baju mereka lakukan mengisi hari libur mereka, sedangkan Syam dirumahnya hanya santai-santai menikmati hari minggu nya.
Rahma yang telah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya merasa bosan hanya tinggal di rumah dan berdiam diri saya, dia memutuskan untuk keluar rumah, ia segera menuju rumah temannya, sesampai di rumah temannya, Rahma mengajak Oky untuk main keluar, Rahma yang mengetahui Devian yang selalu berada di Gor, ia mengajak Oky untuk menuju Gor. Sesampi di Gor, ia menenui dan menyapa Devian, Devian yang sedang beristirhat kemudian mengobrol dengan Rahma dan Oki.
Devian yang mengetahui, bahwa Rahma dan Oky belum pernah melakukan panjat tebing kemudian menangtang mereka untuk mencoba olahraga panjat tebing tersebut, Oky yang merasa belum pernah merasa tertantang kemudian mencobanya sedangkan Rahma hanya melihat Oky manjat, sesekali ia hanya memoto Oky.
Keesokan harinya, mereka kembali bekerja, dan pulang sesuai waktunya, Rahma yang tidak memiliki kesibukan lain hari itu diberi tugas untuk menjaga adik perempuannya, bernama salwa, kemudian mengajaknya main dan berkeliling, merasa bosan rahma memutuskan untuk mengajak salwa ke Gor untuk melihat panjat tebing, dimana Devian berada.
Pagi ini terasa berbeda, Rahma begitu serius didepan laptopnya, bukan pekerjaan kantor yang dia kerjakan melainkan skripsi dia yang terbengkalai dan coba untuk segera diselesaikakan, hampir satu minggu dia mengerjakakannya, kemudian dia meminta ijin untuk tidak masuk bekerja dikarenakan mau bimbingan skripsi, dikarenakan tempat kuliah dia diluar kota, kemudian dia berangkat dari pagi-pagi sekali dengan motornya.
Jam dinding menunjukan pukul satu siang, tiba-tiba Rahma menelepon Devian kemudian menanyakan keadaan cuaca, Devian yang berada di tempat kerja memberi tahu Rahma bahwa cuaca disini lagi Ujan deras, kemudian menyarankan untuk Rahma agar jangan dulu pulang, karena Devian tau kalau dia pergi menggunakan motor.
Entah apa yang ada dipikiran Rahma, ia memaksakan untuk pulang, tanpa memakai jas hujan ia pulang dengan ujan-ujanan, satu jam perjalanan ia tempuh kemudian dia sampai di rumah dengan keadaan basah kuyup dan kedinginan, akan tetapi sesampainya di rumah pintu rumahnya terkunci, kedua orang tuanya belum pulang dari pekerjaannya.
Dengan baju yang basah dan badan yang menggigil kedinginan, Rahma mencoba menghubungi Devian, akan tetapi Devian susah dihubungi, dikarenakan hp Devian mati dan ia lupa bawa cargeran, kemudian Rahma menghubungi Apri dan menanyakan keberadaan Apri, Apri memberi tahu Rahma kalau Apri masih berada di tempat kerja bersam Devian dan Pak Iteng.
Rahma yang panik dan ketakutan karena badan nya menggigil dengan memaksakan diri, dia segera pergi ke tempat kerjanya, dimana masih ada, Apri dan Devian yang kemungkinan bisa membantu dia memberikan pertolongan kepadanya.
Rahma tiba di tempat kerja, langsung menuju salah satu ruangan yang berisikan sopa tempat para guru istirahat, Devian yang mengetahui Rahma datang, langsung mengikuti Rahma keruangan tersebut dan melihat keadaan Rahma, Rahma yang masih menggigil kemudian duduk di sopa dan membuka sepatu dan kaos kakinya yang basah, Devian segera menghampiri Rahma dan menanyakan keadaan Rahma,
“ Kamu kenapa?
“ Sambil gemetaran, Rahma menjawab,
   Ga-k tau Bang tadi  ke ujanan,”
“ Kan udah dikasih tau kalau disini ujan,
   kenapa maksaain pulang, sambung Devian,”
Rahma hanya terdiam, Devian yang gak tega melihat keadaan Rahma, langsung berdiri kemudian membuatkan teh manis hangat dan memberikannnya kepada Rahma, Rahma segera meminum teh buatan Devian, tak berapa kemudian keadaan Rahma mulai membaik, ia tak lagi menggigil kedinginan, Devian yang setiap hari memakai jaket segera menuju keruangannya dan mengambil jaket nya, kemudian menyuruh memakainya kepada Rahma.
Kini ujan telah reda, Devian menganjurkan Rahma untuk segera pulang dan menggganti bajunya yang basah, Rahma yang mendengar perkaataan Devian segera bergegas pulang. Dengan ditemani Devian menuju tempat parkir, Rahmapun pulang.
Hari senin, dimana mereka harus bekerja kembali, tapi hari ini terasa berbeda semua guru tersenyum, hari senin ini ternyata tanggal satu, dimana tiap awal bulan mereka menerima gaji, tiga hari berselang, Devian yang merasa uang gajinya masih ada berencana mengajak Rahma untuk makan, lewat pesan singkat Devian mengajak Rahma untuk makan, nanti malam, akan tetapi Rahma menolaknya, dengan alasan sedang membereskan skripsinya.
Hari sabtu, sepulang dari tempat kerja Devian yang menjadi pembina ekskul sispala pergi menuju tempat dimana tempat latihan siswanya berada, ketika hendak pulang kira-kira jam lima sore Devian melihat ada pesan singkat masuk di hp nya, ternyata pesan tersebut dari Rahma, dan menanyakan ajakannya masih berlaku gak?. Devian yang melihat isi dompetnya segera membalas pesan singkat dari Rahma,
“ Atuh hayu aja, bales Devian,”
“ Serius Bang, balas Rahma,”
“ Iya, emang dah gak sibuk gitu? Tanya Devian,”
“ Udah beres ko skripsinya,”
“ Yaudah, n’tar malem ya,“
“ Ok..,”
Devian yang merasa udah punya janji dengan Rahma, segera pulang, jam tujuh malem, Devian ngirim pesan singkat kepada Rahma,
“ Udah siap belum, mau makan dimana?,”
“ Udah, jemput di rumah bu Apri ya,”
“ Okay,,
Ia segera berangkat menuju rumah Apri, sesampainya disana, Rahma sudah menunggu di depan rumah Apri,
“ Bu Apri nya mana, ko gak diajak,”
“ Dia lagi gak enak badan,” jadi gak mau ikut
“ Owwhh, mau makan dimana?
“ Terserah,,,,!!
Mereka berdua kemudian berangkat menuju tempat makan, sesampainya disana, mereka langsung duduk di tempat yang kosong kemudian memesan makan, sambil asik makan dan ngobol, tiba-tiba telepon genggam Rahma berbunyi, ada panggilan masuk, dia segera mengangkatnya, ternyata sodaranya yang minta ditemani nongkrong, Rahma kemudian mengajak Devian pergi ke tempat dimana sodaranya berada, mereka berdua segera menghabiskan dan membayar makanan yang tadi di pesan, kemudian pergi menuju tempat tersebut, sesampainya disana,
Ia dikenalkan dengan sodaranya Rahma, mereka kemudian berbincang, satu jam berbincang telepon genggam Rahma kembali berbunyi, Rahma segera menjawab panggilan tersebut dan ternyata orang tua Rahma yang menelepon kemudian menyuruhnya untuk segera pulang, mereka bertiga segera bergegas pulang, akan tetapi Devian harus mengantarkan Rahma terlebih dahulu kerumah Apri untuk mengambil motornya yang dititipkan di rumah Apri.










Kesibukan Masing-Masing,,,

Syam yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai guru privat kini ia sibuk dengan kegiatannya, setiap hari setelah pekerjaan di tempat kerjaannya selesai ia langsung menuju tempat kursus, ternyata ia sedang mendapat tugas dari pemilik tempat kursus untuk membingbing seorang perempuan.
Perempuan itu bernama, Silvi, ia siswa kelas tiga SMA, usianya kira-kira delapan belas tahun, berparas cantik dibalut hijab dan kacamata, hampir setiap hari Syam memberikan pelajaran tambahan kepada Silvi, karena usia Syam yang  masih muda, ia dengan teknik pengajarannya dengan santai tapi tepat mengajari Silvi.
Dan pada suatu hari, kebetulan jadwal memberikan privatnya dilaksanakan pada malam hari, tepat pukul tujuh malam, Syam telah tiba di tempat kursusnya, sepuluh menit berselang silvi datang, dan segera menghampiri Syam yang sedang duduk di kursi, Silvi yang merasa datang terlambat, meminta maaf kepada Syam dan menjelaskan alasannya kenapa datang terlambat.
Merasa penjelasan Silvi telah selesai, Syam menyuruh Silvi duduk dan menyuruhnya mengeluarkan buku pelajarnya, kemudian Syam menanyakan tugas yang kemaren di berikan kepada Silvi, Silvi kemudian menunjukan hasil pekerjannya, Syam kemudian memeriksanya, tiba-tiba, kenapa yang ini gak dikerjakan, ucap Syam,”
“ Nomer berapa kak? Tanya Silvi,”
“ Nomor lima,”
“ Owhhh, yang itu belum ngerti kak,”
“ Mangkanya kalau kakak lagi ngejelasin perhatiin,”
 “ Iyah kak, maaf,”
Kemudian Syam menjelaskan kembali cara pengerjaan soal nomor lima, setelah selesai menjelaskan Syam memberrikan soal yang sama kepada Silvi, Silvi yang mendapatkan tugas, segera mengerjakannya, sesekali Silvi bertannya mengenai cara pengerjaannya kepada Syam.
Tak terasa waktu yang diberikan selama dua jam pembelajaran selesai juga, Syam mempersilahkan Silvi untuk segera bergegas pulang, Silvi segera membereskan alat tulisnya dan memasukannnya kedalam tas kemudian pulang.
Tak lama berselang, Syam yang merasa pekerjaannya telah selesai segera bergegas pulang, dengan mengendarai sepeda motornya Syam pulang, tak jauh dari tempat kursusnya, Syam melihat Sisvi sedang menunggu kendaraan umum yang lewat, Syam yang tidak tega melihatnya kemudian medekati silvi kemudian mematikan motornya, dan bertanya,” ada angkotnya gak?,”
“ Gak tau Kak,”
“ Yaudah, Kakak anter !!
“ Gak usah Kak, terima kasih,”
“ Gak papa, lagian dah malem,
   angkot juga belum tentu  ada!!,”
“ Gimana ya Kak, takut ngerepotin”
“ Udah, gak papa,”
Silvi segera menaiki motor yang di kendarai Syam, sambil berkendara mereka berdua berbincang, kemudian menuju ke rumah Silvi, setibanya di rumah Silvi, Silvi segera turun, dan mengcapkan terima kasih, sembari menawarkan kepada Syam untuk mampir di rumahnya.
Dikarenakan waktu udah malem Syam menolak ajakan Silvi untuk mampir ke rumahnya, Syam segera pamit, untuk pulang ke rumah. Syam segera mengidupkan kembali motornya kemudian pulang.
Esok pagi, dimana mereka harus bekerja, akan tetapi Rahma tidak datang ke tempat kerja, ternyata Rahma meminta ijin untuk tidak bekerja selama beberapa hari, Rahma yang mempunyai hobi penjelajahan ternyata ia pergi ke gugung papandayan beserta temannya, selama empat hari dia berada di gunung papandayan, saat berada di sana ia bertemu dengan seorang pria yang sama-sama mendaki gunung, mereka berdua saling berkenalan, ternyata Dani sosok pria yang berkenalan dengan Rahma, karena mereka ikut dalam kegiatan yang sama, mereka berdua akhirnya menjadi akrab, kemudian saling menukar nomer telepon dan kontak bbm.
Sepulangnya dari gunung papandayan mereka saling berkomunikasi lewat telepon, kemudian mereka janjian untuk saling bertemu, mereka berdua jalan bareng dan sesekali mampir ke gor, untuk melihat yang latihan panjat tebing.
Karena hobi mereka yang sama, kedekatan mereka semakin dekat, mereka sering melakukan perjalanan untuk ekspedisi atau berkunjung ke tempat wisata, di tambah Dani yang bekerja sebagai poto grafer membuat Rahma semakin dekat, karena Rahma sangat senang sekali kalau di poto.
Hampir setiap minggu mereka berdua berkunjung ke tempat berbeda, dengan motor vespa nya Dani mengajak Rahma untuk melakukan kegiatan penjelajahan. Tak memikirkan lelahnya badan tapi hal tersebut mereka lakukan.
Teryata Apri sedang dekat dengan seseorang, dia hanya menghabiskan waktunya dirumah dan melakukakn komunikasi lewat akun bbmnya, dikarenakan tempat mereka berjauhan, bahkan berbeda kota, sampai sewaktu ketika Apri meminta izin untuk tidak bekerja, Apri beralasan untuk pergi keluar kota, untuk menghadiri acara keluarga.
Di sela-sela acara keluargannya, Apri berkunjung ke tempat dimana laki-laki pujaannya berada,  mereka berdua bertemu dan melepaskan kangennya, ternyata laki-laki tersebut adalah teman SMP Apri sewaktu tinggal di tasik.
Tidak mau melepaskan moment tersebut, Apri meminta lelaki pujaannya untuk mengajaknya jalan-jalan keliling kota tasik, mereka berdua akhirnya jalalan-jalan mengelilingi kota Tasik dan berkunjung ke tempat wisata yang berada disana, setelah beberapa hari disana, Apri pulang bersama keluarganya.
Satu bulan berselang kini giliran laki-laki pujaan Apri yang berkunjung ke rumah Apri, dengan mengendarai mobil pria tersebut akhirnya datang ke rumah Apri, Bukan hanya sekedar datang ternyata laki-laki tersebut melamar Apri, keluarga Apri  menerimanya dengan baik.
Yang itu dua ribu rupiah!! jawab Nisa, kepada pembelinya, teryata disela-sela waktu luang pulang kerja, Nisa harus membantu kakak nya berjualan kue, setiap pukul tiga siang Nisa harus menjajakan dagangannya di sebelah gedung rumah sakit, walau dengan keadaan cape dia tetep tesenyum melayani pembeli.
Dengan semangat ia berjualan, tidak pernah mengenal lelah, tidak banyak macam yang dia jual, hanya ada beberapa jenis kue yang iya jual, hampir setiap hari dia berjualan, dan hampir setiap hari dagangannya habis.
 Serpong menjadi salah satu kota tujuan Novita, dalam pengebangan usahanya, dia yang bermaksud untuk kemajuan usahanya hendak pergi mengikuti kegiatan kepelatihan berwirausaha, melalui informasi yang di dapat dari media sosial, novita mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan tersebut, dia berangkat dan mengikuti kegiatan selama satu minggu.
Sesampainya disana dia melakukan registrasi ulang, dikarenakan panitia tidak menyediakan penginapan, Novita dengan terpaksa harus menyewa penginapan untuk beberapa hari, Novita segera menuju penginapan yang kebetulan berada tidak jauh dimana ia harus pelatihan, hari pertama ia lakukan dengan sendiri, jam delapan pagi Novita segera menuju ke sebuah gedung dimana ia harus pelatihan.
Dengan semangat ia mengikuti serangkaian kegiatan, pada hari itu, jam lima sore kegiatan tersebut selesai Novita kembali menuju penginapan, hanya telopon genggam yang menemaninya selama berada di penginapan, ke esokan harinya Novita segera bergegas menuju tempat pelatihan, karena tidak ada satu orangpun yang ia kenal, ia melakukan semua sendiri.
Hingga hari ke empat, panitia membagikan tugas kepada semua peserta pelatihan, Novita yang sedikit kebinggungan mulai memberanikan diri untuk meminta bantuan kepada peserta lain,  Novita mulai berjalan menuju dimana ada seorang laki-laki yang sedang mengoprasikan laptop, laki-laki tersebut adalah salah satu peserta pelatihan.
Setelah berada di dekat laki-laki tersebut, dia menyapanya, maaf mas, boleh ikut duduk? Ucap Novita,
“ Silahkan mba, jawab laki-laki tersebut,”
“ Boleh tanya sesuatu mas!,”
“ Iya,tentang apa ya,”
“ Masalah tugas tadi, gimana ya maksudnya,
   saya gak ngerti,”
“ Owhh,”
Dengan panjang lebar laki-laki tersebut menjelaskan maksud dari tugasyang harus dikerjakan peserta pelatihan, dengan serius Novita mendengarkan seruruh penjelasan laki-laki itu, tiba-tiba, Mba dari mana? Tanya dia,”
“ Saya dari Rangkasbitung, jawab Novita,”
“ Owhh, saya Dimas, Mba,”
“ Novita,”
“ Tinggal dimana Mas?,”
“ Saya dari Bandung,”
“ Di Bandung buka usaha apa mas,”
“ Jangan panggil mas atuh saya bukan orang jawa,
“ Panggil aja Dimas,”
“ Ohhh, iya Mas,”
“ Tuh kan panggil, Mass lagi,”
“ Kan nama nya, Dimas, ada kata Mas nya,, hehehe
“ Yaudah terserah Mba aja,”
“ Gimana udah ngerti belum tentang tugasnya,”
“ Lumayan, ada gambaran,”
“ Kesini pulang pergi? tannya Dimas,”
“ Ennga, saya nginep di penginapan di depan,”
“ Saya juga nginep disana, sama siapa  disana,”
“ Sendiri, ko,”
Novita yang merasa sudah mengetahui isi dari tugasnya gimana, segera pamit dan mengerjakan tugasnya, malam hari tiba setelah mandi dan istirahat Novita bermaksud untuk mencari makan keluar, ketika hendak menuju luar penginapan, Dimas keluar dari kamarnya kemudian mereka perdua papasan,
“ Mau kemana mba,” sapa diama,”
“ Mau nyari makan, jawab Novita,”
“ Kebetulan,”
“ Apa yang kebetulan,”
“ Saya juga mau nyari makan nih,”
“ Owhh,”
“ Gimana kalau kita nyarinya barengan, sekalian,”
   saya bawa mobil tuh,”
“ Gimana,, yahh,”
“ Gimana, apanya, saya yang bayarin, tenang aja,”
“ Ya udah,
Mereka berdua segera menuju mobil milik Dimas, kemudian mencari tempat makan, mau makan apa mba, tanya Dimas, teserah yang mau bayarin aja, jawab Novita sambil ketawa, hehe, akhirnya mereka berdua berhenti di sebuah tempat makan, mereka segera turun dan kemudian masuk tempat makan tersebut kemudian menuju tempat yang kosong, mereka memesan beberapa menu makan, sambil menikmati makanan, mereka berdua asik ngobrol tentang usaha mereka masing-masing.
Tak lama mereka berdua menyelesaikan makannya, Novita yang merasa kenyang dan cape dengan kegiatan tadi siang, mengajak Dimas untuk segera pulang dan beristirahat.
Tak terasa sudah seminggu Novita mengikuti kegiatan tersebut, sudah sampai di akhir pertemuan, jam lima sore kegiatan pelatihan selesai, Novita yang hendak pulang  menunggu mobil anggkutan di jalan bertemu dengan Dimas, Dimas yang mengendarai mobilnya menawarkan untuk pulang bersamamnya, Novita yang merasa tujuan mereka berbeda menolaknya, tapi dimas terus mengajaknya, dengan berat hati Novita masuk mobil yang dikendarai dimas, di dalam mobil Novita langsung bicara, anterin ke terminal bus aja ya, soalnya kita beda tujuan, iyah, jawab Dimas, sambil mengendarai mobil menuju terminal bus mereka berdua berbincang dan bertukar nomor telepon, tibalah di terminal bus, novita segera turun kemudian mengucapkan terima kasih, telah mengantarkannya ke terminal.
Novita segera mencari mobil bus yang akan mengantarnya pulang, setelah berkeliling dan memenukan bus yang akan mengantarkannya pulang, ia segera naik dan duduk di kursi yang kosong. Dua jam berlalu ia sampai di rangkasbitung, dan menelepon adiknya untuk menjemputnya ke terminal bus, tak lama adiknya datang.
Devian berserta siswanya yang berencana mengikuti beberapa perlombaan panjat tebing, mereka berlatih hingga larut malam, hingga tiba kejuaraan panjat tebing pelajar se Kab-Lebak dimulai, Devian yang mendaftarkan beberapa siswanya dalam kejuaraan tersebut, ia dengan terpaksa izin tidak bekerja untuk beberapa hari tidak, ia hanya memberikan tugas mencatat, dikarnakan diaharus menemani siswa nya berlomba, hasil latihan selama ini terbayar tuntas, ia tersenyum walau sedikit kecewa, dimana target dua piala yang diinginkan, hanya satu yang mereka dapat.
Satu hari berselang ia mengintruksikan siswanya untuk segera berlatih kembali, kali ini mereka akan mengikuti kejuaran tingkat se Jawa, Bali dan Sumatra yang diselenggaran oleh kampus swasta di serang,  tiap hari mulai dari jam dua siang, ia beserta ke dua siswanya terus berlatih, bahkan terkadang hingga larut malam.
Ia beserta kedua siswanya yang bernama afif dan agun berangkat ketempat diselenggarakannya kejuaraan, selama empat hari mereka disana, dengan bekal hasil dari kejuaraan sebelumnya, ia yakin salah satu dari siswanya akan mendapatkan juara kembali, tapi sayang kali ini hanya peringkat ke empat yang dapet, ia beserta kedua siswanya pulang dengan tangan kosong,  pulang dengan tangan kosong bukan suatu pukulan, akan tetapi menjadi motivasi untuk terus berlatih, mengingat masih ada satu kejuaraan lagi untuk mereka ikuti.









Berkat Bantuan Novita !

Sepulang dari kejuaraan tersebut, Devian sedikit kelelahan, akan tetapi rasa lelahnya hilang ketika melihat kedua siswanya giat berlatih, setiap hari mereka berlatih, tapi kali ini sedikit berbeda, kedua siswanya datang lebih awal yaitu jam satu siang, melihat hal itu walau terik mentari tak menggoyahkan mereka untuk berlatih.
Waktu kejuaraan tinggal beberapa hari lagi, ia  yang berencana mendaftarkan siswanya untuk mengikuti kejuaraan nasional di bogor memberanikan diri untuk menghadap ke kepala sekolah, melaporkan rencana kegiatannya, akan tetapi ia tidak bertemu dengan kepala sekolah, dikarenakan kepala sekolah sedang mengikuti pelatihan, dengan telepon genggamnya ia menelepon kepala sekolah, akan tetapi tidak dijawab, mungkin lagi sibuk pelatihahn, ia pun mengirimkan pesan singkat kepada kepala sekolah, yang isinya tentang rencana ia beserta kedua siswa nya yang akan mengikuti kejuaraan tingkat nasional di bogor.
Akan tetapi pesan singkatnya kepada kepala sekolah tak kunjung ada jawaban, ia memutuskan pulang kemudian menuju gor dimana siswanya sedang berlatih, setengah enak sore latihan usai, ia beserta kedua siswanya pulang,
Sambl istirahat ia memikirkan tentang rancananya untuk pergi mengikuti kejuaraan di bogor, kira-kira jam sembilan lewat telepon genggan ia berbunyi, ia segera mengambil kemudian melihatnya, ternyata kepala sekolah meneleponnya, ia segera menjawabnya,
“ Hallo, assalamualalikum,”
“ Walalikum salam” maaf Pak Dede,
    tadi saya lagi sibuk, Jadi saya belum sempet jawab
   pesan dari Pak Dede,”
“ Ohhh, iyah pak gak papa! Terus gimna, Pak”
“ Saya lagi diluar kota,
   baru hari minggu saya pulang,
   Tapi coba aja tanya bu Apri, kali aja ada uang,
   kalau ada minta aja, bilang disuruh saya gitu,”
 “ Siap pak, terima kasih, Asalamualaikum
Mendapat perintah dari kepala sekolah, Devian segera mengirim pesan singkat ke bu Apri yang isinya,
“ Bu tadi udah telepon Pak kepala sekolah,
   kata pak kepala sekolah ada uang gak,
   saya mau minta  buat kegiatan di Bogor,”
“ waduh, lagi gak ada nih, Pak Dede,”
“ Terus gimana?,”
“ Kita liat aja besok, kalau ada siswa yang bayaran,
   n’tar di kasih ke Pak Dede,”
“ Ohhh, yaudah,, makasih bu,”
Devian yang tidak ada jadwal mengajar, datang agak siangan, jam sebelas siang ia baru datang ke tempat kerjaanya, tiba di tempat kerja, ia langsung menuju ke ruangan dimana Apri berada, ia bermaksud utuk menanyakan, sesuatu yang yang mereka bicarakan tadi malam, Devian yang baru datang dan langsung menuju ruang Apri kemudian membuka pembicaraan,
“ Gimana, bu,”
“ Apanya yang gimana, jawab Apri,”
“ Yang semalem, saya sms,”
“ Waduh, gak ada, Pak Dede,”
   Hari ini gak ada yang bayaran,”
“ Ohhhh,, yaudah gak pa pa,”
“ Maaf ya, Pak Dede, bukan nya saya ga mau ngasih,
   tapi emang, kenyataannya ga ada uangnnya,
“ Iyah, ibu gak pa pa,”
 Devian segera pamit untuk menuju ruang guru kemudian ia istirahat, pukul satu siang ia segera pamit menuju tempat latihan panjat tebing, setelah sampai disana, keadaan masih sepi setengah jam berselang kedua atlitnya yang sekaligus muridnya datang, mereka berdua turun dari motor kemudian bersalaman dengan Devian, kemudian Devian menyuruh kedua muridnya untuk segera melakukan pemanasan, kedua muridnya langsung melaksanakan perintah Devian, mereka berdua kemudian joging selama dua puluh menit sesuai perintah Devian, sambil memperhatikan siswanya, sesekali ia melihat jam tangannya untuk melihat waktu dimana ia menyuruh kedua siswanya melakukan joging.
Dua puluh menit berselang, ia memberhentikan kedua siswanya berhenti joging, karena waktunya selesai, kemudian mengintruksikannya untuk melakukan peregangan,  selesai melakukan peregangan kedua siswanya langsung Devian intruksikan menuju suatu tempat dimana mereka akan berlatih kekuatan otot.
Setelah merasa cukup latihan kekuatan otot tanggan, ia segera mengintruksikan siswanya untuk segera memakai perlengkapan panjat kemudian menyuruh latihan panjat sesuai jalur pemanjatan yang telah ia beri tanda, dengan memberikan arahan tiga kali pemanjatan untuk satu orang, mereka berdua bergantian manjat, setelah tiga kali melakukan pemanjatan maka salah satu mereka menjadi bilayer, dua jam berselang adzan berkumandang, ia memberhentikan kegiatan pemanjatan kepada kedua siswanya dan segera melakukan istirahat.
Setengah jam berselang mereka melanjutkan latihannya, kira-kira jam lima sore ia memberhentikan latihan, karena ia mengganggap latihan hari itu selesai, mereka bertiga membereskan semua peralatan latihan kemudian  menaruhnya di tempat dimana alat  itu di simpan, setelah menaruh alat, ia memanggil kedua siswanya, kemudian mengajaknya duduk dan mengobrol.
“ Gimana, udah siap ke Bogor,”
   Devian membuka obrolan,
“ Atuh, udahlah Pak,”
“ Mantap,”
“ Terus kapan berangkatnya Pak?,”
“ Harusnya sih, besok kita berangkat, tapi!!,”
“ Tapi, apa Pak,”
“ Tapi kayanya, kita gak jadi berangkatnya,”
“ Huhhhh,” terus buat apa kita latihan,
    kalau ga jadi ikut Kejuaran,”
“ Bapak gak ada uang, sekolah juga gak ada uang,”
“ Yahhhh,, percuma dong latihan,
    dari siang sampe malem,”
“ Gak percuma, kita ikut lomba yang di Jakarta aja,”
“ Ntar gak jadi lagi gimana?,”
“ Pasti jadi, kalian pasti berangkat lomba ke Jakarta!,”
“ Kalau gak jadi lagi ikut lomba,
   kita berdua berhenti ikut  latihan ya,”
“ Iyah,” tapi seminggu ini kita masih latihan,
   masalahnya minggu depan kita berangkatnya,”
“ Siappp,, kita pulang duluan ya Pak, udah sore,”
“ Ok,, hati-hati,”
Kedua siswanya mulai menjauh meninggalkan Devian, akan tetapi Devian masih duduk dan melamun di tempat yang sama sambil mengarah ke wall panjat tebing, allahu akbar.... allahu akbar... suara adzan magrib terdengar, ia mulai berdiri perlahan dan berjalan mendekati motornya kemudian mengihupkan motor dan pulang kerumah.
Beberapa hari berlalu, tapi ia belum mendapatkan uang untuk biaya pendaftaran dan akomodasi untuk kejuaraan di Jakarta, sambil memikirkan nasib kedua siswanya, ia mencoba mencari pinjeman uang, akan tetetapi belum mendapatkannya, tiba-tiba terlintas bahwa ia mempunyai banyak teman yang mungkin bisa membantunya, ia segera mencari kontak telepon teman-temannya kemudian menghubungi mereka, akan  tetapi beberapa temannya tidak bisa di hubungi, tidak hanya disitu, Devian mengirimkan pesan singkat kepada teman yang lain yang isinya bermaksud meminta bantuan, lima belas kontak ia kirim pesan, setengah jam berlalu tetapi tidak ada satu balasan sms dari temannya, ia kemudian istirahat dan tidur.
Keesokan harinya, ketika bangun tidur Devian karena suara alarm dari hp nya, ia terbangun, bermaksud mematikan nada alarm, ternyata adasatu pesan masuk dari Novita, ada apa Pak Dede, semalem saya udah tidur, Devian segera membalas sms tersebut dan menjelaskan permasalahan yang ia hadapi,
“ Owhhh, emang mau pinjem berapa?,
   jawab Novita,”
“ Lima ratus ribu aja bu, kalau ada itu juga,”
“ Kalau segitu gak ada Pak!!,”
“ Emang adanya berapa?,”
“ Cuma ada tiga ratus ribu doang Pak,”
“ Ya udah gak papa, segitu juga, saya pinjem ya,!!,”
“ Ntar sore ya uangnya, ambil di tepat saya ngajar
   kursus,”
“ Ok, siap,”
Disela-sela istirahat latihan, ia segera menuju tempat dimana Novita berada, untuk mengambil uang yang di pinjamnya, merasa uang sudah ada, ia segera mendaftarkan kedua siswanya untuk mengikuti kejuaraan di jakarta.
Dua hari berselang Devian beserta kedua siswanya berangkat menuju Jakarta, setiba di Jakarta ia segera menuju tempat dimana harus melakukan regristasi ulang peserta, 
Selama empat hari mereka beradadi jakarta, hari ini merupakan hari terakhir kejuaraan, dengan penh berharap kedua siswanya menjadi juara,  jam empat sore kini tiba waktunya final untuk kategori lead perorangan pelajar  putra, delapan orang telah bersiap mengikuti final, dua orang diantara peserta yang final adalah siswa nya,  setelah seluruh peserta melakukan pemanjatan kini Devian dengan rasa deg-degan menunggu hasil, lima belas menit berselang hasil pemanjatan final diumumkan, ia tersenyum, melihat hasil pengumuman, ternyata salah satu siswanya yang bernama Afif mendapatkan peringkat dua. 
Setengah jam menunggu akhirnya upacara pembagian hadiah di mulai, setelah selesi mengikuti upacara dan mengambil hadiah mereka bertiga pulang, dengan menggunakan angkutan umum mereka menuju ke stasiun kereta api, mereka bertiga berjalan menuju loket pejualan tiket, dan ketika hendak membayar Devian kebinguan karena uang beserta hp yang didalam tasnya gak ada.
Ternyata ia kecopetan, dengan terpaksa  ia meminta kepada siswanya yang menjadi juara membayarkan uang tiket kereta api, dengan perasaan sedih ia beserta kedua siswanya pulang.






Nisa Yang Merawat Mamahnya,

Hari senin, walau dengan perasaan sedihnya karena kehilangan hp yang baru ia beli sekitar dua minggu yang lalu Devian tetap berangkat menuju tempat kerjanya, sambil membawa piala hasil kejuaraan kemaren di jakarta yang akan ia serahkan kepada pihak sekolah, semua guru memberikan pujian dan selamat kepada Devian beserta siswanya atas prestsi yang di dapat.
Sambil santai ia bercerita hal-hal yang ia alami ketika di Jakarta, tiba-tiba, Nisa pamit pulang duluan, ia izin karena mau membawa ibunya berobat karena sakit, Nisa segera pulang, hampir empat hari Nisa gak masuk kerja, dan hingga pada hari  ke empat, Devian memutuskan untuk menjenguk orang tua Nisa yang sakit, tanpa di ketahui guru yang lain ia menuju rumah Nisa,  sesampai nya di rumah Nisa, ia segera mengetuk pintu rumah Nisa, sambilmengucap salam,
“ Assalamualaikum,”
mendengar ada yang mengucapkan salam dari luar nisa segera  membukakan pitu rumahnya,
“ Ehh, Pak Dede, sama siapa Pak?,”
“ Saya sendiri aja,”
“ Owh, silahkan masuk Pak,”
“ Ia Nis makasih,”
Mereka berdua segera menuju ruang tamu, kemudian Nisa ijin untuk mengambilkan air minum, tak lam Nisa datang dan membawa secangkir teh manis, mereka berdua kemudian berbincang, Nisa bercerita tentang sakit yang sedang dialami ibunya, dengan wajah sedihnya Nisa bercerita panjang lebar dan sesekali meneteskan air mata.
Setelah beberapa jam berada di rumah Nisa, Devian pamit karena mau latihan, Nisa mengantar sampe depan rumah, tak lama ibunya memanggil,, Nis,, Nis,, Nisa!
“ Iyah mah ada apa jawab Nisa,”
“ Ambilkan obat mamah,”
“ Iyah, mah,”
Nisa segera mengambil obat, akan tetapi obatnya telah habis, “ Mah obatnya gak ada,”
 “ Nisa ke apotik dulu beli obatnya ya!!,”
Ia segera menuju kamarnya, kemudian mengambil dompet, ketika melihat isi dompet ternyata uangnya tidak ada, ia binggung, sambil berkata dalam hati, mau beli obat pake apa?, uangnya juga ga ada, ia segera berjalan keluar dari kamar kemudian duduk di teras rumah,  lima belas menit berselang ia memutuskan untuk pergi kerumah kakaknya, ia segera bergegas menuju rumah kakaknya, setibanya di rumah kakaknya, ia menceritakan keadaan ibunya yang sakit dan bermaksud meminta uang untuk menebus obat di apotik karena ia tidak mempunyai uang. Akan tetapi kakak Nisa juga sama lagi tidak memegang uang, dengan rasa sedihnya Nisa kemudian pamit kepada kakaknya untuk pulang,
Setibanya di rumah,
“ Mana obatnya Nis?, tanya mamahnya,”
“ Belum beli mah, Nisa gak ada uangnya,”
“ Minta sana sama kakak mu,”
“ Sama mah, tadi Nisa dari sana,
    kakak juga gak ada uang,”
“ Pinjem aja ke yang lain,”
“ Sama siapa mah,”
“ Sama temen kamu,”
“ Iyah, mah,”
Ia segera mengambil telepon genggamnya, dan menghubungi temannya, akan tetapi temannya juga, lagi tidak memiliki uang, perasaan Nisa semakin tambah binggung, sambil memikirkan keadaan ibunya, Nisa melamun,
Nisa bangkit dari tempat duduknya, kemudian ia menuju kamarnya, ia keluar kembali sambil membawa tas ia kemudian berjalan keluar rumah, lima belas menit ia berjalan, ia berhenti di sebuah toko hp, ia bermaksud menjual hp yang ia miliki yang kemudian uangnya ia pake untuk membeli obat ibunya,  setelah sekitar sepuluh menit Nisa segera beranjak dati toko tersebut kemudian menuju apotik untuk membeli obat.
Merasa semua obat yang diperlukan ibunya telah ada ia segera pulang kemudian memberikan obat kepada ibunya, karena harga obat yang ia beli sangat mahal hanya tinggal tiga ratus ribu lagi sisa uang yang di pegang Nisa.
Merasa sudah lama tidak masuk kerja, Nisa  memutuskan untuk kembali bekerja, jam tujuh pagi ia segera berangkat menuju tempat kerja, walau dengan berat hati harus meninggalkan ibunya sendiri di rumah, sesampainya  di tempat kerja, ia segera menuju ruangan dimana meja kerjannya berada, karena  kepikiran ibunya dirumah, Nisa  hanya melamun di tempat kerja.
Dua minggu berselang, obat yang kemaren dibeli Nisa ternyata tinggal sedikit lagi, akan tetapi keadaan ibunya Nisa masih sama, belum begitu sehat, sepulang dari tempat kerja, walau lelah Nisa  harus merawat orang tuannya,
“ Nis, baru pulang,”
“ Iyah mahh,,”
“ Obat mamah dah mau abis,”
“ Iyah mah, n’tar beli,”
“ Mamah,  pengen ke dokter,”
“ Iyah mah, kalau Nisa punya uang kita ke dokter,”
“ Iyah,” Hp kamu mana Nis?,”
    kamu gak pernah main hp,”
“ Hp nya dah jadi obat mamah,
    hpnya Nisa jual kemaren,”
“ Maafin  mamah Nis, mamah jadi ngerepotin kamu,”
“ Gak pa pa, mah, ini kewajiban Nisa sebagai anak
    mamah,”
“Mah, Nisa pergi dulu ya, bantuin si kakak jualan,
“ Iyah, hati-hati ya, “
Walau belum makan, Nisa segera pergi menuju tempat dimana kakaknya berjualan, sesampainya disana iya segera membereskan dagangan kakaknya, hari ini dagangan kakaknya gak begitu banyak terjual, hanya separuhnya saja, sedangkan matahari mulai menghilangkan sinarnya, sambil menunggu pembeli Nisa  berbincang dengan kakaknya,
“ Kak, si mamah pengan ke Dokter!!,”
“ Terus gimana, mau di bawa ke Dokter?,”
“ Pengennya sih dibawa, soalnya obat yang kemaren
    juga sudah mau habis, tapi gak ada perubahan,”
“ Terus kamu ada uangnya,?”
“ Itu dia masalahnya, Nisa gak ada uangnya,
   kemaren aja beli obat, Hp Nisa yang di jual,”
“  Yaudah, nanti aja bawa si mamah ke dokternya,
     kalau udah punya uang,”
“ Tapi Nisa gak tega, liat si mamah sakit,”
“ Ya,,,,, mau gimana lagi Nis!!,”
“ Mmhh,, Nisa mau jual motor Nisa aja,
   biar uangnya bisa buat bawa si mamah ke dokter
“ Terus kamu kerja gimana?,”
“ Nisa jalan kaki aja,
    lagian deket ko,,,tempat kerjannya juga!!,”
“ Yaudah terserah kamu!!,”
“ Kak,,, Nisa pulang ya,
   mau ngasih minum obat si mamah,”
“ Iyah,, hati-hati,”
Nisa segera pulang, sesampainya di rumah ia segera memberikan obat kepada mamahnya, setelah makan malam ia segera beristirahat, karena leleh dengan aktifitasnya.
Pagi itu jam tujuh pagi ketika Nisa hendak berangkat kerja,  Kakak Nisa datang,  Nis mau berangkat kerja ya?,”
“ Iyah kak, kenapa?,”
“ Gimana motornya, jadi gak di jual,”
“ Kalau ada yang mau ya di jual!,”
“ Kalau yang maubeli belum ada,
    tapi yang mau gadai ada, Nis!,”
“ Siapa?
“ Ada  temen Kakak,”
“ Dia  berani gadai berapa?,”
“ Kata nya sih, Cuma ada uang dua juta doang!,”
“ Mmmh, gimana ya!,” gimana n’tar ya kak,
“ Owhhh, yaudah
Nisa segera pergi berangkat kerja, sesampainya di tempat kerja, ia segera menuju meja kerjanya, sambil memikirkan tawaran unruk menggadaikan motornya kepada teman kakaknya, jam satu lebih tiga puluh menit, Nisa segera bergegas untuk pulang, tapi kali ini ia tidak langsung pulang kerumah ia menuju tempat dimana kakaknya berjualan, sambil mau menanyakan kepastian nasib motornya, setibanya di tempat kakaknya, ia segera menanyakan teman kakaknya,
“ Gimana kak, temannya jadi gak? Gadai motor,”
“ Iyah jadi, kamu gimana?,”
“ Iyah kak, gadaiin aja motor Nisa,
   biar bisa bawa berobat si mamah,”
“ Ok, n’tar kakakkasih tau teman kakak,”
“ Hari ini, nisa gak batuin kakak, Nisa  mau pulang,
   Kalau jadi teman kakak ajak ke rumah aja,
   Buat ambil motor sama surat-suratnya,”
“ Ohhh, iyah,,,, salam buat si mamah,”
Sehabis solat magrib, terdengar ucapan salam dari luarrumah, “ Assalamualaikum, nisa yang mendengarnya segera bergegas kemudian membukakan pintu rumahnya, ternyata yang datang adalah kakaknya dan seorang perempuan, yang ternyata teman kakak nya, Nisa mepersilahkan masuk dan duduk kepada keduanya kemudian berbincang,
“ Nis, ini yang mau gadai motor kamu,”
“ Iya, Kak,”
“ Emang mau di gadai berapa motornya?,
   tannya perempuan itu,”
“ Ya, pengennya sih di jual,
    tapi belum ada yang mau, jawab Nisa,”
“ Owhhh,terus gimana mau di gadai gak?,”
“ Mau, sambil nunggu yang mau beli motornya,”
Selama satu jam mereka melakukan perbincangan dan kesepakatan mengenai motor yang digadaikan Nisa, akhirnya merekapun setuju dengan perjanjian yang mereka rencanakan, Nisa segera menuju kamar kemudian mengambil surat-surat motor dan memberikan kunci motornya kepada perempuan itu,
Merasa semua urusannya selesai perempuan dan kakaknya, hendak pamit pulang dan membawa motor yang telah digadainya dari Nisa.
Tak lama mamah nya Nisa keluar dari kamar, kemudian menghampiri Nisa yang  sedang duduk di kursi, motornya kamu gadaiin Nis? mamah mebuka percakapan,”
“ Iyah, mah,”
“ Berapa?,”
“ Gak besar kok mah, Cuma cukup buat bawa
   mamah kedokter, sisanya buat cadangan beli obat,”
“ Maafin mamah ya!!, sambil memeluk Nisa dan 
    menangis,”
“ Gak pa-pa mah, yang penting mahah sehat dulu,
   setelah si Papah gak ada, mamah yang ngerawatin
   Nisa sendiri, sekarang giliran Nisa yang ngerawatin
   mamah, jagain mamah,”
Hanya ada suara isak tangis mereka berdua diruangan itu, hingga larut malam.
Keesokan harinya, jam tujuh pagi Nisa segera membawa mamahnya ke dokter, dengan menyewa becak ia bersama mamahnya menuju klinik.
Menemani Nisa,,,,!!

Pagi semuanya, Devian  menyapa guru yang telah datang lebih awal darinya, Pak kepala sekolah ada? Ucap Devian, ada di ruanggannya, jawab Rahma, Devian yang mengetahui Pak Kepala sekolah ada di ruangannya, segera menuju ke ruangan kepala sekolah,
“ Tok, tok, tok, Devian  mengetuk pintu ruangan kepala sekolah, sampil mengucapkan salam, Assalamualaikum, “ Walaikum salam, ucap bapak kepala sekolah, Silahkan masuk, Pak Dede!!,” iya Pak makasih, “ada apa nih? Tumben,,,
“ Begini  pak, saya mau izin untuk beberapa hari gak
    masuk mengajar!!,”
“ Owhhh, emang mau kemana?,”
“ Saya  mau ikut kursus jadi juri!,”
“ Juri apa? Dimana?,”
“ Juri panjat tebing pak, di kota tangerang!,”
“ Emang mau berapa hari kursusnya?,”
“ Kursusnya tiga hari, nanti sore saya berangkat,
   masalahnya besok kegiatannya di mulai,”
“ Yaudah, siapkan aja materi buat tugas anak-anak,”
“ Iya Pak, udah saya siapkan, nanti saya titip
   Pak Iteng aja tugas buat anak-anaknya,”
“ Kalau emang udah di siapkan tugasnya,
   saya persilahkan Pak Dede buat ikut kursusnya,”
“  Iya Pak, makasih!!!,”
Merasa telah mendapatkan izin dari kepala sekolah, ia segera memberikan tugasnya ke Pak Iteng, kemudian ia segera pulang dan bersiap untuk pergi ke kota Tangerang. Ia segera menuju stasiun kereta api dan membeli tiket untuk tujuan serpong, tak menunggu lama kereta yang akan membawanya menuju kota serpongpun tiba, setelah keretanya berhenti, ia segera menaiki kemudian mencari tempat duduk yang kosong.
Lima menit berselang kereta yang dinaiki Devian segera berangkat, stasiun demi setasiaun, hingga akhirnya tiba di stasiun serpong, Devian yang merasa telah tiba di stasiun Serpong segera turun dari kereta api, kemudia ia berjalan menuju keluar dari stasiun, ia bermaksud mencari mobil angkutan umun yang akan mengantarkan dia menuju kota Tangerang, ia berdiri di pinggir jalan sambil melihat mobil angkutan umum lewat,  tak lama mobil yang ia tunggu datang juga, ia segera memberhentikan mobil tersebut kemudian naik dan menuju kota Tangerang.
Selama empat hari ia disana harus mengikuti kursus juri,  hari pertama hanya melakukan tes awal penjurian, dari jam sembilan pagi ia menunggu giliran tes, sampai akhirnya ia mengikuti tes, siang harinya pengumuman hasil tes dan pengelompokan tim, hasil yang lumayan membuat ia satu tim bersama perwakilan dari Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Tangerang.
Tak lama berselang mereka diinstruksikan untuk memasuki ruangan untuk mempelajari materi, selama dua jam mereka ada diruangan tersebut untuk memahami materi hingga akhirnya kegiatan kursus hari pertama usai, Devian segera menuju penginapan dengan menumpang mobil dari peserta lain ia menuju penginapan.
  Keesokan hari, ia bersama kedua orang temannya, menuju kantor KONI kota Tangerang untuk mengikuti kegiatan selanjutnya tentang kursus penjurian, setibanya disana, ternyata masih sepi, mereka bertiga menutuskan untuk mencari sarapan pagi,
Setelah selesai melakukan sarapan pagi dan ngopi mereka bertiga segera menuju kembali ke gedung KONI untuk mengikuti kegiatan kursus,  kegiatan untuk hari tersebut hanyalah materi kelas, selama delapan jam mereka mengikuti kegiatan, hingga sore hari.
Hari minggu pagi Devian kembali mengikuti kegiatan kursus, dikarenakan kegiatan di hari terakhir dan materi kelas telah usai, maka pada hari itu kegiatan kursus dilaksanakan dilapangan yaitu dengan simulasi perlombaan panjat tebing yang bertempat di wall climbing FPTI.Kota Taangerang,  sekitar pukulempat sore kegiatan simulasi selesai, panitia segera mengumpulkan peserta kemudian memberikan pengumuman dan pengarahaan,.
Kegiatan telah berakhir Devian segera pulang setelah berpamitan dengan kedua teman setimnya dalam kursus, ia segera pergi ke Stasiun kereta Api,  setibanya di Stasiun kereta api, ia segera membeli tiket untuk tujuan Rangkasbitung.
 Senin tiga oktober 2016, jam tujuh pagi Devian sudah berada di tempat kerja, bersama beberapa rekan guru dan seluruh siswa ia melaksanaka upacara bendera di lapangan upacara, hari itu Syam sebagai pembina upacara, ia menyampaikan kepada siswa didiknya untuk meningkatkan kedisiplinan, selesai melaksanakan kegiatan upacara mereka berkummpul di ruang guru.
“ Bentar lagi tanggal enam nih!!
   Akhir perlombaan kita usai,
   udah pada dapet belum?,
   Devian membuka obrolan,”
“ Udah dong!! Jawab Rahma,”
“ Yang lain gimana,”
“ Udah lah, sambung Novita,”
“ Mana buktinya, tanya Devian kembali,”
“ Gimana kalau malem minggu kita makan,
   sekalian bawa pasangan masing-masing,
   ucap Syam,”
“ Yaudah, jadiin, sekalian yang belum dapet biar
   nyari dulu, kan tanggal enam baru hari kamis,
   malam minggu kan tanggal delapan,
  sambung Rahma,”
“ Okk, deh,”
Sabtu delapan Oktober 2016, jam tujuh malam mereka berencana berkumpul di tempat yang telah ditentukan yaitu di tempat mereka biasa kumpul dan membawa pasangannya masing-masing, akan tetapi jam tujuh malam Devian baru sampai ke rumah, ia segera mandi kemudian bergegas menuju tempat tersebut, setengah jam perjalannan ia akhirnya nyampe juga di cafe, ia segera menuju lantai atas, sesampainya di lantai atas,ternyata, yang lain sudah datang bersama pasangannya.
Devian segera menyapa dan menyalami semuanya, “ Sorry, terlambat, “ dah pada lama ya,” seru nihh jadi rame, Devian segera duduk, karena ia tidak membawa pasangan ia hanya memainkan hp nya, ia hanya melihat poto-poto kenangan bersama mereka yang ia simpan di galeri hpnya, sedangkan yang lain asik bersama pasangannya, tiba-tiba ia mebuka percakapan,  Nisa kemana,? dia belum dateng, coba smsin dia, masih dimana gitu, kayanya Nisa gak bakal kesini, ia harus ngejagain mamahnya yang sakit, ucap Apri,
“ Terus kalian udah ngejengukin mamahnya?,”
“ Belum, bang ucap Rahma,”
“ Emang, kalian ngapain aja,sampai gak ngejenguk,
   dengan nada marah Devian berkata,”
 “ Belum sempet aja bang,”
“ Belum, atau kalian emang sibuk
   dengan pacar kalian,”
“ Engga bang,”
“ Kalian tega, orang tua dari teman kita sakit,
   gak pernah ngejenguk, apa itu yang di sebut teman
   sejati, buat apa kita selama-ini bareng-bareng terus,
   kalau kalian gak saling peduli, ingat dia bagian
  dari kita,  dia salah satu keluarga kita di tempat
  kita kerja,, kalian bener-bener tega,”
Devian berdiri dari tempat duduknya kemudian ia berjalan keluar cafe dimana mereka berkumpul.
Ternyata ia pergimenuju rumah Nisa, setibanya di rumah Nisa, ia mengetuk pintu, tok-tok-tok
“ Assalamualaikum,”
“ Walaikum salam,” Nisa menjawab dari dalam rumah kemudin ia membuka pintu, ehhh, Pak Dede,
“ Ada apa Pak? Maaf Pak, saya gak bisa datang,
   saya harus ngejagain mamah di rumah,”
“ Iya gak pa pa! Nis,” terus si mamah dimana?,”
“ Di kamar Pak, tapi kayannya sakitnya
   tambah parak Pak!!, padahal minggu kemaren dah
   dibawa ke dokter,”
“ Kenapa gak di bawa kerumah sakit,?,”
Nisa hanya terdiam sambil mengeluarkan air matanya,
“ Kita bawa ke rumah sakit aja yu, si mamahnya,”
“ Tapi Pak!!!
“ Tapi apa,? Kamu siapin aja, apa yang mau di bawa
   ke rumah sakit,”
Devian segera menelepon temannya, untuk meminjam mobil, untuk membawa mamahnya Nisa ke rumah sakit, setengah jam menunggu,  akhirnya temannya datang,
“ Saha  anu gering Yong? Tanya temannya Devian
   yang turun dari mobil,”
“ Ibu baturan ane broo,,”
“ Terus arek di bawa kamana,”
“ Kita  rumah sakit umum aja!,”
“ Ok, ane markirkeun mobil heula nyah,”
“ Sippp!
Devian kemudian masuk kedalam rumah kemudian menyuruh Nisa untuk memberi tahu mamahnya bahwa mereka akan membawa beliau ke rumah sakit, Nisa segera masuk kamar, kemudian ia keluar  lagi,
“ Pak Dede, si mamahnya gak kuat bangun!!!
“ Yaudah  saya yang pangku si mamah bawa ke
    Mobil,”
“  Iya Pakk, makasih!!
Di bantu temannya Devian mengangkat mamahnya Nisa ke dalam mobil, setelah siap, mereka segera menuju rumah sakit umum, dan menuju ruang IGD,  setiba di depan ruang IGD, devian segera menenui perawat kemudian menyurunya untuk membawakan tempat tidur dorong untuk membawa pasien, perawat tersebut dengan sigap membawa tempat tidur dorong dan menuju mobil yang dimana mamahnya Nisa berada, mereka segera memindahkan mamahnya Nisa dari mobil dan menuju ruang IGD untuk melakukan pemeriksaan.
Setengah jam berselang perawat tersebut memanggil Devian kemudian menyarankan untuk melakukan rawat inap, tanpa menunggu persetujuan Nisa, Devian langsung memutuskan untuk melakukan rawat inap, Devian  segera segera menuju ruang pendaftaran dan mengurus pendaftar rawat inap, setelah urusan pendaftaran selesai ia segera menemui perawat yang tadi agar memindahkan mamah nya Nisa ke ruangan.
Akhirnya mamah Nisa di rawat di rumah sakit, Nisa yang duduk di depan ruangan di mana mamahnya di rawat hanya terdiam sambil kebingungan, kemudian Devian menghampirnya, kamu kenapa? Devian membuka percakapan,”
“ Saya bingung, Pak Dede,”
“ Bingung kenapa, Nis?
“ Bingung mikirin buat bayar rumah sakit,
   Kemaren aja, waktu mamah di rumah, 
   Nisa harus ngejual Hp sama ngegadain motor Nisa,
  Sekarang Nisa ga ada yang bisa di jual lagi Pak!!
“ Kamu  gak usah mikirin kesana dulu,
   yang penting  mamah kamu sembuh dulu Nis!!
“ Iyah, tapi Pak!!
“ Tapi apa? Mening kamu istirahat di dalem temenin
   si mamah,”
 “ Iya Pak,, Nisa ke dalam dulu, makasih ya Pak,”
Devian yang sendirian duduk di kursi depan ruangan kemudian, melalui pesan singkat ia meberitahu teman-teman yang lain kalau mamah nya Nisa sedang di rawat di rumah sakit dan ia sekarang sedang menemaninya, jam sebelas malem belum ada satu teman yang datang, ia memutuskan untuk menemani Nisa di rumah sakit, keudian ia tertidur walau hanya di kursi depan ruangan.
Jam enam pagi Nisa membangunkan Devian, ia terbangun dari tidurnya, ada apa Nis?,
“ Gak pa-pa Pak, Cuma udah siang,
   takut Pak Dede ada perlu di luar,”
“ Owhhh,, gak ada kegiatan ko Nis,”
   Tapi saya pulang dulu ya!!
“ Iya Pak, makasih dah nemenin!!!
 Devian segera pulang dari rumah sakit,akan ketapi hanya sebentar ia berada di rumah, hanya mandi kemudian ganti baju ia segera berangkat kembali ke rumah sakit, setiba di rumah sakit ia segera menuju ruangan dimana mamahnya Nisa di rawat, sesampainya didepan ruangan terlihat Nisa duduk sendiri, gimana keadaan si mamah? tanya Devian, Nisa  hanya terdiam, kamu dah makan belum, Devian kembali bertannya,
“ Tadi dokter udah kesini Pak,
   melihat keadaan si mamah, kata dokter,
   mamah harus di operasi,”
“ Terus  gimana, kapan operasinya,”
“ Nisa bingung, operasinya besok Pak,
   kalau dah ada yang mau bertanggungjawab!!!
“ Owhhh, terus kamu dah makan belum?
“ Belum Pak,” Nisa Cuma mikirin keadaan
    si mamah,”
“ Yaudah, kita nyari makan dulu, kalau kamu sakit
    n’tar siapa yang ngejagain si mamah,”
“ Gak lah  Pak, Nisa mau disini aja!!!
Devian yang gak tega melihat keadaan Nisa, segera balik kanan kemudian ia mencari makan untuk Nisa, selagi devian mencarimakan keluar, Apri, Rahma, Novita beserta Syam datang menjenguk, mereka berempat segera menuju ruangan dimana mamahnya Nisa di rawat, sesampainya di depan ruangan mereka segera masuk, gimana keadaan mamah kamu Nis? Tanya Apri, mamah harus di operasi bu, katanya Pak Dede disini, ko gak ada!! sambung Rahma, dia lagi keluar kayanya lagi nyari makan, lima belas menit berselang Devian datang sambil membawa makanan untuk Nisa, ketika ia masuk ke dalam ruangan ternyata di dalam banyak orang yang ternyata temannya, Rahma, Apri, Novita dan Syam, ehhh, ada kalian, emang darimana Pak Dede? Tanya Novita, ini nih abis nyari sarapan! Setelah lima menit berada di ruangan, Devian keluar dari ruangan tersebut, tak lama Rahma, Apri, Syam dan Novita menyusul keluar, mereka berlima duduk di kursi depan ruangan,”
“ Mamahnya Nisa harus di operasi besok,
   Devian membuka percakapan,”
“ Terus gimana Pak, tanya Apri,”
“ Belum ada keputusan,
   masalahnya, harus ada penanggung jawab,”
  diantara kalian ada yang mau gak!!
  sebagai penanggung jawab, buat operasi,”
Semua terdiam saat pertannyaan itu terucap dari mulut Devian, “ kalian gak mau berkorban buat bantuin Nisa? Mereka masih terdiam!!!, “ Kalian punya uang? Mereka tetap terdiam, apa yang kalian bisa lakukan buat bantuin Nisa!! Devian terus memberikan pertannyaan kepada mereka ber empat,
“ Emang uang buat apa bang, tanya Rahma,”
“ Saya yang akan bertanggung jawab buat operasi
   mamahnya Nisa, kalau kalian punya uang saya
   pinjam dulu, buat biaya operasi, nanti biar
   saya yang ganti uangnya,”
“ Tapi saya harus ke ATM dulu, ucap Novita,”
“ Ya udah gak pa-pa, saya tunggu sampai
    nanti siang,”
 Mereka berlima sepakat, kemudian mereka menemui Nisa  dan pamit, hanya Devian  yang masih berada di rumah sakit, menemani Nisa, tak lama ia berjalan ke luar ruangan dan menuju ruang adminitrasi, untuk menanyakan berapa biaya perawatan mamahnya Nisa, setelah mengetahui jumlah biaya perawatan ia segera kembali keruangan perawatan mamahnya Nisa,
“ Dari mana Pak Dede? Tanya Nisa,”
“ Dari ruang adminitrasi, nanyain biaya si mamah,”
“ Terus gimana?
“ Kamu berdoa aja Nis, semoga nanti siang datang
   rezeky mamah kamu!!
“ Iyah Pak, amin,”
Menunggu waktu siang terasa lama, Nisa hanya melamun dan menangis melihat keadaan mamahnya, hingga akhirnya Devian mengajak ia keluar ruangan dan mengobrol,
“ Kamu jangan nangis aja Nis!!
   Doain aja biar si mamah cepet sembuh,”
“ Nisa bingung Pak!!
“ Bingung kenapa?
“ Biaya buat operasi si mamah, dari mana?
   Sedangkan Nisa  lagi gakpunya uang,!!!
“ Kamu jangan mikirin itu aja, mening kamu cepet
   makan, saya cape-cape beliin buat kamu,
   kalau gak dimakan mah, percuma!!
“ Iyah Pak!! Pak Dede  udah makan?
“ Saya udah makan! Kamu makan aja sana
Nisa segera berdiri, kemudian megambil makan yang  tadi dibawakan oleh Devian, tring, telepon genggam Devian berbunyi, ia segera melihatnya, ternyata ada pesan masuk dari Novita, yang isinya, ia gak bisa dateng  lagi ke rumah sakit karena ada urusan, tetapi ia memberi tahukan bahwa uangnya di teransper kerekeningnya, setengah jam berselang Rahmapun demikian, ia hanya mengirimkan uang lewat transperan kerekening Devian, jam dua belas lewat lima belas menit ketika Devian  sedang mengobrol bersama Nisa, Syam datang dan duduk bersama mereka, setengah jam mereka bertiga mengobrol kemudian Syam mengajak Devian keluar, mereka berdua beranjak dari kursi kemudian berjalan keluar, setelah meminta izin kepada Nisa, setelah sampai di luar dan di  tempat sepi Syam mengeluarkan amplop, nih Pak Dede titipan dari bu Apri, dia minta maaf gak bisa kesini lagi, kalau yang ini dari saya, gak besar sihh, tapi lumayan buat nambahin, uangnya pake aja, jangan pernah memikirkan kapan gantinya, bilang juga sama Nisa, saya gak bisa bantuin banyak,
“ Iyah Pak Syam, terima kasih,
   nanti saya sampaikan sama Nisa,”
“ Iya Pak, saya pamit pulang,”
Setelah Syam pamit pulang, ia segera menuju ruangan dimana Nisa  berada, ia meminta izin untuk keluar, ia menuju sebuah ATM, untuk mengambil uang, selama setengah jam ia pergi, setelah itu, ia kembali lagi ke rumah sakit, ia tidak langsung menuju ruangan dimana Nisa berada akan tetapi ia pergi menuju ruangan untuk melunasi bayaran perawatan orang tua Nisa, merasa semua urusan adminitrasi sudah di bayar lunas, ia segera menuju ruangan dimana orang tua Nisa di rawat,  
Jam lima sore ia memutuskan untuk pulang ke rumah, selepas solat magrib ia kembali ke rumah sakit untuk menemani Nisa, sebelum menuju rumah sakit ia mampir ke rumah makan kemudian membeli nasi bungkus, setelah selesai membeli nasi bungkus ia, segera menuju ke rumah sakit, setibanya di ruangan, ia langsung mengajak Nisa makan nasi bungkus yang tadi ia beli di jalan, mereka berdua kemudian makan, di depan ruangan,  abisin makannya, ya Nis,” Devian membuka obrolan,
“ Iya Pak, Nisa harus gimana buat ngebales
    kebaikan Pak Dede,”
“ Kamu gak usah ngapa-ngapain Nis!
“ Tapi Pak Dede, dah banyak bantuin Nisa,”
“ Kamu itu udah bagian dari kita,
    kalau kamu ada apa-apa kamu  cerita,”
“ Iyah, Pak,”
“ Oi  ya, kamu jangan mikirin biaya simamah,
   semuanya udah kita bayarin termasuk biaya operasi
“ Terus gimana gantinya,”
“ Kamu gak usah mikirin itu,
   kamu jagain dulu aja si mamah, sampe sembuh”
“ Iya, Pak makasih dah mau bantuin Nisa,”
“ Iya Nis, sama-sama,”
Setelah selesai makan mereka berdua kemudian istirahat, Nisa yang masuk kedalam ruangan menemani mamahnya istirahat, Devian duduk sendiri diluar beristirahat.
Kesokan harinya jam sembilan pagi mamahnya Nisa melakukan operasi, Nisa bersama Devian hanya bisa menunggu, di luar ruangan operasi, hanya lantunan doa yang mereka ucapkan, tiga jam berlalu, operasi telah selesai, perawat beserta dokter segera keluar membawa mamanya nisa menuju ruangan perawatan kembali.
Selama satu minggu orangtua  Nisa harus melakukan perawatan di rumah sakit, hingga akhirnya dokter mengizinkan pulang, Nisa dan Devian segera membanya pulang, kemudian merawatnya di ruamah, Satu hari berselang, Rahma, Novita, Apri, Syam beserta guru lain datang menjengun mamahnya Nisa.
Selama satu bualan Devian sering dan menemani  Nisa dan mamahnya, sesekali ia membantu mengantar mamahnya untuk melakukan cek up, setelah merasa mamanya jauh lebih baik keadaannya, kini Nisa  mulai bekerja kembali, mereka kembali kepada aktifitasnya sebagai tenaga pendidik,
Setelah kejadian tersebut mereka kini lebih sering melakukan kuumpul bersama di rumah, hampir setiap bulan mereka berkumpul, di rumah yang berbeda, terkadang di rumah Rahma ataupun rumah Novita.










One Heart

Enam bulan kemudian Apri akhirnya menikah dengan pria yang dulu teman SMPnya, Apri memutuskan untuk berhenti bekerja, ia berencana untuk ikut suaminya tinggal di kota Tasik.
Novita yang makin hari makin banyak mendapatkan orderan souvenisnya memutuskan untuk berhenti bekerja, dan kemudian ia membuka usaha privat sendiri, kini ia tinggall di kota Bandung bersama suaminya, ia menikah dengan pengusaha asal Bandung.
Rahma dan Dani kini tinggal bersama mereka berdiua menikah setelah dua tahun melakukan pacaran kemudian mereka memutuskan untuk melanjutkan usaha orang tua Rahma, yaitu percetakan dan disain.
Di bulan yang sama dalam pernikahan Rahma dan Dani teryata Syam teryata menikah, ia menikahi seorang mantan murid privatnya, yang dulu pernah ia ajar, dan kini ia menjadi seorang pembina pramuka se Indonesia. Sekarang ia tinggal di Jakarta.
Semenjak Nisa menikah dengan seorang guru PNS yang dulu membantu dia merawat ibunya yang sakit, kini Nisa menjadi seorang guru setelah menyelesaikan pendidikannya, mereka berdua hidup bahagia.
Sedangkan Devian masih di papan panjat tebing, dia masih dengan aktifitasnya yang dulu, akan tetapi kini sedikit berbeda, ia kini menjadi juri nasional olahraga panjat tebing, ia menikahi seorang gadis cantik yang sangat sayang kepadanya yaitu Nisa.
Hanya di moment tertentu mereka bisa berkumpul bersama lagi, karena aktifitas dan tempat tinggal mereka yang berjauhan.
Jodoh, rezeki, hidup, mati hanya tuhan yang tau, jadi jangan menyerah dengan keadaan, tetap berjuang dengan iklas dan penuh kesabaran pasti rencana tuhan jauh kebih baik.
Selesai..........