Pemikiran mereka emang berbeda, tapi di
tempat itu mereka saling berbagi, dimana hal kecil menjadi begitu indah saat
mereka kumpul bersama. Perbedaan usia tidak menghalangi mereka untuk kumpul atau
nongkrong bareng, walau hanya sekedar makan bareng ataupun jalan-jalan bareng
menghabiskan waktu luang yang tersisa dari kesibukan mereka masing-masing.
Mereka berstatus tenaga pendidik, walau
mereka sebagai tetaga pendidik, mereka juga punya aktifitas masing-masing, diluar
sana! Sebenernya bukan hanya mereka yang kerja di tempat tersebut melainkan
banyak, akan tetapi mereka berenam ini adalah para pendidik yang statusnya
masih pada single,
Ini dia Syam, tegas, disiplin nya minta
ampun,,, kalau lagi di tempat kerja. namanya Arif bin Syamsudin jebolan dari
sebuah pondok pesantren, mungkin dari sana juga karakter dia seperti ini karena
pondok pesantren emang keras ngedidik para santrinya, al,,,, hasil terciptalah
Syam, selain disiplin dan tegas ia juga jagoloh ngelukisnya, banyak hasil
coretan tanggan dia yang ok... salah satunya di tembok sekolah sebuah grafiti
buatan dia terpampang besar di sekolah... selain bekerja di tempat mereka kerja,
ia juga punya sampingan di luar sebagai penaga pendidik juga, ia sebagai guru
privat/kursus matematika.
Kadang
berfikir ????
Apa mungkin! dikepala dia isinya rumus
semua,, yang mengakibatkan dia jadi tegas,, karena dalam kepalanya isinya rumus
semua...
Daripada mikirin orang yang isinya
rumus semua mening kita liat sibungsu, Nisa orangnya simpel, satu-satunya
pendidik idola yang banyak fans nya,, so..... dia orangnya cantik, ramah,
mangkanya banyak siswa yang ngefans sama dia, tetep aja pada awal masuk ke
tempat kerja dia pendiem, lama-kelamaan
baru deh akrab, dia sayang banget sama ibunya, apapun akan dilakukan buat
ibunya, kalau ada waktu luang pasti ia bareng ibunya, ngejagain dan ngerawat
ibunya... dia juga jago bisnis lohhhhhh.
Karena di tempat kerja ga ada kantin
yahhh!!! dengan sigapnya si bungsu buka usaha jajanan, walau sering tekor
karena siswa gak pada bayar, tapi ia tetep semangat nyediain barang-barang
dagangan,,, katanya sihhh lumayan buat tambah-tambah uang jajan.
Ada lagi nih yang bikin kagum sama si
bungsu, kerja kerasnya, dia ga malu buat bantuin kakaknya jualan makanan buat
buka puasa, padahal cwe usia dia dengan paras cantiknya enakan nyantai dirumah,
jjsan sama pacar gitu pas pulang kerja, tapi tidak buat dia, kata dia sihhh,,
lumayan buat tambah-tambah berobat si mamah!!! salut dehhh !!! buat ngumpulin
pundi-pundi uang hehehe.
Apri adalah sosok yang paling senior di
antara mereka, kalau ngobrolin dia!! gak seru kalau gak ngebahas uang, so dia
bendahara di tempat kerja mereka, wajar aja dia banyak dideketin guru, walau ngedeketinnya
sekedar buat pinjem uang hehe, tapi ia nurut banget sama yang namanya pimpinan,
kalau kata pimpinan gak di acc, satu rupiahpun gak bakal keluar.
Yang satu ini namanya Rahma dia seorang
operator sekolah yang cerdas tapi manja, selain manja dia punya hobi keren, ia
hobi berpetualang, banyak gunung yang udah ia daki salah satunya gunung gede
pangranggo. Walau hobi berpetualang tapi kita gak pernah tuh nanjak bareng!!
padahal hobi kita sama. Bahkan dia harus menunda skripsinya karena keseringan
naik gunung, walau sekarang beres juga skripsinya, itupun dengan perjuangan dan
bantuan sahabatnya.
Kalau yang ini namanya Novita, dia guru
bahasa inggris, dengan perawakan tinggi dengan kacamatanya dan dianugrahi kulit
item manisnya dia selalu ramah kepada siapapun, selain guru ia juga ngajar
privat juga, ia punya usaha sampingan yaitu bikin souvenir, ia tekun banget
sama usahanya, hasil karya tangan dia bahkan udah keliling indonesia, Bahkan
kado ultah yang diberikan ke Devian adalah hasil karyanya.
Devian pemimpin kelompok ini, walau
selengehan ia pekerja keras, ia selalu ingin berprestasi, sebenarnya ia hanya
punya keinginan buat memajugan sekolah dimana ia bekerja. Walauhanya punya
kemampuan pas-pasan ia selalu punya ide untuk mengajak dan membawa siswanya
menjadi berprestasi.
Gak pernah berfikir ia bisa atau tidak,
ia punya uang atau tidak ia selalu semangat melatih siswanya, al,,,, hasil
lumayan juga semenjak ia kerja di tempat itu ada beberapa penghargaan yang
sekolah itu dapet, juara dua lead putra yout A, tingkat Provinsi tahun dua ribu
lima belas, juara dua lead pelajar se Kabupaten Lebak dua ribu enam belas dan
yang terbaru juara dua lead pelajar se Jabodetabek plus Banten yang diadakan di
Jakarta, tepatnya di Universitas Ahmad Dahlan. Selain ia bekerja di sekolahan
ia aktif juga di FPTI Pengkab.Lebak, mangkanya prestasi yang di dapet baru panjat
tebing doang, selain itu ia bekerja di sekolah lain, ia sebagai guru pendidikan
jasmani dan diberikan tugas tambahan yaitu wali kelas dan pembina ekskul siwa
pencinta alam.
Moment di Bulan April,,,
Pagi ini ternyata, Apri ulang tahun, “
Ayo geh PU nya, yang ultah...!! Devian
membuka pembicaraan,
“ Iya nih bu Apri kita makan-makan”ajak
Rahma,”
“ Iya n’tar kalau udah gajian ucap
Apri,”
“ Nisa dengan polosnya emang bu Apri
ultah gitu,”
“ Iya Nis bu Apri ultah n’tar kita
makan-makan,”
sambung Devian,”
“ Enak nih makan gratis tempal Nisa,”
“ Iya dong, Devian menjawab,”
Tettttttt, bel sekolah berbunyi, mereka
kembali bekerja dan masuk ke kelas sesuai jadwalnya masing-masing, tinggal Devian,
Apri, Rahma dan Nisa yang berada di ruangan guru, karena meraka berempat tidak
ada jadwal masuk kelas lagi, tak lama kemudia, Rahma, Nisa dan Apri menuju meja
kerja mereka masing-masing dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Tinggal Devian sendiri di ruangan
tersebut, sekitar sepuluh menit, ia bergegas menuju suatu ruangan, ia bermaksud
mengambil tas yang isinya laptop pribadinya, ia mulai menyalakan laptopnya,
karena ada koneksi wifi Devian mulai browsing dan menuju kesuatu halaman, yaitu
youtube, ia mulai mengetik sesuatu, kemudian muncul dilayar laptopnya vidio
tentang perlombaan panjat tebing, ia dengan serius memperhatikan tayangan
tersebut, satu jam berlalu ia pengetik kembali, masih tentang panjat tebing
tapi sekarang bukan pertandingan melainkan cara berlatih para pemanjat tebing
dari luar negeri,
Masih dengan seriusnya ia memandangi
layar monitornya, sambil berfikir untuk menerapkan teknik panjat tebing yang ia
tonton kepada atlit didikannya, diruang lain Rahma sibuk dengan pekerjaannya
yaitu mengentri data siswa ke aplikasi dapodik, Apri yang sedang menghitung
pemasukan sekolah dari iuran siswa asik diruanggannya, sambil BBMan Nisa
bekerja dengan santai di meja kerjanya,
Tak lama kemudian adzan dzhur
berkumandang, mereka berhenti sejenak untuk menedengarkan kumandang adzan,
selang lima belas menit kemudian belll berbunyi, itu tandanya berakhir proses
pembelajaran hari ini, siswa turun dan langsung absen jari kemudian pulang,
seluruh guru kembali memasuki ruang guru, sambil bercengkrama satu persatu guru
pamit untuk pulang termasuk staf tata usaha.
Hanya tinggal Devian dan Pak Iteng yang
ada di sekolah, setelah selesai solat dan makan Devian kembali ke ruangan
dimana laptopnya berada dan melanjutkan menonton vidio panjat tebing tersebut,
setelah merasa bosan, ia pindah kesuatu ruangan yang berisikan alat alat musik,
sambil membawa laptopnya ia menuju kesebuah alat musik, yaitu drums, sebelum
mulai memaikan alat musik ia mencari vidio cover salah satu band idolannya,
sambil mendengarkan lagu yang dipasang disound sistem, ia mulai memukul drum,
disisi lain Pak Iteng mulai membersihkan dan merapihkan ruangan yang ada di
tempat tersebut, tak terasa jam menunjukan pukul tiga sore, ia berhenti
memainkan alat musiknya dan mematikan musik yang ia dengarkan, adzan ashar
berkumandang, ia bergegas pulang dan menuju tempat latihan panjat tebing. Di
tempat lain Syam dan Novita sedang asik memberikan kursus kepada para siswanya,
sedangkan Rahma, Nisa, dan April sibuk membantu orang tuanya membereskan dan
memasak dirumahnya masing-masing.
Keesokan harinya, mereka datang
ketempat kerja mereka, tiba-tiba terdengar suara panggilan dari suatu ruangan,
“ Pak Dede!! Apri memanggil,”
“ Iya bu Apri ada apa? jawab Devian,”
Sambil mendekat menghampiri ruangan,
“ Ini honor bulan ini! kata Apri,”
“ Iya bu makasih, jadi nih makan-makan
pancing Devian,”
“ Iyah kita makan-makan,!
Apri menjawab peryataan Devian,”
“ Makan dimana nih? tanya Deviian,”
“ Di D’fara aja gimana!! ucap Rahma,”
“ Kapan ? Nisa ikut nimbrung,”
“ Tanya bu Apri, ucap Devian,”
“ Kalau malem minggu aja gimana!!
Apri mengusulkan waktunya,”
Tanpa basa-basi lagi Devian menjawab
peryataan bu Apri, ok siap,” kasih tau
yang lain Nis!
“ Kasih tau apa? Pak Dede, Nisa
bertanya,”
“ Kasih tau kalau nanti malem minggu,
kita makan-makan diteraktir bu Apri,”
“ Ohhh siapa aja? Pak Dede,Nisa kembali
bertannya,”
“ Yang single aja sambung Devian,”
“ Siap laksanakan, !!
Nisa menjawab dengan ketawa,” he he
Seperti biasa mereka sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing, Rahma dengan laptopnya, Apri dengan buku kasnya dan
Nisa dengan laptopnya sedang sibuk mengetik untuk mempersiapkan berkas-berkas
ujian sekolah, sedangkan Devian diruangan nya terlihat santai dan asik dengan
laptopnya, datanglah seorang guru, masuk keruangan dimana Devian berada. Mereka
bersalaman kemudian guru tersebut duduk di salah satu kursi yang ada diruangan
dimana mereka berada, sambil santai mereka ngobrol,
“ Gimana nih persiapan ujian praktek
buat anak-
anak? Guru tersebut membuka pembicaraan,”
“ Devian menjawab, ya kalau saya udah,
masalahnya
Penjas itu prakteknya banyak, maka sama saya cicil
dari kemaren-kemaren,”
“ Ohhh, enak dong, ucap guru tersebut,”
Kemudian guru tersebut meminta ide buat ujian
praktek mapel beliau, Devian dengan santainya menyampaikan idenya, menurut saya
buat ujian praktek kesenian, siswa disuruh ngelukis aja ditembok, bikin kaya
graviti aja?,
“ Tapi biayanya gimana? Tanya guru tersebut,”
“ Ya dibikin kelompok aja, biar aga
ringan,
buat beli peralatannya sambung Devian,”
“ Makasih Pak Dede idenya ucap guru
tersebut,”
“ Iya Pak sama-sama jawab Devian,”
Bel berbunyi satu kali, guru tersebut
bergegas memasuki suatu ruangan dimana ia harus mengajar, Devian yang tidak ada
jam mengajar kembali dengan laptopnya. Kemudian mencari sesuatu dihalaman
internet. Selang beberapa jam kemudian adzan berkumandang, Devian yang asik
dengan laptopnya tiba-tiba berhenti kemudian mematikan laptopnya, dan bergegas
pulang.
Hari demi-hari terlewati mereka datang
dan bekerja, hinggga pada pada sabtu pagi, Devian yang baru datang sekitar jam
sepuluhan, langsung menuju ruangan dimana, Apri, Rahma, Syam, Nisa dan Novita
sedang asik mengobrol. Dengan gaya santainya Devian membuka pertanyaan,
“ Gimana nih nanti malem jadi ga?
Teraktirannnya!!,’’
“ Jadi dong, ucap Rahma,”
Tempatnya juga udah di boking buat kita makan-
makan,”
“ Behhh mantep kalau gitu, Devian
menjawabnya,”
“ Jam berapa dan dimana kumpulnya,”
Devian bertanya,”
“ Atuh di rumah yang punya hajat, jawab
Syam,”
“ Ohhh, terus jamnya gimana?, sambung
Devian,”
“ Jam tujuh aja jawab Apri,
“ Ok deh siap,”
Malam minggu tiba, mereka berkumpul di
rumah Apri sebelum berangkat menuju Cafe, setelah datang semua kemudian mereka
segera berangkat menuju Cafe, setibanya di Cafe mereka langsung menuju lantai
atas Cafe tersebut kemudian menuju tempat duduk yang telah dipesan kemaren,
selagi menunngu pelayannya datang mereka ngobrol dan ketawa-ketawa, tidak lama
kemudian pelayan datang.
Mereka memesan makan dan minum, setelah
selesai memesan mereka melanjutkan lagi perbincangan mereka, setengah jam
berlalu pelayan datang kemudian menaruh makanan dan minuman yang tadi mereka
pesan. Devian kaget melihat pesanan yang udah ada dimeja, sembari becanda
Devian berkata,
“ Behh,,, Ada yang dari jauh nih sampe
pesen nasi
segala!!,”
“ Hehehe” mempung ada yang bayarin!!
Ucap Syam,”
“ Emang kenapa bang? Tanya Rahma,‘’
“ Sambil garuk-garuk kepala! ya gak papa,
Cuma aneh aja nongkrong di Cafe pesen nasi
pake ayam! ucap Devian,”
“ Ohhh sambung Rahma, Iya nih Abang Syam,
masa di Cafe pesen nasi pake ayam,
kan masih banyak menu yang lain,
roti bakar kee,
atau
ap-a gitu,”
“ Udah-udah jangan di ributin, gak papa
saya ini
yang bayarin sambung Apri, sambil menikmati
es cream,”
“ Iyah atuh, ucap Devian sambil garuk-
garuk kepala,”
Lagi enak-enak makan datanglah
segerombolan pria ke atas ruangan Cafe tersebut, dimana mereka sedang asik
makan, dan ngobrol,” siapa mereka?,” dalam hati, Devian” Tidak lama kemudian
ada satu pria yang memperkenalkan dirinya, bahwa mereka adalah stand up comedy
Rangkasbitung, tampa basa-basi lagi pria yang meperkenalkan dirinya tadi
memanggil salah satu temannya, kribo! kribopun langsung berdiri di depan dan
langsung stand up, walau gak lucu sihhh. Kribo bercerita tentang rambutnya dan
usaha sablonnya, yang diberinama Belegig, karena masih kualitas lokal stand up
pun kelihatan garing dan gak seru, sambil ngedengerin yang stand up, mereka
berenam melanjutkan pembicaraan mereka, Devian membuka obrolan dengan
mengeluarkan peryataan,
“ Sampai kapan nihhh kita jomblo
terus?,’’
“ He he he, Syam tertawa,”
“ Sampai jodoh datang mendekati kita,
ucap Novita,”
“ Iya bener tuh kata bu novita,” Rahma
menegaskan
ucapan Novita,”
“ Tapi kan kalau kita punya pacar,
kita bakal lebih rame kumpulnya,
Devian menyawab peryataan Novita dan Rahma,”
“ Ya mau gimana lagi? Pak Dede!! Nisa
ikut bicara,’’
“ Iya sh,” ucap Devian,”
“ Gimana kalau kita bikin perlombaan?
Ucap Syam,”
“ Perlombaan apa bang,? tanya Rahma,”
“ Cepet-cepet cari pasangan lah! Jawab
Syam,”
“ Gimana bu Apri mau g? Tanya Novita ke
Apri,”
Apri yang sedang asik menikmati
eskrimnya menjawab,
“ Gimana yah!,”
“ Ayo geh! sambung Devian,
Mereka akhirnya deal, mengadakan perlombaan
cari pasangan,” tiba-tiba!!! Nisa dengan santainya, berbicara,”
“ Berapa lama kita nyari pasangannya?
“ Syam yang mengusulkan ide tersebut
menjawab
“ Satu tahun gimana!!!!.,”
“ Wah kelamaan, ucap Rahma,”
“ Kalau enam bulan aja gimana sambung Devian,”
“ Ok,,,, setuju ucap semuanya.
Setelah selesai makan dan merasa waktu
telah mulai malam, mereka bergegas pulang kerumah.
Rutinitas mereka dilewati tanpa ada
perubahan yang signifikan, tepat tanggal dua puluh lima april Devian ultah,
karena hari ulang tahunnya berdekatan dengan Syam, maka Apri, Rahma, Nisa, dan
Novita pun berencana memberikan kejutan, pas jam tujuh pagi mereka sudah datang
ketempat kerja, tapi aneh apa yang mereka bawa ketempat kerja, bukan hanya
perlengkapan kerja yang dibawa akan tetapi alat masak, untuk membuat kue, dibawa,
dikarenakan tanggal dua puluh lima April, Devian gak ada jadwal ngajar, ia
berangkat agak siangan, jam sembilan pagi ia tiba di tempat kerjanya, sambil
berjalan, ia menyapa semua orang yang udah duluan datang, akan tetapi sewaktu ia
hendak ke suatu ruangan, ia dilarang memasukinya, dalam hati ia bertanya? Ada
apa diruangan itu, sampai dilarang masuk keruangan tersebut, pukul sepuluh pagi
Syam yang baru beres mengajar, turun dari lantai atas karena waktu mengajarnya
udah habis, mereka berbincang disalah satu ruangan, tiba-tiba Apri datang
dengan membawa kue buatannya, yang dari pagi udah dibikin dengan tangan mereka
ber empat, sambil bernyanyi happy brith day too you,” Devian tersenyum sambil
bertannya,
“ Ini buat siapa?,” saya atau Syam,?,”
“ Rahma menjawab,” buat kalian!!
abang-abang kita,”
“ Owhhhh sambung Devian,”
Devian terus memperhatikan kue ultahnya
sambil bertanya kembali,
“ Mana lilinnya?
“ Kan mau tiup lilin dulu kali yang
ultah mah,
ucap Devian,”
“ He he he mereka tertawa,”
“ Iyah yah!! mana lilinnya? ucap
Rahma,”
“ Nisa mengeluarkan korek kayu,
ini aja yang ditiup,
sambil menyalakan beberapa batang
korek,”
“ Eng-ga mau rengek Devian dengan
manja!!,”
“ Terus gimana? Tanya Novita,”
“ Ya beli dulu lah sambung Devian,”
kalau gak ada lilinnya,
kuenya gak mau saya potong,”
Mereka segera mencari siswa kemudian
menyuruh salah satu siswanya untuk membeli lilin, beberapa menit kemudian siswa
yang disuruh membeli lilin datang, akan tetapi ia tidak membawa lilin untuk
ultah, melainkan membawa lilin yang gede, lilin dipasangkan ditengah–tengah kue
tersebut sambil bernyanyi tiup lilinnya, Devian dan Syam meniup lilin tersebut
dengan bersamaan, karena ultah kita yang berdekatan,
“ Terus PU nya kapan? tanya Nisa,”
“ Sambil garuk-garuk kepala,”
tanya bu Apri ucap Devian,”
“ Ko bu Apri, tanya Rahma,”
“ Kan uang na ada di bu Apri, jawab Devian,”
sambil ketawa, he he he,”
“ Maksudnya gimana Pak Dede? Tannya
Apri,”
“ Ya.. tunggu uang honor bulan ini cair
kan,”
ucap Devian,”
“ Owhh, n’tar tanggal tiga puluh,
untuk honor bulan ini, sambung Apri,”
“ Owwhh yaudah,
tanggal tiga puluh aja PU nya
ok!!!,”
“ Ok siap mereka menjawab dengan
berbarengan,”
Tanggal tiga puluh tiba, Apri memanggil Devian, nih honor bulan
ini,”
“ Iyah bu Apri makasih,” sambil tanda
tangan bukti
pengambilan Devian menjawab,”
Rahma yang mengetahui Devian sudah
mengambil honornya langsung memancing percakapan,
“ Mana nih teraktirannya?,”
Devian yang emang sudah berjanji,
langsung menghitung jumlah guru yang ada diruangan tersebut dan ngasih uang
teraktiran,
“ Nih beli makan aja ya,,!! Saya pulang
duluan!!,’’
“ Ko pulang Pak Dede? Tanya Nisa,”
“ Saya ada kerjaan diluar Nis, ucap Devian,”
“ Owhh, Makasih Pak Dede, ucap
mereka,’’.
Devian kemudian pulang kerumahnya,
sesampai dirumah ia melirik ke arah jam dinding, jam menunjukan kearah jam dua
siang, ia langsung bergegas kemudian pergi dari rumahnya menuju GOR Ona, dimana
ia selalu melatih panjat tebing atlit-atlit binaannya, walau dengan rasa
deg-degan ia berangkat ketempat latihan, ia tiba di tempat latihan, ia mulai
mengarahkan atlitnya untuk latihan, jam menunjukan jam setengah enam sore
latihan pada hari itu selesai, dalam hati, ia berkata, alhamdulilah gak ada
yang tau hari ini dia ulang tahun.
Singkong Hasil Karya Anak Bangsa,!!!
Ujian sekolah udah semakin dekat,
itensitas kerja mereka semakin meningkat yang biasanya pulang lebih awal,
sekarang mereka lebih lama berada di tempat kerja untuk membereskan
pekerjaannya masing-masing, bahkan hampir setiap hari mereka pulang sampe sore
dan kebetulan sering turun hujan. Pagi itu, hujan turun dari pagi dan tanpa ada
berhenti, yang biasanya ketika jam makan siang tiba mereka keluar, mencari
makan, pada hari itu mereka malas untuk keluar untuk mencari makan.
Salah seorang dari mereka mengeluarkan
idenya, kemudian berkata, dibelakang sekolah ada pohon singkong!! Gimana kalau
kita ngambil singkong kemudian merebusnya, dikarenakan perut yang lapar
kemudian gak ada yang mau keluar membeli makan, maka Syam memanggil penjaga
sekolah, kemudian menyuruhnya menuju belakang sekolah untuk mengambil singkong
yang ditanam oleh siswa ketika pembelajaran ilmu pengetahuan alam, tak lama penjaga
sekolah datang kembali, sambil membawa singkong yang ia ambil.
Nisa si bungsu yang sigap langsung
menghampiri penjaga sekolah tersebut dan mengambil singkong kemudian membawanya
ke kamar mandi dan membersihkannya dibantu Rahma, Apri segera bergegas mencari
penanak nasi yang biasa mereka gunakan untuk masak di sekolah kalau ada
kegiatan tertentu. Mereka merebus
singkong tersebut menggunakan penanak nasi yang telah disediakan Apri.
Awalnya Devian gak yakin!! Kalau singkongnya
akan mateng karena dimasak direskuker, satu jam berlalu Nisa yang biasa
membantu orangtuanya masak di rumah, melihat singkong rebusannya, woww!!, al,,,
hasil singkong tersebut mateng, kemudian dengan dibantu Novita, Nisa
memindahkan singkongnya ke piring kemudian menghidangkannya keatas meja, Rahma,
Devian, Syam, dan Apri segera mendekati meja tersebut!! Tak lama Syam memanggil
penjaga sekolah kemudian mengajaknya menikmati singkong yang sudah matang
tersebut. Sambil makan singkong mereka saling bercanda dan tertawa, tak terasa
waktu telah menunjukan jam setengah lima sore, hujan mulai sedikit reda, mereka
bersiap untuk bergegas pulang menuju rumahnya masing-masing.
Keesokan harinya sama, walau hujan
menemani pagi, mereka tetep semangat untuk berangkat kerja, sesampainya di
tempat kerja mereka sibuk dengan kerjaannya masing-masing, tapi hari ini agak
sedikit berbeda tanpa ada komando, Nisa yang melihat hujan tidak kunjung reda
langsung menuju kesuatu ruangan, mengambil singkong sisa kemaren yang tidak direbus,
kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkannya, Apri yang melihat Nisa
membersihkan singkong langsung menghampiri kemudian membantu membersihkan
singkong, Devian yang lagi santai, ikut berdiri lalu menuju ke suatu ruangan
dan mengambil reskuker yang kemaren digunakan untuk merebus singkong.
Mereka kembali memasak singkong
menggunakan reskuker, sambil menunggu singgong rebusannnya masak, mereka
kembali bekerja, Syam yang baru beres mengajar langsung menuju meja dan
mengambil gelas dan langsung membuat kopi, tak lama Devian mengikuti Syam dan
membuat kopi, mereka berdua sambil santai berbincang, Nisa yang sedang bekerja tiba-tiba
berdiri dan menuju reskuker untuk melihat singkong yang mereka masak, ternyata
singgkongnya sudah masak, Nisa segera mengambil piring dan memindahkan singkong
yang direbusnya kepiring yang tadi dia ambil.
Devian yang mengetahui singkongnya
sudah matang segera mengambil piring dan memindahkannya kepiring yang kemudian
dibawa menuju meja dimana Devian dan Syam berbincang, tiba-tiba terdengar
pernyataan, makannya gak nawarin nh?,” Sepontan Devian dan Syam pun berbalik
arah dimana peryataan itu terdengar,”
sambil ketawa he he he, sini gabung kita makan singkong hasil karya anak
bangsa, ucap Syam,” iya bang makasih!! Rahma menjawab ajakan Syam, lanjutkan
makan singkongnya!!
Tak disangka masak dan makan
singkongpun setiap jam makan siang, mereka lakukan selama seminggu, karena
seringnya ujan dan malesnya membeli makan siang keluar, bahkan saat kepala
sekolah ada mereka melakukan hal tersebut, asiknya bapak kepala sekolah ikut
memakan singkong hasil karya anak bangsa yang ditanam dibelakang sekolah.
Tiba juga ujin sekolah, hari pertama
ujian masih banyak siswa yang datang terlambat, Syam yang bertugas sebagai
kesiswaan, memberikan arahan kepada siswa yang masih datang terlambat, selain
masih ada yang terlambat banyak siswa yang belum melakukan pembayaran, Apri diruangnnya
sibuk melayani orang tua siswa yang datang, untuk meminta keringanan
penangguhahan pembayaran anaknya, sedangkan Devian yang mendapatkan jadwal
mengawas diruanggan satu, dengan serius mengawasi siswa dalam pengerjaan tugas,
sesekali dia mengingatkan siswa agar lebih teliti dalam pengisian jawaban. Diruangan
lain Pak Deni serius mengawasi siswa dalam pengerjaan soal ulangan, sesekali
memberikan penjelasan dari pertanyaan yang ditanyakan oleh siswa.
Enam puluh menit berlalu, waktu
pengerjaan soal berakhir, siswa dengan tertib mengumpulkan lembar jawaban yang
telah selesai mereka kerjakan, Devian dan Pak Deni turun lalu menuju ruangan
panitia, untuk memberikan amplop yang berisikan lembar kerja siswa, Novita dan Pak
Iteng yang mendapatkan tugas mengawas pada jam berikutnya, sudah siap untuk
memasuki ruangan, Novita menuju ruang
satu dimana ruangan tersebut di isi oleh empat puluh siswa, sebelum membagikan
lembar kerja siswa Novita, mengingatkan kembali peraturan-peraturan ujian
tersebut, kemudian menyuruh siswa mengumpulkan tas dan hp didepan kelas, Pak Iteng
yang berperawakan tinggi dengan kumis tebal menuju keruangan dua, dengan
perawakan seramnya, Pak Iteng masuk ke ruangan dua, karena siswa tau dengan
karakter, Pak Iteng, tanpa instruksi lagi para siswa segera mengumpulkan tas
dan Hp kedepan kelas, hanya ada alat tulis yang akan digunakan untuk
mengerjakan soal yang berada di atas meja siswa.
Waktu berjalan begitu cepat tanpa
disadari waktu mengerjakan soal tinggal lima belas menit lagi, Novita dan Pak Iteng
mengingatkan siswa agar segera membereskan semua pekerjaannya. Bell berbunyi
setelah lima belas menit kemudian, Novita dan Pak Iteng langsung
menginstruksikan siswa segera mengumpulkan pekerjaannya. Siswa segera
mengumpulkan semua pekerjaannya kemudian istirahat.
Waktu istirahat berlalu begitu cepat,
panitia ujian segera menekan bell, siswa yang mendengar suara bell segera
menuju ruangan masing-masing, Devian dan Pak Deni yang kembali mendapat jadwal
mengawas, segera menuju ruang panitia untuk mengambil map yang berisikan amplop
soal dan jawaban ujian, segera menuju ruangan masing-masing, Devian dan Pak Deni
tiba diruangan, ada yang berbeda kali ini saat berada diruangan, tas dan hp
siswa sudah berada didepan kelas, Devian dan Pak Deni segera membagikan
pekerjaan siswa, sambil berjalan mengelilingi kelas, Devian dan Pak Deni
mengawasi siswa dengan santai.
Waktu menunjukan pukul sebelas lebih
tiga puluh menit, Nisa selaku panitia ujian segera menekan bel, mengisyaratkan
bahwa pengerjaan soal ujian telah selesai. Siswa segera mengumpulkan hasil
pekerjaan mereka ke atas meja pengawas, siswa kemudian pulang, Devian dan Pak Deni
yang bertugas menjadi pengawas ruangan turun kemudian menuju ruang panitia
ujian, setelah beristirahat, sambil menyantap makanan yang disediakan panitia, Devian,
Pak Deni, Pak Iteng, dan Novita santai sambil bercakap-cakap.
Adzan dzhur berkumandang, mereka segara
memnghentikan pekerjaan masing-masing, tak lama Pak Deni pamit untuk segera
pulang, Devian yang tidak mempunyai kesibukan menuju ruangan, dimana panitia
ujian berada, kemudian ikut mengobrol.
Tak berapa lama kemudian, dikarenakan
pekerjaan mereka selesai untuk hari itu, panitia ujian kemudian pada pulang,
hanya ada Devian dan Pak Iteng yang masih di sekolah, Devian yang menunggu
waktu sore seperti biasa dia menghidupkan laptopnya dan browsing internet. Disisi
lain Pak Iteng yang bertugas merapihkan sekolah segera merapihkan keadaan
sekolah, waktu menunjukan jam lima belas kosong-kosong, Devian segera mematikan
laptopnya kemudian segera bergegas
menuju Gor, dimana iya melatih panjat tebing.
Ujian sekolah tak terasa telah seminggu
dilaksanakan, para guru kini sedang sibuk mengoreksi hasil ujian sekolah, termasuk Devian, disela-sela kesibukan
mereka, Devian yang aktif dikegiatan pencinta alam berencana melaksanakan
kegiatan pendakian bersama siswanya yang berada di sekolah yang lain.
Di tempat lain, Rahma, Nisa dan Apri
sibuk dengan pekerjaannya, Nisa yang lagi sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tibi
berdiri dan melangkah keluar.
Liburan sekolah,
Liburan sekolah telah tiba, Devian yang
berencana melakukakn pendakian dengan siswanya, mulai sibuk mempersiapkan pemberangkatan, sedangkan
Novita sibuk dengan bisnisnya, ditempat lain, Rahma yang hobi naik gunung juga
mempersiapkan untuk liburan kegunung, bersama trip yang ada di kota mereka
Rahma, berangkat melakukan pendakian, bersamaan dengan itu Devian, yang sudah
merencanakan pendakian, kemudian berangkat melakukan pendakian bersama siswa didiknya.
Entah kebetulan atau apa, hari dan
tempat pendakian Rahma dan Devian berbarengan, Devian yang berangkat bersama
rombongan sebanyak dua puluh lima orang bertemu dengan Rahma dikaki gunung,
Rahma yang datang duluan menyapa Devian yang baru saja datang dan turun dari
motornya,
” Baru nyampe bang?,’’ sapa Rahma,”
“ Iya nih, ucap Devian,”
sama siapa aja nanjaknya? Tanya Devian,”
“ Banyakan, jawab Rahma,”
“ Oh iya bang kenalin temen-temen
Rahma,”
Rahma mengenalkan teman-teman robongannya
kepada Devian. Devian dengan ramah menyapa teman-teman Rahma, tak lama kemudian
Rahma pamit untuk lebih awal melakukakan pendakian,
“ Bang duluan ya !! ucap Rahma,”
“ Ohh iya,” hati-hati ya, jawab Devian,”
Rahma mulai berjalan meningggalkan Devian,
kemudian melakukakn pendakian, Devian yang baru nyampe segera beristirahat kemudian
memesan sebuah minum, di warung tempat parkiran, setelah dirasa cukup melakukan
istirahat dan solat Devian beserta rombongan berkumpul kemudian melakukakan
briffing mengenai menejemen perjalaan nanti, dibantu rekan nya, Devian
melakukan pembagian kelompok perjalaan, yang tujuannya untuk mempermudah
pengawasan peserta pendakian.
Jam tujuh lebih tiga puluh menit, Devian
bergegas dan siap melakukan pendakian, perjalanan awalnya tidak ada kendala,
sampai setengah perjalanan, ada salah satu peserta pendakian yang pingsan,
berkat pengalaan yang dimiliki, Devian sewaktu menjadi sispala dan mapala, ia
melakukan perawatan kepada peserta yang pingsan tersebut, ditengah-tengah penanganan
datang rombongan pendaki dari tim lain, kemudian menannyakan apa yang terjadi,
ia memberitahukan kepada rombongan pendaki bahwa, salah satu dari kita ada yang
pingsan, karena rasa kekeluargaan antar pencinta alam sangat kuat salah satu
dari pendaki, memberikan, madu, untuk dikonsumsi kepada peserta pendakian yang
pingsan, ia segera memberikakn madu tersebut, tak lama kemudian pendaki yang
pingsan tersebut siuman dan sadar, sambil menunggu pulih, ia memberikan
semamngat kepada peserta pendakian tersebut bahwa, pendakian sebentar lagi,
walau dalam sepengetahuan Devian, pendakian masih lama dan jauh.
Setelah menunggu lama, akhirnya pendaki
yang tadi pingsan mulai berdiri kemudian mengajak melanjutkan pendakian, sambil
berjalan santai, Devian ditemani beberapa pendaki mulai berjalan dengan santai
sembari ngobrol, tak terasa pendakian telah sampai di tempat tujuan, Devian
segera mencari tempat camp yang telah disiapkan oleh tim yang terlebih dahulu sampai.
Devian segera beristirahat, Rahma yang
mengetahui kedatangan Devian, tak lama kemudian datang menghampiri Devian, kemudian
bertanya,
” Baru nyampe Bang?,’’
“ Iyah nih, tadi ada yang pingsan,
jadi istirahatnya agak lamaan bi bawah,
jawab Devian,”
“ Terus gimana Bang?,” Rahma kembali
bertanya,”
“ Udah beres gak kenapa-kenapa!!,’’
sambung Devian,”
Devian dan Rahma ngobrol hingga larut, kemudian
Rahma pamit untuk kembali menuju camp rombongannya, Devian yang sadar bahwa
malam telah larut, segera masuk tenda dan beristirahat, kurang lebih jam empat
pagi, Devian dibangunkan oleh temannya, Devian segera bangun kemudian
membangunkan yang lain agar segera bersiap untuk melanjutkan pendakian menuju
puncak, gunung tersebut, setelah semua bangun, mereka melakukan berifing, Devian
sebagai penanggung jawab, menanyakan kesiapan rombongan untuk melanjutkan
pendakian, hannya tujuh orang yang siap melakuan pendakian menuju puncak.
Bersama pendaki lain, rombongan ia berangkat
menuju puncak gunung, untuk peserta yang tidak mengikuti pendakian menuju
puncak, ia menginstruksikan untuk memasak dan menyediakan makan buat yang lain
dan rombongan yang nanti turun dari puncak.
Sinar matahari mulai mengintip, tapi
rombongan yang melakukan pendakian menuju puncak belum kembali, Devian yang
was-was sambil memikirkan rombongan kepuncak mulai tak mau diam, ia mulai
berjalan mengelilingi tempat lain, sambil melihat-lihat pendaki lain, ia
terpokus kepada sebuah tenda berwarna hijau, dari jauh ia memperhatikannya,
sampai akhirnya ia berjalan kemudian menghampiri tenda tersebut, sampai lah didekat
tenda yang dari tadi dia perhatikan, ia berjalan ke depan pintu tenda tersebut,
dari dalam terdengar suara obrolan, ia yang penasaran, siapa orang yang berada didalam
segera mendekati depan pintu tenda, sambil mengetuk tenda ia memanggil,” bang”
bang” bang,” medengar suara dari luar, pendaki yang berada di dalam tenda
segera membuka ret seleting pintu tenda, kemudian mengeluarkan sebagian
badannya, sambil melihat ke arah Devian.
Karena pendaki itu mengenali sosok Devian,
dia segera menyapa,
“ Apa kabar bro?, datang jam berapa?
Sama siapa?,”
“ Tadi malem datangnya, Sama rombongan
siswa
pencinta alam, leonica,” jawab Devian,”
“ Kita masuk kedalem,
Kita ngopi sama bang Rizal di dalem,
ajak pendaki tersebut,”
Devian segera masuk tenda dan bersalaan
dengan Rizal, salah satu temen pendaki nya,” mereka berbincang asik sambil ditemani
kopi dan roti bakar, tak lama kemudian, Devian yang sadar lagi menunggu timya
turun dari puncak segera pamit untuk kembali menuju camp nya, Devian berjalan
menuju tendanya, kemudian ia menanyakan kepada salah satu siswanya,
“ Yang ke puncak udah datang lagi
belum? Nin,”
ucap Devian,”
“ Belum Pak jawab Nina,
dengan santai sambil memasak,”
Pikiran Devian mulai tak karuan ia
memikirkan rombongan yang menuju puncak, kemudian ia, bergegas mengambil tas
kecil kemudian berencana menyusul rombongan menuju puncak, tak lama terdengar
teriakan,
” Beuhhh keren Pak,
salah satu siswa yang menuju
puncak datang,”
“ Keren apanya?” tanya Devian,”
“ Pemandangannya Pak luar biasa, jawab
dia,”
“ Yang lain mana?
“ Meraka masih dibelakang Pak, lagi
poto-poto,”
Setengah jam berlalu rombongan yang
melakukan pendakian menuju puncak, telah kembali. Masakan yang dimasak telah
mateng, dan siap dihidangkan, Devian langsung menginstruksikan untuk segera
menyiapkan tempat untuk makan, dengan segera seorang siswa menyiapkan tempat,
mengetahui tempat telah siap, Nina yang dari pagi memasak dibantu Husnul segera
memindahkan makanan hasil masakannya ke tempat yang telah disiapkan, mereka
bersiap kemudian melakukan sarapan pagi
dengan masakan buatan Nina dan Husnul.
Matahari mulai mengeluarkan teriknya, Devian
beserta rombongan bersiap untuk pulang, mereka segera membongkar tenda mereka
kemudian merapihkannya, tak lupa mengumpulkan sisa-sisa sampah kedalam wadah
yang emang kita bawa dari bawah, melihat rombongan sudah siap untuk pulang dan
tempat mereka telah bersih, ia beserta rombongan segera turun gunung dan
membawa sampah yang telah mereka masukan kedalam karung, setelah sampainya di
pos pendakian mereka segera menyerahkan karung yang berisi sampah kepada pihak
pengelola lingkungan tersebut.
Keberadaan pos pendakian yang
berdekatkan dengan air terjun membuat ia beserta rombongan memutuskan untuk
istirahat dan menikmati air terjun, merasa istirahat dan menikmati air tejun
cukup, rombongan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung,
mereka tiba di kaki gunung, sembari istirahat dan menunggu mobil jemputan tiba,
sebagian pendaki menyempatkan diri untuk membeli souvenir, jam satu siang mobil
jemputan datang mereka segera merapihkan barang bawaan mereka kemudian
memasukannya ke mobil dan pulang.
Waktu liburan sekolah tak terasa telah
habis, mereka kembali dengan pekerjaannya masing-masing, Devian berangkat lebih
pagi, dengan maksud untuk mempersiapkan siswanya melakukan upacara bendera,
sesampainya di sekolah, ternyata Syam telah lebih dulu datang, tak lama disusul
Novita yang datang, selang sepuluh menit Rahma, Apri dan Nisa datang, mereka
melaksanakan upacara bendera.
Dikarenakan prosep kegiatan
pembelajaran belum aktif, maka kegiatan di sekolah dilaksanakan dengan santai
dan sekali melakukan rapat persiapan pembelajaran kedepan, dalam kegiatan rapat
banyak usulan dan ide-ide dari dewan guru semua, yang bertujuan untuk
memanjukan sekolah tersebut, selesai
rapat mereka kembali ke ruang kerjanya masing-masing, hanya beberapa guru yang
masih berada diruangan rapat, sembari santai dan bercerita tentang liburan
sekolah, Devian yang gak ada kerjaan menuju kesebuah ruangan dimana Rahma
berada,
“ Apa kabar bu? Sapa Devian,” Kepada
Rahma,”
“ Kabar baik Bang,”
“ Kemaren pulang jam berapa dari
gunung,”
tanya Devian,”
“ Kita turun siang Bang!!
Karena kedekatan mereka, Rahma
memanggil Devian dan Syam dengan panggilan abang, mungkin karena usia kita
lebih tua darinya, dan karena kebiasaan para pendaki memanggil abang buat para
seniornya, mereka berdua saling bercerita dan berbagi pengalaman, bukan hanya
pendakian kemaren melainkan pendakian-pendakian yang pernah mereka berdua
lakukan. Merasa Devian mempunyai janji dengan seseorang, ia pamit pulang
duluan. Rahma kembali mengerjakan tugasnya yang tadi terpotong, diruangan lain
Nisa mulai sibuk dengan kerjaannya, ia menyiapkan hal-hal yang bersangkutan
dengan kegiatan pembelajaran kedepan, Syam yang menjabat sebagai wakil
kesiswaan mengarahkan siswa khusnya anggota Osis untuk memasuki ruangan dan
mengadakan rapat Osis. Satu jam berlalu, Syam keluar dari ruangan dimana dia
melakukan rapat dengan seluruh anggota osis, tak lama Syam meminta ijin pulang,
dikarenakan ada urusan keluarga,
Seperti biasa azdan berkumandang, kali
ini, Nisa, Apri, Novita dan Rahma langsung bergegas pulang, beberapa saat
setelah adzan berkumandang.
Pak Iteng yang biasa membereskan
ruangan, segera membereskan ruangan, kemudian beliaupun langsung pulang.
Kedekatan Devian dengan Rahma,
Kring telopon genggang Devian berbunyi,
ia dengan segera melihatnya, kemudian disusul sebuah pesan masuk, ternyata
pesan singkat dari Rahma”
“ Bang dimana? Isi pesan tersebut
“ Di rumah, baru datang latihan! balas
Devian,”
“ Cape gak ? tanya Rahma,”
“ Gak,, biasa aja, emang ada apa?
“ Kesini Bang, ke Cafe, ajak Rahma,”
“ Cafe mana?
“ Tempat biasa Bang!
“ Ok, tapi abang mandi dulu ya,”
“ Ya, ditunggu,”
Ia segera bergegas mandi dan menuju
cafe dimana Rahma mengajak, sesampainya di Cafe ternyata Rahma sedang berdua dengan
temannya, mengetahui Devian datang, Rahma melambaikan tangan ke arah Devian,
Devian yang melihatnya segera berjalan dan mengarah ke tempat dimana rahma
beserta temannya duduk,
Devian menyapa mereka sambil bersalaman
Devian bertanya, siapa nih?
“ Oki, jawab temen Rahma,”
“ Dia yang kemaren ikut ke gunung Bang,
“ Sambung Rahma,”
“ Ada apa nih? Tumben ngajakin abang
makan?
“ Gak pa pa, pengen ngobrol aja, jawab
Rahma,”
“ Owhh,,
Mereka bertiga kemudian saling
bercerita tentang pengalaman mereka ketika mendaki, dan merencanakan untuk
melakukan pendakian bersama, tak terasa waktu berputar begitu cepat, mereka
bertiga mengakhiri cerita mereka, kemudian bergegas pulang.
Empat hari berselang, Rahma yang baru
pulang dari undangan pernikahan temannya mampir ke tempat Apri, mereka berdua
memutuskan untuk mencari makan diluar,
gak tau kenapa Rahma langsung menelepon Devian dan Oki kemudian mengajaknya,
Devian yang tidak ada pekerjaan di rumah, segera menuju rumah Apri, sedangkat
Oki yang tidak ada kendaraan meminta dijemput dirumahnya, Rahma segera
menjemput Oki dirumahnya, Apri dan Devian menunggu didepan rumah Apri, beberapa
menit kemudian, Rahma dan Oki datang, mereka segera bergegas untuk mencari
makan diluar, setelah berkeliling mereka singgah disuatu tempat dimana tempat
tersebut menjual es cream.
Dikarena lagi trennya es cream pot,
mereka berempat memesan eskrim tersebut, sambil menunggu pesannan ada merekapun
duduk dipinggir kolam, sambil berbincang, tak lama berselang pesanan mereka
datang, bukan langsung memakannya mereka malah memoto es cream tersebut
kemudian memasangnya di DP Bbm mereka masing-masing, tiba-tiba telepon gengggam
Rahma berbunyi, ternyata ayah Rahma yang menelepon dan menanyakan keberadaan
Rahma kemudian menyuruhnya segera pulang. Mereka yang menyadari Rahma harus
segera pulang, mereka segera bergegas menghabiskan es cream yang tadi mereka
pesan.
Keesokan harinya, seperti biasa mereka
datang ke tempat kerja, disela-sela waktu istirahat, mereka menceritakan es
cream pot kepada Novita, Nisa dan Syam, dan berencana untuk kembali ke tempat
tersebut, malam minggu tiba, Devian, Rahma dan Apri yang berencana ke tempat Es
crem pot, kemudian mengajak Novita, Nisa dan Syam, mereka janjian berkumpul di
rumah April, Devian dan Rahma yang telah datang lebih dulu sambil santai
menunggu yang lain mereka berdua asik dengan hand phone nya, setengah jam
menunggu akhirnya hanya Nisa yang datang, mereka berempat segera berangkat
menuju tempat tujuan mereka.
Setibanya di tempat tersebut, Rahma
segera memesan es cream, tapi sayang es creamnya telah habis, mereka sedikit
kecewa, Devian sering nongkrong kemudian mengajak yang lain untuk pergi
ketempat lain yang juga menjual es cream, setibanya di tempat biasa Devian
nongkrong, teryata di tempat tersebutpun sama, es creamnya telah habis, Rahma
memutuskan untuk mengajak yang lain ke tempat biasa mereka berenam kumpul,
setibanya disana mereka langsung menuju lantai atas dimana tempat biasa mereka duduk,
mereka kemudian melihat menu yang ada di tempat tersebut, dan teryata di tempat
mereka biasa kumpul sekarang menjual es cream, mereka berempat segera memesan
es cream yang dari tadi mereka cari.
Dengan parian rasa yang berbeda mereka
memesan, tak lama berselang pelayan cape tersebut datang dan membawa pesanan
mereka, di tempat lain, Syam yang baru selesai memberikan prifat segera
menelepon Rahma, dan menanya kan keberadaannya, setengah jam berlalu, Syam dengan
muka capenya menghampiri mereka berempat kemudian langsung duduk dan langsung
memakan makanan yang ada di atas meja, walau gak tau makan itu punya siapa,
mereka berempat yang melihat Syam langsung memakan makanan yang ada di atas
meja, tidak menghiraukan dan melarangnya.
Tak terasa pengunjung di tempat
tersebut mulai sepi, Devian segera melihat jam, dikarenakan waktu telah larut
mereka memutuskan untuk pulang.
Kebetulan hari ini adalah hari minggu, libur bukan berarti diam untuk
Devian, Devian selalu melakukan aktifitasnya walau hari libur, dari pagi Devian
berada di tempat latihan panjat tebing, sedangkan di tempat lain, Rahma, Nisa,
Apri dan Novita, sibuk dirumahnya masing-masing, mereka sibuk dengan pekerjaan
rumahnya, membersihkan rumah, memasak dan mencucu baju mereka lakukan mengisi
hari libur mereka, sedangkan Syam dirumahnya hanya santai-santai menikmati hari
minggu nya.
Rahma yang telah menyelesaikan semua
pekerjaan rumahnya merasa bosan hanya tinggal di rumah dan berdiam diri saya,
dia memutuskan untuk keluar rumah, ia segera menuju rumah temannya, sesampai di
rumah temannya, Rahma mengajak Oky untuk main keluar, Rahma yang mengetahui
Devian yang selalu berada di Gor, ia mengajak Oky untuk menuju Gor. Sesampi di Gor,
ia menenui dan menyapa Devian, Devian yang sedang beristirhat kemudian mengobrol
dengan Rahma dan Oki.
Devian yang mengetahui, bahwa Rahma dan
Oky belum pernah melakukan panjat tebing kemudian menangtang mereka untuk
mencoba olahraga panjat tebing tersebut, Oky yang merasa belum pernah merasa
tertantang kemudian mencobanya sedangkan Rahma hanya melihat Oky manjat,
sesekali ia hanya memoto Oky.
Keesokan harinya, mereka kembali
bekerja, dan pulang sesuai waktunya, Rahma yang tidak memiliki kesibukan lain
hari itu diberi tugas untuk menjaga adik perempuannya, bernama salwa, kemudian
mengajaknya main dan berkeliling, merasa bosan rahma memutuskan untuk mengajak
salwa ke Gor untuk melihat panjat tebing, dimana Devian berada.
Pagi ini terasa berbeda, Rahma begitu
serius didepan laptopnya, bukan pekerjaan kantor yang dia kerjakan melainkan
skripsi dia yang terbengkalai dan coba untuk segera diselesaikakan, hampir satu
minggu dia mengerjakakannya, kemudian dia meminta ijin untuk tidak masuk
bekerja dikarenakan mau bimbingan skripsi, dikarenakan tempat kuliah dia diluar
kota, kemudian dia berangkat dari pagi-pagi sekali dengan motornya.
Jam dinding menunjukan pukul satu
siang, tiba-tiba Rahma menelepon Devian kemudian menanyakan keadaan cuaca,
Devian yang berada di tempat kerja memberi tahu Rahma bahwa cuaca disini lagi
Ujan deras, kemudian menyarankan untuk Rahma agar jangan dulu pulang, karena
Devian tau kalau dia pergi menggunakan motor.
Entah apa yang ada dipikiran Rahma, ia
memaksakan untuk pulang, tanpa memakai jas hujan ia pulang dengan ujan-ujanan,
satu jam perjalanan ia tempuh kemudian dia sampai di rumah dengan keadaan basah
kuyup dan kedinginan, akan tetapi sesampainya di rumah pintu rumahnya terkunci,
kedua orang tuanya belum pulang dari pekerjaannya.
Dengan baju yang basah dan badan yang
menggigil kedinginan, Rahma mencoba menghubungi Devian, akan tetapi Devian
susah dihubungi, dikarenakan hp Devian mati dan ia lupa bawa cargeran, kemudian
Rahma menghubungi Apri dan menanyakan keberadaan Apri, Apri memberi tahu Rahma
kalau Apri masih berada di tempat kerja bersam Devian dan Pak Iteng.
Rahma yang panik dan ketakutan karena
badan nya menggigil dengan memaksakan diri, dia segera pergi ke tempat
kerjanya, dimana masih ada, Apri dan Devian yang kemungkinan bisa membantu dia
memberikan pertolongan kepadanya.
Rahma tiba di tempat kerja, langsung
menuju salah satu ruangan yang berisikan sopa tempat para guru istirahat,
Devian yang mengetahui Rahma datang, langsung mengikuti Rahma keruangan
tersebut dan melihat keadaan Rahma, Rahma yang masih menggigil kemudian duduk
di sopa dan membuka sepatu dan kaos kakinya yang basah, Devian segera menghampiri
Rahma dan menanyakan keadaan Rahma,
“ Kamu kenapa?
“ Sambil gemetaran, Rahma menjawab,
Ga-k tau Bang tadi ke ujanan,”
“ Kan udah dikasih tau kalau disini
ujan,
kenapa maksaain pulang, sambung Devian,”
Rahma hanya terdiam, Devian yang gak
tega melihat keadaan Rahma, langsung berdiri kemudian membuatkan teh manis hangat
dan memberikannnya kepada Rahma, Rahma segera meminum teh buatan Devian, tak
berapa kemudian keadaan Rahma mulai membaik, ia tak lagi menggigil kedinginan,
Devian yang setiap hari memakai jaket segera menuju keruangannya dan mengambil
jaket nya, kemudian menyuruh memakainya kepada Rahma.
Kini ujan telah reda, Devian
menganjurkan Rahma untuk segera pulang dan menggganti bajunya yang basah, Rahma
yang mendengar perkaataan Devian segera bergegas pulang. Dengan ditemani Devian
menuju tempat parkir, Rahmapun pulang.
Hari senin, dimana mereka harus bekerja
kembali, tapi hari ini terasa berbeda semua guru tersenyum, hari senin ini ternyata
tanggal satu, dimana tiap awal bulan mereka menerima gaji, tiga hari berselang,
Devian yang merasa uang gajinya masih ada berencana mengajak Rahma untuk makan,
lewat pesan singkat Devian mengajak Rahma untuk makan, nanti malam, akan tetapi
Rahma menolaknya, dengan alasan sedang membereskan skripsinya.
Hari sabtu, sepulang dari tempat kerja
Devian yang menjadi pembina ekskul sispala pergi menuju tempat dimana tempat
latihan siswanya berada, ketika hendak pulang kira-kira jam lima sore Devian
melihat ada pesan singkat masuk di hp nya, ternyata pesan tersebut dari Rahma,
dan menanyakan ajakannya masih berlaku gak?. Devian yang melihat isi dompetnya
segera membalas pesan singkat dari Rahma,
“ Atuh hayu aja, bales Devian,”
“ Serius Bang, balas Rahma,”
“ Iya, emang dah gak sibuk gitu? Tanya
Devian,”
“ Udah beres ko skripsinya,”
“ Yaudah, n’tar malem ya,“
“ Ok..,”
Devian yang merasa udah punya janji dengan
Rahma, segera pulang, jam tujuh malem, Devian ngirim pesan singkat kepada Rahma,
“ Udah siap belum, mau makan dimana?,”
“ Udah, jemput di rumah bu Apri ya,”
“ Okay,,
Ia segera berangkat menuju rumah Apri,
sesampainya disana, Rahma sudah menunggu di depan rumah Apri,
“ Bu Apri nya mana, ko gak diajak,”
“ Dia lagi gak enak badan,” jadi gak
mau ikut
“ Owwhh, mau makan dimana?
“ Terserah,,,,!!
Mereka berdua kemudian berangkat menuju
tempat makan, sesampainya disana, mereka langsung duduk di tempat yang kosong
kemudian memesan makan, sambil asik makan dan ngobol, tiba-tiba telepon genggam
Rahma berbunyi, ada panggilan masuk, dia segera mengangkatnya, ternyata
sodaranya yang minta ditemani nongkrong, Rahma kemudian mengajak Devian pergi
ke tempat dimana sodaranya berada, mereka berdua segera menghabiskan dan
membayar makanan yang tadi di pesan, kemudian pergi menuju tempat tersebut,
sesampainya disana,
Ia dikenalkan dengan sodaranya Rahma,
mereka kemudian berbincang, satu jam berbincang telepon genggam Rahma kembali
berbunyi, Rahma segera menjawab panggilan tersebut dan ternyata orang tua Rahma
yang menelepon kemudian menyuruhnya untuk segera pulang, mereka bertiga segera
bergegas pulang, akan tetapi Devian harus mengantarkan Rahma terlebih dahulu
kerumah Apri untuk mengambil motornya yang dititipkan di rumah Apri.
Kesibukan Masing-Masing,,,
Syam yang mempunyai pekerjaan sampingan
sebagai guru privat kini ia sibuk dengan kegiatannya, setiap hari setelah
pekerjaan di tempat kerjaannya selesai ia langsung menuju tempat kursus,
ternyata ia sedang mendapat tugas dari pemilik tempat kursus untuk membingbing
seorang perempuan.
Perempuan itu bernama, Silvi, ia siswa
kelas tiga SMA, usianya kira-kira delapan belas tahun, berparas cantik dibalut
hijab dan kacamata, hampir setiap hari Syam memberikan pelajaran tambahan
kepada Silvi, karena usia Syam yang
masih muda, ia dengan teknik pengajarannya dengan santai tapi tepat
mengajari Silvi.
Dan pada suatu hari, kebetulan jadwal
memberikan privatnya dilaksanakan pada malam hari, tepat pukul tujuh malam,
Syam telah tiba di tempat kursusnya, sepuluh menit berselang silvi datang, dan
segera menghampiri Syam yang sedang duduk di kursi, Silvi yang merasa datang
terlambat, meminta maaf kepada Syam dan menjelaskan alasannya kenapa datang
terlambat.
Merasa penjelasan Silvi telah selesai,
Syam menyuruh Silvi duduk dan menyuruhnya mengeluarkan buku pelajarnya,
kemudian Syam menanyakan tugas yang kemaren di berikan kepada Silvi, Silvi kemudian
menunjukan hasil pekerjannya, Syam kemudian memeriksanya, tiba-tiba, kenapa
yang ini gak dikerjakan, ucap Syam,”
“ Nomer berapa kak? Tanya Silvi,”
“ Nomor lima,”
“ Owhhh, yang itu belum ngerti kak,”
“ Mangkanya kalau kakak lagi ngejelasin
perhatiin,”
“ Iyah kak, maaf,”
Kemudian Syam menjelaskan kembali cara
pengerjaan soal nomor lima, setelah selesai menjelaskan Syam memberrikan soal
yang sama kepada Silvi, Silvi yang mendapatkan tugas, segera mengerjakannya,
sesekali Silvi bertannya mengenai cara pengerjaannya kepada Syam.
Tak terasa waktu yang diberikan selama
dua jam pembelajaran selesai juga, Syam mempersilahkan Silvi untuk segera
bergegas pulang, Silvi segera membereskan alat tulisnya dan memasukannnya
kedalam tas kemudian pulang.
Tak lama berselang, Syam yang merasa
pekerjaannya telah selesai segera bergegas pulang, dengan mengendarai sepeda
motornya Syam pulang, tak jauh dari tempat kursusnya, Syam melihat Sisvi sedang
menunggu kendaraan umum yang lewat, Syam yang tidak tega melihatnya kemudian
medekati silvi kemudian mematikan motornya, dan bertanya,” ada angkotnya gak?,”
“ Gak tau Kak,”
“ Yaudah, Kakak anter !!
“ Gak usah Kak, terima kasih,”
“ Gak papa, lagian dah malem,
angkot juga belum tentu ada!!,”
“ Gimana ya Kak, takut ngerepotin”
“ Udah, gak papa,”
Silvi segera menaiki motor yang di
kendarai Syam, sambil berkendara mereka berdua berbincang, kemudian menuju ke
rumah Silvi, setibanya di rumah Silvi, Silvi segera turun, dan mengcapkan
terima kasih, sembari menawarkan kepada Syam untuk mampir di rumahnya.
Dikarenakan waktu udah malem Syam
menolak ajakan Silvi untuk mampir ke rumahnya, Syam segera pamit, untuk pulang
ke rumah. Syam segera mengidupkan kembali motornya kemudian pulang.
Esok pagi, dimana mereka harus bekerja,
akan tetapi Rahma tidak datang ke tempat kerja, ternyata Rahma meminta ijin
untuk tidak bekerja selama beberapa hari, Rahma yang mempunyai hobi penjelajahan
ternyata ia pergi ke gugung papandayan beserta temannya, selama empat hari dia
berada di gunung papandayan, saat berada di sana ia bertemu dengan seorang pria
yang sama-sama mendaki gunung, mereka berdua saling berkenalan, ternyata Dani
sosok pria yang berkenalan dengan Rahma, karena mereka ikut dalam kegiatan yang
sama, mereka berdua akhirnya menjadi akrab, kemudian saling menukar nomer
telepon dan kontak bbm.
Sepulangnya dari gunung papandayan
mereka saling berkomunikasi lewat telepon, kemudian mereka janjian untuk saling
bertemu, mereka berdua jalan bareng dan sesekali mampir ke gor, untuk melihat
yang latihan panjat tebing.
Karena hobi mereka yang sama, kedekatan
mereka semakin dekat, mereka sering melakukan perjalanan untuk ekspedisi atau
berkunjung ke tempat wisata, di tambah Dani yang bekerja sebagai poto grafer
membuat Rahma semakin dekat, karena Rahma sangat senang sekali kalau di poto.
Hampir setiap minggu mereka berdua
berkunjung ke tempat berbeda, dengan motor vespa nya Dani mengajak Rahma untuk
melakukan kegiatan penjelajahan. Tak memikirkan lelahnya badan tapi hal
tersebut mereka lakukan.
Teryata Apri sedang dekat dengan
seseorang, dia hanya menghabiskan waktunya dirumah dan melakukakn komunikasi
lewat akun bbmnya, dikarenakan tempat mereka berjauhan, bahkan berbeda kota,
sampai sewaktu ketika Apri meminta izin untuk tidak bekerja, Apri beralasan
untuk pergi keluar kota, untuk menghadiri acara keluarga.
Di sela-sela acara keluargannya, Apri
berkunjung ke tempat dimana laki-laki pujaannya berada, mereka berdua bertemu dan melepaskan
kangennya, ternyata laki-laki tersebut adalah teman SMP Apri sewaktu tinggal di
tasik.
Tidak mau melepaskan moment tersebut,
Apri meminta lelaki pujaannya untuk mengajaknya jalan-jalan keliling kota
tasik, mereka berdua akhirnya jalalan-jalan mengelilingi kota Tasik dan
berkunjung ke tempat wisata yang berada disana, setelah beberapa hari disana,
Apri pulang bersama keluarganya.
Satu bulan berselang kini giliran
laki-laki pujaan Apri yang berkunjung ke rumah Apri, dengan mengendarai mobil
pria tersebut akhirnya datang ke rumah Apri, Bukan hanya sekedar datang
ternyata laki-laki tersebut melamar Apri, keluarga Apri menerimanya dengan baik.
Yang itu dua ribu rupiah!! jawab Nisa,
kepada pembelinya, teryata disela-sela waktu luang pulang kerja, Nisa harus
membantu kakak nya berjualan kue, setiap pukul tiga siang Nisa harus menjajakan
dagangannya di sebelah gedung rumah sakit, walau dengan keadaan cape dia tetep
tesenyum melayani pembeli.
Dengan semangat ia berjualan, tidak
pernah mengenal lelah, tidak banyak macam yang dia jual, hanya ada beberapa
jenis kue yang iya jual, hampir setiap hari dia berjualan, dan hampir setiap
hari dagangannya habis.
Serpong menjadi salah satu kota tujuan Novita,
dalam pengebangan usahanya, dia yang bermaksud untuk kemajuan usahanya hendak
pergi mengikuti kegiatan kepelatihan berwirausaha, melalui informasi yang di
dapat dari media sosial, novita mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan
tersebut, dia berangkat dan mengikuti kegiatan selama satu minggu.
Sesampainya disana dia melakukan
registrasi ulang, dikarenakan panitia tidak menyediakan penginapan, Novita
dengan terpaksa harus menyewa penginapan untuk beberapa hari, Novita segera
menuju penginapan yang kebetulan berada tidak jauh dimana ia harus pelatihan,
hari pertama ia lakukan dengan sendiri, jam delapan pagi Novita segera menuju
ke sebuah gedung dimana ia harus pelatihan.
Dengan semangat ia mengikuti
serangkaian kegiatan, pada hari itu, jam lima sore kegiatan tersebut selesai
Novita kembali menuju penginapan, hanya telopon genggam yang menemaninya selama
berada di penginapan, ke esokan harinya Novita segera bergegas menuju tempat
pelatihan, karena tidak ada satu orangpun yang ia kenal, ia melakukan semua
sendiri.
Hingga hari ke empat, panitia
membagikan tugas kepada semua peserta pelatihan, Novita yang sedikit
kebinggungan mulai memberanikan diri untuk meminta bantuan kepada peserta
lain, Novita mulai berjalan menuju
dimana ada seorang laki-laki yang sedang mengoprasikan laptop, laki-laki
tersebut adalah salah satu peserta pelatihan.
Setelah berada di dekat laki-laki
tersebut, dia menyapanya, maaf mas, boleh ikut duduk? Ucap Novita,
“ Silahkan mba, jawab laki-laki
tersebut,”
“ Boleh tanya sesuatu mas!,”
“ Iya,tentang apa ya,”
“ Masalah tugas tadi, gimana ya
maksudnya,
saya gak ngerti,”
“ Owhh,”
Dengan panjang lebar laki-laki tersebut
menjelaskan maksud dari tugasyang harus dikerjakan peserta pelatihan, dengan
serius Novita mendengarkan seruruh penjelasan laki-laki itu, tiba-tiba, Mba dari
mana? Tanya dia,”
“ Saya dari Rangkasbitung, jawab
Novita,”
“ Owhh, saya Dimas, Mba,”
“ Novita,”
“ Tinggal dimana Mas?,”
“ Saya dari Bandung,”
“ Di Bandung buka usaha apa mas,”
“ Jangan panggil mas atuh saya bukan
orang jawa,
“ Panggil aja Dimas,”
“ Ohhh, iya Mas,”
“ Tuh kan panggil, Mass lagi,”
“ Kan nama nya, Dimas, ada kata Mas nya,,
hehehe
“ Yaudah terserah Mba aja,”
“ Gimana udah ngerti belum tentang
tugasnya,”
“ Lumayan, ada gambaran,”
“ Kesini pulang pergi? tannya Dimas,”
“ Ennga, saya nginep di penginapan di
depan,”
“ Saya juga nginep disana, sama
siapa disana,”
“ Sendiri, ko,”
Novita yang merasa sudah mengetahui isi
dari tugasnya gimana, segera pamit dan mengerjakan tugasnya, malam hari tiba
setelah mandi dan istirahat Novita bermaksud untuk mencari makan keluar, ketika
hendak menuju luar penginapan, Dimas keluar dari kamarnya kemudian mereka
perdua papasan,
“ Mau kemana mba,” sapa diama,”
“ Mau nyari makan, jawab Novita,”
“ Kebetulan,”
“ Apa yang kebetulan,”
“ Saya juga mau nyari makan nih,”
“ Owhh,”
“ Gimana kalau kita nyarinya barengan,
sekalian,”
saya bawa mobil tuh,”
“ Gimana,, yahh,”
“ Gimana, apanya, saya yang bayarin,
tenang aja,”
“ Ya udah,
Mereka berdua segera menuju mobil milik
Dimas, kemudian mencari tempat makan, mau makan apa mba, tanya Dimas, teserah
yang mau bayarin aja, jawab Novita sambil ketawa, hehe, akhirnya mereka berdua
berhenti di sebuah tempat makan, mereka segera turun dan kemudian masuk tempat
makan tersebut kemudian menuju tempat yang kosong, mereka memesan beberapa menu
makan, sambil menikmati makanan, mereka berdua asik ngobrol tentang usaha
mereka masing-masing.
Tak lama mereka berdua menyelesaikan
makannya, Novita yang merasa kenyang dan cape dengan kegiatan tadi siang,
mengajak Dimas untuk segera pulang dan beristirahat.
Tak terasa sudah seminggu Novita
mengikuti kegiatan tersebut, sudah sampai di akhir pertemuan, jam lima sore
kegiatan pelatihan selesai, Novita yang hendak pulang menunggu mobil anggkutan di jalan bertemu
dengan Dimas, Dimas yang mengendarai mobilnya menawarkan untuk pulang
bersamamnya, Novita yang merasa tujuan mereka berbeda menolaknya, tapi dimas
terus mengajaknya, dengan berat hati Novita masuk mobil yang dikendarai dimas,
di dalam mobil Novita langsung bicara, anterin ke terminal bus aja ya, soalnya
kita beda tujuan, iyah, jawab Dimas, sambil mengendarai mobil menuju terminal
bus mereka berdua berbincang dan bertukar nomor telepon, tibalah di terminal
bus, novita segera turun kemudian mengucapkan terima kasih, telah mengantarkannya
ke terminal.
Novita segera mencari mobil bus yang
akan mengantarnya pulang, setelah berkeliling dan memenukan bus yang akan
mengantarkannya pulang, ia segera naik dan duduk di kursi yang kosong. Dua jam
berlalu ia sampai di rangkasbitung, dan menelepon adiknya untuk menjemputnya ke
terminal bus, tak lama adiknya datang.
Devian berserta siswanya yang berencana
mengikuti beberapa perlombaan panjat tebing, mereka berlatih hingga larut
malam, hingga tiba kejuaraan panjat tebing pelajar se Kab-Lebak dimulai, Devian
yang mendaftarkan beberapa siswanya dalam kejuaraan tersebut, ia dengan
terpaksa izin tidak bekerja untuk beberapa hari tidak, ia hanya memberikan
tugas mencatat, dikarnakan diaharus menemani siswa nya berlomba, hasil latihan
selama ini terbayar tuntas, ia tersenyum walau sedikit kecewa, dimana target
dua piala yang diinginkan, hanya satu yang mereka dapat.
Satu hari berselang ia mengintruksikan
siswanya untuk segera berlatih kembali, kali ini mereka akan mengikuti kejuaran
tingkat se Jawa, Bali dan Sumatra yang diselenggaran oleh kampus swasta di
serang, tiap hari mulai dari jam dua
siang, ia beserta ke dua siswanya terus berlatih, bahkan terkadang hingga larut
malam.
Ia beserta kedua siswanya yang bernama
afif dan agun berangkat ketempat diselenggarakannya kejuaraan, selama empat
hari mereka disana, dengan bekal hasil dari kejuaraan sebelumnya, ia yakin
salah satu dari siswanya akan mendapatkan juara kembali, tapi sayang kali ini
hanya peringkat ke empat yang dapet, ia beserta kedua siswanya pulang dengan
tangan kosong, pulang dengan tangan
kosong bukan suatu pukulan, akan tetapi menjadi motivasi untuk terus berlatih,
mengingat masih ada satu kejuaraan lagi untuk mereka ikuti.
Berkat Bantuan Novita !
Sepulang dari kejuaraan tersebut,
Devian sedikit kelelahan, akan tetapi rasa lelahnya hilang ketika melihat kedua
siswanya giat berlatih, setiap hari mereka berlatih, tapi kali ini sedikit
berbeda, kedua siswanya datang lebih awal yaitu jam satu siang, melihat hal itu
walau terik mentari tak menggoyahkan mereka untuk berlatih.
Waktu kejuaraan tinggal beberapa hari
lagi, ia yang berencana mendaftarkan
siswanya untuk mengikuti kejuaraan nasional di bogor memberanikan diri untuk
menghadap ke kepala sekolah, melaporkan rencana kegiatannya, akan tetapi ia
tidak bertemu dengan kepala sekolah, dikarenakan kepala sekolah sedang
mengikuti pelatihan, dengan telepon genggamnya ia menelepon kepala sekolah,
akan tetapi tidak dijawab, mungkin lagi sibuk pelatihahn, ia pun mengirimkan
pesan singkat kepada kepala sekolah, yang isinya tentang rencana ia beserta
kedua siswa nya yang akan mengikuti kejuaraan tingkat nasional di bogor.
Akan tetapi pesan singkatnya kepada
kepala sekolah tak kunjung ada jawaban, ia memutuskan pulang kemudian menuju
gor dimana siswanya sedang berlatih, setengah enak sore latihan usai, ia
beserta kedua siswanya pulang,
Sambl istirahat ia memikirkan tentang
rancananya untuk pergi mengikuti kejuaraan di bogor, kira-kira jam sembilan
lewat telepon genggan ia berbunyi, ia segera mengambil kemudian melihatnya,
ternyata kepala sekolah meneleponnya, ia segera menjawabnya,
“ Hallo, assalamualalikum,”
“ Walalikum salam” maaf Pak Dede,
tadi saya lagi sibuk, Jadi saya belum sempet
jawab
pesan dari Pak Dede,”
“ Ohhh, iyah pak gak papa! Terus gimna,
Pak”
“ Saya lagi diluar kota,
baru hari minggu saya pulang,
Tapi coba aja tanya bu Apri, kali aja ada uang,
kalau ada minta aja, bilang disuruh saya gitu,”
“ Siap pak, terima kasih, Asalamualaikum
Mendapat perintah dari kepala sekolah, Devian
segera mengirim pesan singkat ke bu Apri yang isinya,
“ Bu tadi udah telepon Pak kepala
sekolah,
kata pak kepala sekolah ada uang
gak,
saya mau minta buat kegiatan di
Bogor,”
“ waduh, lagi gak ada nih, Pak Dede,”
“ Terus gimana?,”
“ Kita liat aja besok, kalau ada siswa
yang bayaran,
n’tar di kasih ke Pak Dede,”
“ Ohhh, yaudah,, makasih bu,”
Devian yang tidak ada jadwal mengajar,
datang agak siangan, jam sebelas siang ia baru datang ke tempat kerjaanya, tiba
di tempat kerja, ia langsung menuju ke ruangan dimana Apri berada, ia bermaksud
utuk menanyakan, sesuatu yang yang mereka bicarakan tadi malam, Devian yang
baru datang dan langsung menuju ruang Apri kemudian membuka pembicaraan,
“ Gimana, bu,”
“ Apanya yang gimana, jawab Apri,”
“ Yang semalem, saya sms,”
“ Waduh, gak ada, Pak Dede,”
Hari ini gak ada yang bayaran,”
“ Ohhhh,, yaudah gak pa pa,”
“ Maaf ya, Pak Dede, bukan nya saya ga
mau ngasih,
tapi emang, kenyataannya ga ada uangnnya,
“ Iyah, ibu gak pa pa,”
Devian segera pamit untuk menuju ruang guru
kemudian ia istirahat, pukul satu siang ia segera pamit menuju tempat latihan
panjat tebing, setelah sampai disana, keadaan masih sepi setengah jam berselang
kedua atlitnya yang sekaligus muridnya datang, mereka berdua turun dari motor kemudian
bersalaman dengan Devian, kemudian Devian menyuruh kedua muridnya untuk segera
melakukan pemanasan, kedua muridnya langsung melaksanakan perintah Devian,
mereka berdua kemudian joging selama dua puluh menit sesuai perintah Devian,
sambil memperhatikan siswanya, sesekali ia melihat jam tangannya untuk melihat waktu
dimana ia menyuruh kedua siswanya melakukan joging.
Dua puluh menit berselang, ia
memberhentikan kedua siswanya berhenti joging, karena waktunya selesai,
kemudian mengintruksikannya untuk melakukan peregangan, selesai melakukan peregangan kedua siswanya
langsung Devian intruksikan menuju suatu tempat dimana mereka akan berlatih
kekuatan otot.
Setelah merasa cukup latihan kekuatan
otot tanggan, ia segera mengintruksikan siswanya untuk segera memakai
perlengkapan panjat kemudian menyuruh latihan panjat sesuai jalur pemanjatan
yang telah ia beri tanda, dengan memberikan arahan tiga kali pemanjatan untuk
satu orang, mereka berdua bergantian manjat, setelah tiga kali melakukan
pemanjatan maka salah satu mereka menjadi bilayer, dua jam berselang adzan
berkumandang, ia memberhentikan kegiatan pemanjatan kepada kedua siswanya dan
segera melakukan istirahat.
Setengah jam berselang mereka
melanjutkan latihannya, kira-kira jam lima sore ia memberhentikan latihan,
karena ia mengganggap latihan hari itu selesai, mereka bertiga membereskan
semua peralatan latihan kemudian menaruhnya di tempat dimana alat itu di simpan, setelah menaruh alat, ia
memanggil kedua siswanya, kemudian mengajaknya duduk dan mengobrol.
“ Gimana, udah siap ke Bogor,”
Devian membuka obrolan,
“ Atuh, udahlah Pak,”
“ Mantap,”
“ Terus kapan berangkatnya Pak?,”
“ Harusnya sih, besok kita berangkat,
tapi!!,”
“ Tapi, apa Pak,”
“ Tapi kayanya, kita gak jadi
berangkatnya,”
“ Huhhhh,” terus buat apa kita latihan,
kalau ga jadi ikut Kejuaran,”
“ Bapak gak ada uang, sekolah juga gak
ada uang,”
“ Yahhhh,, percuma dong latihan,
dari siang sampe malem,”
“ Gak percuma, kita ikut lomba yang di
Jakarta aja,”
“ Ntar gak jadi lagi gimana?,”
“ Pasti jadi, kalian pasti berangkat
lomba ke Jakarta!,”
“ Kalau gak jadi lagi ikut lomba,
kita berdua berhenti ikut latihan
ya,”
“ Iyah,” tapi seminggu ini kita masih
latihan,
masalahnya minggu depan kita berangkatnya,”
“ Siappp,, kita pulang duluan ya Pak,
udah sore,”
“ Ok,, hati-hati,”
Kedua siswanya mulai menjauh
meninggalkan Devian, akan tetapi Devian masih duduk dan melamun di tempat yang
sama sambil mengarah ke wall panjat tebing, allahu akbar.... allahu akbar...
suara adzan magrib terdengar, ia mulai berdiri perlahan dan berjalan mendekati
motornya kemudian mengihupkan motor dan pulang kerumah.
Beberapa hari berlalu, tapi ia belum
mendapatkan uang untuk biaya pendaftaran dan akomodasi untuk kejuaraan di
Jakarta, sambil memikirkan nasib kedua siswanya, ia mencoba mencari pinjeman
uang, akan tetetapi belum mendapatkannya, tiba-tiba terlintas bahwa ia
mempunyai banyak teman yang mungkin bisa membantunya, ia segera mencari kontak
telepon teman-temannya kemudian menghubungi mereka, akan tetapi beberapa temannya tidak bisa di
hubungi, tidak hanya disitu, Devian mengirimkan pesan singkat kepada teman yang
lain yang isinya bermaksud meminta bantuan, lima belas kontak ia kirim pesan,
setengah jam berlalu tetapi tidak ada satu balasan sms dari temannya, ia
kemudian istirahat dan tidur.
Keesokan harinya, ketika bangun tidur
Devian karena suara alarm dari hp nya, ia terbangun, bermaksud mematikan nada
alarm, ternyata adasatu pesan masuk dari Novita, ada apa Pak Dede, semalem saya
udah tidur, Devian segera membalas sms tersebut dan menjelaskan permasalahan
yang ia hadapi,
“ Owhhh, emang mau pinjem berapa?,
jawab Novita,”
“ Lima ratus ribu aja bu, kalau ada itu
juga,”
“ Kalau segitu gak ada Pak!!,”
“ Emang adanya berapa?,”
“ Cuma ada tiga ratus ribu doang Pak,”
“ Ya udah gak papa, segitu juga, saya
pinjem ya,!!,”
“ Ntar sore ya uangnya, ambil di tepat
saya ngajar
kursus,”
“ Ok, siap,”
Disela-sela istirahat latihan, ia
segera menuju tempat dimana Novita berada, untuk mengambil uang yang di
pinjamnya, merasa uang sudah ada, ia segera mendaftarkan kedua siswanya untuk
mengikuti kejuaraan di jakarta.
Dua hari berselang Devian beserta kedua
siswanya berangkat menuju Jakarta, setiba di Jakarta ia segera menuju tempat
dimana harus melakukan regristasi ulang peserta,
Selama empat hari mereka beradadi
jakarta, hari ini merupakan hari terakhir kejuaraan, dengan penh berharap kedua
siswanya menjadi juara, jam empat sore
kini tiba waktunya final untuk kategori lead perorangan pelajar putra, delapan orang telah bersiap mengikuti
final, dua orang diantara peserta yang final adalah siswa nya, setelah seluruh peserta melakukan pemanjatan
kini Devian dengan rasa deg-degan menunggu hasil, lima belas menit berselang
hasil pemanjatan final diumumkan, ia tersenyum, melihat hasil pengumuman,
ternyata salah satu siswanya yang bernama Afif mendapatkan peringkat dua.
Setengah jam menunggu akhirnya upacara
pembagian hadiah di mulai, setelah selesi mengikuti upacara dan mengambil
hadiah mereka bertiga pulang, dengan menggunakan angkutan umum mereka menuju ke
stasiun kereta api, mereka bertiga berjalan menuju loket pejualan tiket, dan
ketika hendak membayar Devian kebinguan karena uang beserta hp yang didalam
tasnya gak ada.
Ternyata ia kecopetan, dengan
terpaksa ia meminta kepada siswanya yang
menjadi juara membayarkan uang tiket kereta api, dengan perasaan sedih ia
beserta kedua siswanya pulang.
Nisa Yang Merawat Mamahnya,
Hari senin, walau dengan perasaan
sedihnya karena kehilangan hp yang baru ia beli sekitar dua minggu yang lalu
Devian tetap berangkat menuju tempat kerjanya, sambil membawa piala hasil
kejuaraan kemaren di jakarta yang akan ia serahkan kepada pihak sekolah, semua
guru memberikan pujian dan selamat kepada Devian beserta siswanya atas prestsi
yang di dapat.
Sambil santai ia bercerita hal-hal yang
ia alami ketika di Jakarta, tiba-tiba, Nisa pamit pulang duluan, ia izin karena
mau membawa ibunya berobat karena sakit, Nisa segera pulang, hampir empat hari
Nisa gak masuk kerja, dan hingga pada hari
ke empat, Devian memutuskan untuk menjenguk orang tua Nisa yang sakit,
tanpa di ketahui guru yang lain ia menuju rumah Nisa, sesampai nya di rumah Nisa, ia segera
mengetuk pintu rumah Nisa, sambilmengucap salam,
“ Assalamualaikum,”
mendengar ada yang mengucapkan salam
dari luar nisa segera membukakan pitu
rumahnya,
“ Ehh, Pak Dede, sama siapa Pak?,”
“ Saya sendiri aja,”
“ Owh, silahkan masuk Pak,”
“ Ia Nis makasih,”
Mereka berdua segera menuju ruang tamu,
kemudian Nisa ijin untuk mengambilkan air minum, tak lam Nisa datang dan
membawa secangkir teh manis, mereka berdua kemudian berbincang, Nisa bercerita
tentang sakit yang sedang dialami ibunya, dengan wajah sedihnya Nisa bercerita
panjang lebar dan sesekali meneteskan air mata.
Setelah beberapa jam berada di rumah
Nisa, Devian pamit karena mau latihan, Nisa mengantar sampe depan rumah, tak
lama ibunya memanggil,, Nis,, Nis,, Nisa!
“ Iyah mah ada apa jawab Nisa,”
“ Ambilkan obat mamah,”
“ Iyah, mah,”
Nisa segera mengambil obat, akan tetapi
obatnya telah habis, “ Mah obatnya gak ada,”
“ Nisa ke apotik dulu beli obatnya ya!!,”
Ia segera menuju kamarnya, kemudian
mengambil dompet, ketika melihat isi dompet ternyata uangnya tidak ada, ia
binggung, sambil berkata dalam hati, mau beli obat pake apa?, uangnya juga ga
ada, ia segera berjalan keluar dari kamar kemudian duduk di teras rumah, lima belas menit berselang ia memutuskan
untuk pergi kerumah kakaknya, ia segera bergegas menuju rumah kakaknya,
setibanya di rumah kakaknya, ia menceritakan keadaan ibunya yang sakit dan
bermaksud meminta uang untuk menebus obat di apotik karena ia tidak mempunyai
uang. Akan tetapi kakak Nisa juga sama lagi tidak memegang uang, dengan rasa
sedihnya Nisa kemudian pamit kepada kakaknya untuk pulang,
Setibanya di rumah,
“ Mana obatnya Nis?, tanya mamahnya,”
“ Belum beli mah, Nisa gak ada
uangnya,”
“ Minta sana sama kakak mu,”
“ Sama mah, tadi Nisa dari sana,
kakak juga gak ada uang,”
“ Pinjem aja ke yang lain,”
“ Sama siapa mah,”
“ Sama temen kamu,”
“ Iyah, mah,”
Ia segera mengambil telepon genggamnya,
dan menghubungi temannya, akan tetapi temannya juga, lagi tidak memiliki uang,
perasaan Nisa semakin tambah binggung, sambil memikirkan keadaan ibunya, Nisa
melamun,
Nisa bangkit dari tempat duduknya,
kemudian ia menuju kamarnya, ia keluar kembali sambil membawa tas ia kemudian
berjalan keluar rumah, lima belas menit ia berjalan, ia berhenti di sebuah toko
hp, ia bermaksud menjual hp yang ia miliki yang kemudian uangnya ia pake untuk
membeli obat ibunya, setelah sekitar
sepuluh menit Nisa segera beranjak dati toko tersebut kemudian menuju apotik
untuk membeli obat.
Merasa semua obat yang diperlukan
ibunya telah ada ia segera pulang kemudian memberikan obat kepada ibunya,
karena harga obat yang ia beli sangat mahal hanya tinggal tiga ratus ribu lagi
sisa uang yang di pegang Nisa.
Merasa sudah lama tidak masuk kerja,
Nisa memutuskan untuk kembali bekerja,
jam tujuh pagi ia segera berangkat menuju tempat kerja, walau dengan berat hati
harus meninggalkan ibunya sendiri di rumah, sesampainya di tempat kerja, ia segera menuju ruangan
dimana meja kerjannya berada, karena
kepikiran ibunya dirumah, Nisa
hanya melamun di tempat kerja.
Dua minggu berselang, obat yang kemaren
dibeli Nisa ternyata tinggal sedikit lagi, akan tetapi keadaan ibunya Nisa
masih sama, belum begitu sehat, sepulang dari tempat kerja, walau lelah
Nisa harus merawat orang tuannya,
“ Nis, baru pulang,”
“ Iyah mahh,,”
“ Obat mamah dah mau abis,”
“ Iyah mah, n’tar beli,”
“ Mamah, pengen ke dokter,”
“ Iyah mah, kalau Nisa punya uang kita
ke dokter,”
“ Iyah,” Hp kamu mana Nis?,”
kamu gak pernah main hp,”
“ Hp nya dah jadi obat mamah,
hpnya Nisa jual kemaren,”
“ Maafin mamah Nis, mamah jadi ngerepotin kamu,”
“ Gak pa pa, mah, ini kewajiban Nisa
sebagai anak
mamah,”
“Mah, Nisa pergi dulu ya, bantuin si
kakak jualan,
“ Iyah, hati-hati ya, “
Walau belum makan, Nisa segera pergi
menuju tempat dimana kakaknya berjualan, sesampainya disana iya segera
membereskan dagangan kakaknya, hari ini dagangan kakaknya gak begitu banyak
terjual, hanya separuhnya saja, sedangkan matahari mulai menghilangkan
sinarnya, sambil menunggu pembeli Nisa
berbincang dengan kakaknya,
“ Kak, si mamah pengan ke Dokter!!,”
“ Terus gimana, mau di bawa ke
Dokter?,”
“ Pengennya sih dibawa, soalnya obat
yang kemaren
juga sudah mau habis, tapi gak ada perubahan,”
“ Terus kamu ada uangnya,?”
“ Itu dia masalahnya, Nisa gak ada
uangnya,
kemaren aja beli obat, Hp Nisa yang di jual,”
“
Yaudah, nanti aja bawa si mamah ke dokternya,
kalau udah punya uang,”
“ Tapi Nisa gak tega, liat si mamah
sakit,”
“ Ya,,,,, mau gimana lagi Nis!!,”
“ Mmhh,, Nisa mau jual motor Nisa aja,
biar uangnya bisa buat bawa si mamah ke dokter
“ Terus kamu kerja gimana?,”
“ Nisa jalan kaki aja,
lagian deket ko,,,tempat kerjannya juga!!,”
“ Yaudah terserah kamu!!,”
“ Kak,,, Nisa pulang ya,
mau ngasih minum obat si mamah,”
“ Iyah,, hati-hati,”
Nisa segera pulang, sesampainya di
rumah ia segera memberikan obat kepada mamahnya, setelah makan malam ia segera
beristirahat, karena leleh dengan aktifitasnya.
Pagi itu jam tujuh pagi ketika Nisa
hendak berangkat kerja, Kakak Nisa
datang, Nis mau berangkat kerja ya?,”
“ Iyah kak, kenapa?,”
“ Gimana motornya, jadi gak di jual,”
“ Kalau ada yang mau ya di jual!,”
“ Kalau yang maubeli belum ada,
tapi yang mau gadai ada, Nis!,”
“ Siapa?
“ Ada
temen Kakak,”
“ Dia
berani gadai berapa?,”
“ Kata nya sih, Cuma ada uang dua juta
doang!,”
“ Mmmh, gimana ya!,” gimana n’tar ya
kak,
“ Owhhh, yaudah
Nisa segera pergi berangkat kerja,
sesampainya di tempat kerja, ia segera menuju meja kerjanya, sambil memikirkan
tawaran unruk menggadaikan motornya kepada teman kakaknya, jam satu lebih tiga
puluh menit, Nisa segera bergegas untuk pulang, tapi kali ini ia tidak langsung
pulang kerumah ia menuju tempat dimana kakaknya berjualan, sambil mau
menanyakan kepastian nasib motornya, setibanya di tempat kakaknya, ia segera menanyakan
teman kakaknya,
“ Gimana kak, temannya jadi gak? Gadai
motor,”
“ Iyah jadi, kamu gimana?,”
“ Iyah kak, gadaiin aja motor Nisa,
biar bisa bawa berobat si mamah,”
“ Ok, n’tar kakakkasih tau teman
kakak,”
“ Hari ini, nisa gak batuin kakak, Nisa mau pulang,
Kalau jadi teman kakak ajak ke rumah aja,
Buat ambil motor sama surat-suratnya,”
“ Ohhh, iyah,,,, salam buat si mamah,”
Sehabis solat magrib, terdengar ucapan
salam dari luarrumah, “ Assalamualaikum, nisa yang mendengarnya segera bergegas
kemudian membukakan pintu rumahnya, ternyata yang datang adalah kakaknya dan
seorang perempuan, yang ternyata teman kakak nya, Nisa mepersilahkan masuk dan
duduk kepada keduanya kemudian berbincang,
“ Nis, ini yang mau gadai motor kamu,”
“ Iya, Kak,”
“ Emang mau di gadai berapa motornya?,
tannya perempuan itu,”
“ Ya, pengennya sih di jual,
tapi belum ada yang mau, jawab Nisa,”
“ Owhhh,terus gimana mau di gadai
gak?,”
“ Mau, sambil nunggu yang mau beli
motornya,”
Selama satu jam mereka melakukan perbincangan
dan kesepakatan mengenai motor yang digadaikan Nisa, akhirnya merekapun setuju
dengan perjanjian yang mereka rencanakan, Nisa segera menuju kamar kemudian
mengambil surat-surat motor dan memberikan kunci motornya kepada perempuan itu,
Merasa semua urusannya selesai
perempuan dan kakaknya, hendak pamit pulang dan membawa motor yang telah
digadainya dari Nisa.
Tak lama mamah nya Nisa keluar dari
kamar, kemudian menghampiri Nisa yang
sedang duduk di kursi, motornya kamu gadaiin Nis? mamah mebuka
percakapan,”
“ Iyah, mah,”
“ Berapa?,”
“ Gak besar kok mah, Cuma cukup buat
bawa
mamah kedokter, sisanya buat cadangan beli obat,”
“ Maafin mamah ya!!, sambil memeluk
Nisa dan
menangis,”
“ Gak pa-pa mah, yang penting mahah
sehat dulu,
setelah si Papah gak ada, mamah yang ngerawatin
Nisa sendiri, sekarang giliran Nisa yang ngerawatin
mamah, jagain mamah,”
Hanya ada suara isak tangis mereka
berdua diruangan itu, hingga larut malam.
Keesokan harinya, jam tujuh pagi Nisa
segera membawa mamahnya ke dokter, dengan menyewa becak ia bersama mamahnya
menuju klinik.
Menemani Nisa,,,,!!
Pagi semuanya, Devian menyapa guru yang telah datang lebih awal
darinya, Pak kepala sekolah ada? Ucap Devian, ada di ruanggannya, jawab Rahma,
Devian yang mengetahui Pak Kepala sekolah ada di ruangannya, segera menuju ke
ruangan kepala sekolah,
“ Tok, tok, tok, Devian mengetuk pintu ruangan kepala sekolah, sampil
mengucapkan salam, Assalamualaikum, “ Walaikum salam, ucap bapak kepala
sekolah, Silahkan masuk, Pak Dede!!,” iya Pak makasih, “ada apa nih? Tumben,,,
“ Begini pak, saya mau izin untuk beberapa hari gak
masuk mengajar!!,”
“ Owhhh, emang mau kemana?,”
“ Saya
mau ikut kursus jadi juri!,”
“ Juri apa? Dimana?,”
“ Juri panjat tebing pak, di kota tangerang!,”
“ Emang mau berapa hari kursusnya?,”
“ Kursusnya tiga hari, nanti sore saya
berangkat,
masalahnya besok kegiatannya di mulai,”
“ Yaudah, siapkan aja materi buat tugas
anak-anak,”
“ Iya Pak, udah saya siapkan, nanti
saya titip
Pak Iteng aja tugas buat anak-anaknya,”
“ Kalau emang udah di siapkan tugasnya,
saya persilahkan Pak Dede buat ikut kursusnya,”
“
Iya Pak, makasih!!!,”
Merasa telah mendapatkan izin dari
kepala sekolah, ia segera memberikan tugasnya ke Pak Iteng, kemudian ia segera
pulang dan bersiap untuk pergi ke kota Tangerang. Ia segera menuju stasiun
kereta api dan membeli tiket untuk tujuan serpong, tak menunggu lama kereta
yang akan membawanya menuju kota serpongpun tiba, setelah keretanya berhenti,
ia segera menaiki kemudian mencari tempat duduk yang kosong.
Lima menit berselang kereta yang
dinaiki Devian segera berangkat, stasiun demi setasiaun, hingga akhirnya tiba
di stasiun serpong, Devian yang merasa telah tiba di stasiun Serpong segera
turun dari kereta api, kemudia ia berjalan menuju keluar dari stasiun, ia
bermaksud mencari mobil angkutan umun yang akan mengantarkan dia menuju kota
Tangerang, ia berdiri di pinggir jalan sambil melihat mobil angkutan umum
lewat, tak lama mobil yang ia tunggu
datang juga, ia segera memberhentikan mobil tersebut kemudian naik dan menuju
kota Tangerang.
Selama empat hari ia disana harus
mengikuti kursus juri, hari pertama
hanya melakukan tes awal penjurian, dari jam sembilan pagi ia menunggu giliran
tes, sampai akhirnya ia mengikuti tes, siang harinya pengumuman hasil tes dan
pengelompokan tim, hasil yang lumayan membuat ia satu tim bersama perwakilan
dari Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Tangerang.
Tak lama berselang mereka
diinstruksikan untuk memasuki ruangan untuk mempelajari materi, selama dua jam
mereka ada diruangan tersebut untuk memahami materi hingga akhirnya kegiatan
kursus hari pertama usai, Devian segera menuju penginapan dengan menumpang
mobil dari peserta lain ia menuju penginapan.
Keesokan hari, ia bersama kedua orang temannya, menuju kantor KONI kota
Tangerang untuk mengikuti kegiatan selanjutnya tentang kursus penjurian,
setibanya disana, ternyata masih sepi, mereka bertiga menutuskan untuk mencari
sarapan pagi,
Setelah selesai melakukan sarapan pagi
dan ngopi mereka bertiga segera menuju kembali ke gedung KONI untuk mengikuti
kegiatan kursus, kegiatan untuk hari
tersebut hanyalah materi kelas, selama delapan jam mereka mengikuti kegiatan,
hingga sore hari.
Hari minggu pagi Devian kembali
mengikuti kegiatan kursus, dikarenakan kegiatan di hari terakhir dan materi
kelas telah usai, maka pada hari itu kegiatan kursus dilaksanakan dilapangan
yaitu dengan simulasi perlombaan panjat tebing yang bertempat di wall climbing
FPTI.Kota Taangerang, sekitar pukulempat
sore kegiatan simulasi selesai, panitia segera mengumpulkan peserta kemudian
memberikan pengumuman dan pengarahaan,.
Kegiatan telah berakhir Devian segera
pulang setelah berpamitan dengan kedua teman setimnya dalam kursus, ia segera
pergi ke Stasiun kereta Api, setibanya
di Stasiun kereta api, ia segera membeli tiket untuk tujuan Rangkasbitung.
Senin tiga oktober 2016, jam tujuh pagi Devian
sudah berada di tempat kerja, bersama beberapa rekan guru dan seluruh siswa ia
melaksanaka upacara bendera di lapangan upacara, hari itu Syam sebagai pembina
upacara, ia menyampaikan kepada siswa didiknya untuk meningkatkan kedisiplinan,
selesai melaksanakan kegiatan upacara mereka berkummpul di ruang guru.
“ Bentar lagi tanggal enam nih!!
Akhir perlombaan kita usai,
udah pada dapet belum?,
Devian membuka obrolan,”
“ Udah dong!! Jawab Rahma,”
“ Yang lain gimana,”
“ Udah lah, sambung Novita,”
“ Mana buktinya, tanya Devian kembali,”
“ Gimana kalau malem minggu kita makan,
sekalian bawa pasangan masing-masing,
ucap Syam,”
“ Yaudah, jadiin, sekalian yang belum
dapet biar
nyari dulu, kan tanggal enam baru hari kamis,
malam minggu kan tanggal delapan,
sambung Rahma,”
“ Okk, deh,”
Sabtu delapan Oktober 2016, jam tujuh
malam mereka berencana berkumpul di tempat yang telah ditentukan yaitu di
tempat mereka biasa kumpul dan membawa pasangannya masing-masing, akan tetapi
jam tujuh malam Devian baru sampai ke rumah, ia segera mandi kemudian bergegas
menuju tempat tersebut, setengah jam perjalannan ia akhirnya nyampe juga di
cafe, ia segera menuju lantai atas, sesampainya di lantai atas,ternyata, yang
lain sudah datang bersama pasangannya.
Devian segera menyapa dan menyalami
semuanya, “ Sorry, terlambat, “ dah pada lama ya,” seru nihh jadi rame, Devian
segera duduk, karena ia tidak membawa pasangan ia hanya memainkan hp nya, ia
hanya melihat poto-poto kenangan bersama mereka yang ia simpan di galeri hpnya,
sedangkan yang lain asik bersama pasangannya, tiba-tiba ia mebuka percakapan, Nisa kemana,? dia belum dateng, coba smsin
dia, masih dimana gitu, kayanya Nisa gak bakal kesini, ia harus ngejagain
mamahnya yang sakit, ucap Apri,
“ Terus kalian udah ngejengukin
mamahnya?,”
“ Belum, bang ucap Rahma,”
“ Emang, kalian ngapain aja,sampai gak
ngejenguk,
dengan nada marah Devian berkata,”
“ Belum sempet aja bang,”
“ Belum, atau kalian emang sibuk
dengan pacar kalian,”
“ Engga bang,”
“ Kalian tega, orang tua dari teman
kita sakit,
gak pernah ngejenguk, apa itu yang di sebut teman
sejati, buat apa kita selama-ini bareng-bareng terus,
kalau kalian gak saling peduli, ingat dia bagian
dari kita, dia salah satu
keluarga kita di tempat
kita kerja,, kalian bener-bener tega,”
Devian berdiri dari tempat duduknya
kemudian ia berjalan keluar cafe dimana mereka berkumpul.
Ternyata ia pergimenuju rumah Nisa,
setibanya di rumah Nisa, ia mengetuk pintu, tok-tok-tok
“ Assalamualaikum,”
“ Walaikum salam,” Nisa menjawab dari
dalam rumah kemudin ia membuka pintu, ehhh, Pak Dede,
“ Ada apa Pak? Maaf Pak, saya gak bisa
datang,
saya harus ngejagain mamah di rumah,”
“ Iya gak pa pa! Nis,” terus si mamah
dimana?,”
“ Di kamar Pak, tapi kayannya sakitnya
tambah parak Pak!!, padahal minggu kemaren dah
dibawa ke dokter,”
“ Kenapa gak di bawa kerumah sakit,?,”
Nisa hanya terdiam sambil mengeluarkan
air matanya,
“ Kita bawa ke rumah sakit aja yu, si
mamahnya,”
“ Tapi Pak!!!
“
Tapi apa,? Kamu siapin aja, apa yang mau di bawa
ke rumah sakit,”
Devian
segera menelepon temannya, untuk meminjam mobil, untuk membawa mamahnya Nisa ke
rumah sakit, setengah jam menunggu,
akhirnya temannya datang,
“
Saha anu gering Yong? Tanya temannya
Devian
yang turun dari mobil,”
“ Ibu
baturan ane broo,,”
“
Terus arek di bawa kamana,”
“
Kita rumah sakit umum aja!,”
“
Ok, ane markirkeun mobil heula nyah,”
“
Sippp!
Devian
kemudian masuk kedalam rumah kemudian menyuruh Nisa untuk memberi tahu mamahnya
bahwa mereka akan membawa beliau ke rumah sakit, Nisa segera masuk kamar,
kemudian ia keluar lagi,
“
Pak Dede, si mamahnya gak kuat bangun!!!
“
Yaudah saya yang pangku si mamah bawa ke
Mobil,”
“ Iya Pakk, makasih!!
Di
bantu temannya Devian mengangkat mamahnya Nisa ke dalam mobil, setelah siap,
mereka segera menuju rumah sakit umum, dan menuju ruang IGD, setiba di depan ruang IGD, devian segera
menenui perawat kemudian menyurunya untuk membawakan tempat tidur dorong untuk
membawa pasien, perawat tersebut dengan sigap membawa tempat tidur dorong dan
menuju mobil yang dimana mamahnya Nisa berada, mereka segera memindahkan
mamahnya Nisa dari mobil dan menuju ruang IGD untuk melakukan pemeriksaan.
Setengah
jam berselang perawat tersebut memanggil Devian kemudian menyarankan untuk
melakukan rawat inap, tanpa menunggu persetujuan Nisa, Devian langsung
memutuskan untuk melakukan rawat inap, Devian
segera segera menuju ruang pendaftaran dan mengurus pendaftar rawat
inap, setelah urusan pendaftaran selesai ia segera menemui perawat yang tadi
agar memindahkan mamah nya Nisa ke ruangan.
Akhirnya mamah Nisa di rawat di rumah
sakit, Nisa yang duduk di depan ruangan di mana mamahnya di rawat hanya terdiam
sambil kebingungan, kemudian Devian menghampirnya, kamu kenapa? Devian membuka
percakapan,”
“ Saya bingung, Pak Dede,”
“ Bingung kenapa, Nis?
“ Bingung mikirin buat bayar rumah
sakit,
Kemaren aja, waktu mamah di rumah,
Nisa harus ngejual Hp sama ngegadain motor Nisa,
Sekarang Nisa ga ada yang bisa di jual lagi Pak!!
“ Kamu
gak usah mikirin kesana dulu,
yang penting mamah kamu sembuh
dulu Nis!!
“ Iyah, tapi Pak!!
“ Tapi apa? Mening kamu istirahat di
dalem temenin
si mamah,”
“
Iya Pak,, Nisa ke dalam dulu, makasih ya Pak,”
Devian yang sendirian duduk di kursi
depan ruangan kemudian, melalui pesan singkat ia meberitahu teman-teman yang
lain kalau mamah nya Nisa sedang di rawat di rumah sakit dan ia sekarang sedang
menemaninya, jam sebelas malem belum ada satu teman yang datang, ia memutuskan
untuk menemani Nisa di rumah sakit, keudian ia tertidur walau hanya di kursi
depan ruangan.
Jam enam pagi Nisa membangunkan Devian,
ia terbangun dari tidurnya, ada apa Nis?,
“ Gak pa-pa Pak, Cuma udah siang,
takut Pak Dede ada perlu di luar,”
“ Owhhh,, gak ada kegiatan ko Nis,”
Tapi saya pulang dulu ya!!
“ Iya Pak, makasih dah nemenin!!!
Devian segera pulang dari rumah sakit,akan
ketapi hanya sebentar ia berada di rumah, hanya mandi kemudian ganti baju ia
segera berangkat kembali ke rumah sakit, setiba di rumah sakit ia segera menuju
ruangan dimana mamahnya Nisa di rawat, sesampainya didepan ruangan terlihat
Nisa duduk sendiri, gimana keadaan si mamah? tanya Devian, Nisa hanya terdiam, kamu dah makan belum, Devian
kembali bertannya,
“ Tadi dokter udah kesini Pak,
melihat keadaan si mamah, kata dokter,
mamah harus di operasi,”
“ Terus
gimana, kapan operasinya,”
“ Nisa bingung, operasinya besok Pak,
kalau dah ada yang mau bertanggungjawab!!!
“ Owhhh, terus kamu dah makan belum?
“ Belum Pak,” Nisa Cuma mikirin keadaan
si mamah,”
“ Yaudah, kita nyari makan dulu, kalau
kamu sakit
n’tar siapa yang ngejagain si mamah,”
“ Gak lah Pak, Nisa mau disini aja!!!
Devian yang gak tega melihat keadaan
Nisa, segera balik kanan kemudian ia mencari makan untuk Nisa, selagi devian
mencarimakan keluar, Apri, Rahma, Novita beserta Syam datang menjenguk, mereka
berempat segera menuju ruangan dimana mamahnya Nisa di rawat, sesampainya di
depan ruangan mereka segera masuk, gimana keadaan mamah kamu Nis? Tanya Apri,
mamah harus di operasi bu, katanya Pak Dede disini, ko gak ada!! sambung Rahma,
dia lagi keluar kayanya lagi nyari makan, lima belas menit berselang Devian
datang sambil membawa makanan untuk Nisa, ketika ia masuk ke dalam ruangan
ternyata di dalam banyak orang yang ternyata temannya, Rahma, Apri, Novita dan
Syam, ehhh, ada kalian, emang darimana Pak Dede? Tanya Novita, ini nih abis
nyari sarapan! Setelah lima menit berada di ruangan, Devian keluar dari ruangan
tersebut, tak lama Rahma, Apri, Syam dan Novita menyusul keluar, mereka berlima
duduk di kursi depan ruangan,”
“ Mamahnya Nisa harus di operasi besok,
Devian membuka percakapan,”
“ Terus gimana Pak, tanya Apri,”
“ Belum ada keputusan,
masalahnya, harus ada penanggung jawab,”
diantara kalian ada yang mau gak!!
sebagai penanggung jawab, buat operasi,”
Semua terdiam saat pertannyaan itu
terucap dari mulut Devian, “ kalian gak mau berkorban buat bantuin Nisa? Mereka
masih terdiam!!!, “ Kalian punya uang? Mereka tetap terdiam, apa yang kalian
bisa lakukan buat bantuin Nisa!! Devian terus memberikan pertannyaan kepada
mereka ber empat,
“ Emang uang buat apa bang, tanya
Rahma,”
“ Saya yang akan bertanggung jawab buat
operasi
mamahnya Nisa, kalau kalian punya uang saya
pinjam dulu, buat biaya operasi, nanti biar
saya yang ganti uangnya,”
“ Tapi saya harus ke ATM dulu, ucap
Novita,”
“ Ya udah gak pa-pa, saya tunggu sampai
nanti siang,”
Mereka
berlima sepakat, kemudian mereka menemui Nisa
dan pamit, hanya Devian yang
masih berada di rumah sakit, menemani Nisa, tak lama ia berjalan ke luar ruangan
dan menuju ruang adminitrasi, untuk menanyakan berapa biaya perawatan mamahnya
Nisa, setelah mengetahui jumlah biaya perawatan ia segera kembali keruangan
perawatan mamahnya Nisa,
“ Dari mana Pak Dede? Tanya Nisa,”
“ Dari ruang adminitrasi, nanyain biaya
si mamah,”
“ Terus gimana?
“ Kamu berdoa aja Nis, semoga nanti
siang datang
rezeky mamah kamu!!
“ Iyah Pak, amin,”
Menunggu waktu siang terasa lama, Nisa
hanya melamun dan menangis melihat keadaan mamahnya, hingga akhirnya Devian
mengajak ia keluar ruangan dan mengobrol,
“ Kamu jangan nangis aja Nis!!
Doain aja biar si mamah cepet sembuh,”
“ Nisa bingung Pak!!
“ Bingung kenapa?
“ Biaya buat operasi si mamah, dari
mana?
Sedangkan Nisa lagi gakpunya
uang,!!!
“ Kamu jangan mikirin itu aja, mening
kamu cepet
makan, saya cape-cape beliin buat kamu,
kalau gak dimakan mah, percuma!!
“ Iyah Pak!! Pak Dede udah makan?
“ Saya udah makan! Kamu makan aja sana
Nisa segera berdiri, kemudian megambil
makan yang tadi dibawakan oleh Devian,
tring, telepon genggam Devian berbunyi, ia segera melihatnya, ternyata ada
pesan masuk dari Novita, yang isinya, ia gak bisa dateng lagi ke rumah sakit karena ada urusan, tetapi
ia memberi tahukan bahwa uangnya di teransper kerekeningnya, setengah jam
berselang Rahmapun demikian, ia hanya mengirimkan uang lewat transperan
kerekening Devian, jam dua belas lewat lima belas menit ketika Devian sedang mengobrol bersama Nisa, Syam datang
dan duduk bersama mereka, setengah jam mereka bertiga mengobrol kemudian Syam
mengajak Devian keluar, mereka berdua beranjak dari kursi kemudian berjalan
keluar, setelah meminta izin kepada Nisa, setelah sampai di luar dan di tempat sepi Syam mengeluarkan amplop, nih Pak
Dede titipan dari bu Apri, dia minta maaf gak bisa kesini lagi, kalau yang ini
dari saya, gak besar sihh, tapi lumayan buat nambahin, uangnya pake aja, jangan
pernah memikirkan kapan gantinya, bilang juga sama Nisa, saya gak bisa bantuin
banyak,
“ Iyah Pak Syam, terima kasih,
nanti saya sampaikan sama Nisa,”
“ Iya Pak, saya pamit pulang,”
Setelah Syam pamit pulang, ia segera
menuju ruangan dimana Nisa berada, ia
meminta izin untuk keluar, ia menuju sebuah ATM, untuk mengambil uang, selama
setengah jam ia pergi, setelah itu, ia kembali lagi ke rumah sakit, ia tidak
langsung menuju ruangan dimana Nisa berada akan tetapi ia pergi menuju ruangan
untuk melunasi bayaran perawatan orang tua Nisa, merasa semua urusan
adminitrasi sudah di bayar lunas, ia segera menuju ruangan dimana orang tua Nisa
di rawat,
Jam lima sore ia memutuskan untuk
pulang ke rumah, selepas solat magrib ia kembali ke rumah sakit untuk menemani
Nisa, sebelum menuju rumah sakit ia mampir ke rumah makan kemudian membeli nasi
bungkus, setelah selesai membeli nasi bungkus ia, segera menuju ke rumah sakit,
setibanya di ruangan, ia langsung mengajak Nisa makan nasi bungkus yang tadi ia
beli di jalan, mereka berdua kemudian makan, di depan ruangan, abisin makannya, ya Nis,” Devian membuka
obrolan,
“ Iya Pak, Nisa harus gimana buat
ngebales
kebaikan Pak Dede,”
“ Kamu gak usah ngapa-ngapain Nis!
“ Tapi Pak Dede, dah banyak bantuin
Nisa,”
“ Kamu itu udah bagian dari kita,
kalau kamu ada apa-apa kamu
cerita,”
“ Iyah, Pak,”
“ Oi
ya, kamu jangan mikirin biaya simamah,
semuanya udah kita bayarin termasuk biaya operasi
“ Terus gimana gantinya,”
“ Kamu gak usah mikirin itu,
kamu jagain dulu aja si mamah, sampe sembuh”
“ Iya, Pak makasih dah mau bantuin
Nisa,”
“ Iya Nis, sama-sama,”
Setelah selesai makan mereka berdua
kemudian istirahat, Nisa yang masuk kedalam ruangan menemani mamahnya
istirahat, Devian duduk sendiri diluar beristirahat.
Kesokan harinya jam sembilan pagi
mamahnya Nisa melakukan operasi, Nisa bersama Devian hanya bisa menunggu, di
luar ruangan operasi, hanya lantunan doa yang mereka ucapkan, tiga jam berlalu,
operasi telah selesai, perawat beserta dokter segera keluar membawa mamanya
nisa menuju ruangan perawatan kembali.
Selama satu minggu orangtua Nisa harus melakukan perawatan di rumah
sakit, hingga akhirnya dokter mengizinkan pulang, Nisa dan Devian segera
membanya pulang, kemudian merawatnya di ruamah, Satu hari berselang, Rahma,
Novita, Apri, Syam beserta guru lain datang menjengun mamahnya Nisa.
Selama satu bualan Devian sering dan
menemani Nisa dan mamahnya, sesekali ia
membantu mengantar mamahnya untuk melakukan cek up, setelah merasa mamanya jauh
lebih baik keadaannya, kini Nisa mulai
bekerja kembali, mereka kembali kepada aktifitasnya sebagai tenaga pendidik,
Setelah kejadian tersebut mereka kini
lebih sering melakukan kuumpul bersama di rumah, hampir setiap bulan mereka
berkumpul, di rumah yang berbeda, terkadang di rumah Rahma ataupun rumah
Novita.
One Heart
Enam bulan kemudian Apri akhirnya
menikah dengan pria yang dulu teman SMPnya, Apri memutuskan untuk berhenti
bekerja, ia berencana untuk ikut suaminya tinggal di kota Tasik.
Novita yang makin hari makin banyak
mendapatkan orderan souvenisnya memutuskan untuk berhenti bekerja, dan kemudian
ia membuka usaha privat sendiri, kini ia tinggall di kota Bandung bersama
suaminya, ia menikah dengan pengusaha asal Bandung.
Rahma dan Dani kini tinggal bersama
mereka berdiua menikah setelah dua tahun melakukan pacaran kemudian mereka memutuskan
untuk melanjutkan usaha orang tua Rahma, yaitu percetakan dan disain.
Di bulan yang sama dalam pernikahan
Rahma dan Dani teryata Syam teryata menikah, ia menikahi seorang mantan murid
privatnya, yang dulu pernah ia ajar, dan kini ia menjadi seorang pembina
pramuka se Indonesia. Sekarang ia tinggal di Jakarta.
Semenjak Nisa menikah dengan seorang
guru PNS yang dulu membantu dia merawat ibunya yang sakit, kini Nisa menjadi
seorang guru setelah menyelesaikan pendidikannya, mereka berdua hidup bahagia.
Sedangkan Devian masih di papan panjat
tebing, dia masih dengan aktifitasnya yang dulu, akan tetapi kini sedikit
berbeda, ia kini menjadi juri nasional olahraga panjat tebing, ia menikahi
seorang gadis cantik yang sangat sayang kepadanya yaitu Nisa.
Hanya di moment tertentu mereka bisa
berkumpul bersama lagi, karena aktifitas dan tempat tinggal mereka yang
berjauhan.
Jodoh, rezeki, hidup, mati hanya tuhan
yang tau, jadi jangan menyerah dengan keadaan, tetap berjuang dengan iklas dan
penuh kesabaran pasti rencana tuhan jauh kebih baik.
Selesai..........